Yang Terindah & Paripurna
( Mesbah Kudus Suami-Istri – 1 )
“APAKAH engkau sungguh mengasihiku??”, pertanyaan Ina Dawan Muda menggugat nurani suaminya Plasidus tat kalah mereka saling menerimakan sakramen nikah suci Juli 2011 di Gereja St. Yoseph Riangkemie. Ina menderita sakit paru-paru basah akut. Atas nasehat dokter ia harus beristirahat dari kerja. “Mendengar nasehat dokter hatiku sedih mengingat suamiku”, ketusnya saat berada dalam ruangan penyelidikan kanonik.
“Apakah suamimu memang sungguh mencintai kamu terlebih saat ini dimana kamu harus banyak beristirahat dari pekerjaan rumah tangga?” inilah pertanyaan untuk mengetahui sejauhmana mereka saling mengenal dan mencintai. “Suamiku tidak banyak bicara. Ia tekun bekerja dan sangat peduli pada kesehatanku!” ucapnya dengan mata berkaca-kaca. Sesekali ia menghapus air mata dari wajahnya mengenang pengorbanan suami. “Cinta memang menuntut pengorbanan banyak dari dua orang yang saling mencinta. Dalam sakitku ini, saya mesti banyak bersabar terhadap suamiku yang besar cintanya padaku dan anak kami”, tegasnya.
Tiba giliran suaminya, Plasidus masuk dalam ruangan penyelidikan kanonik. Pada wajahnya nampak ada beban berat, ada persoalan hidup yang sedang menjadi beban pemikirannya. Saya ikut merasakan, ikut memahami perasaannya soal sakit istrinya yang lagi akut. “Apa yang sedang anda pikirkan? Nampaknya ada beban berat?”, itulah pertanyaan awal untuk mengetahui perasaannya, cintanya terhadap istrinya, yang lagi menderita sakit!.
Ia merunduk. Lalu mengangkat muka! Dengan ikhlas, jujur ia berbicara apa adanya tentang kebersamaan dengan istrinya. “Saya sangat mencintai calon istriku, Ina Dawan Muda. Ia benar-benar sakit. Saya telah memberikan perhatian dan cintaku kepadanya dalam sakitnya dan upaya perawatannya. Saat ini saya siap menikah karena saya sangat mencintainya”. Kata-kata yang sarat makna. Cinta kasih sejati tanpa syarat. Sakit penyakit tidak pernah menggagalkan cinta sejati.
Plasidus dan Ina akhirnya benar-benar menikah. Mereka saling berjanji setia. Usai mengenakan cincin pada jari suaminya, Ina masih juga bertanya pada suaminya. “Apakah engkau sungguh mengasihiku…?” Ina seakan mengulang kembali pertanyaan Yesus kepada Petrus. “Petrus, apakah engkau sungguh mengasihiKu?” Inilah cintakasih mereka mencontoh cintakasih Kristus kepada GerejaNya.
Enam bulan kemudian tepatnya awal Desember 2011, tiba saatnya Ina melahirkan anak buah cinta mereka yang kedua. Para dokter dan bidan memberi isyarat jika Ina benar-benar mau menyelamatkan janin dalam kandungannya maka ia memang siap berkorban untuk anaknya. “Pertanyaan apakah ia bersedia mengorbankan nyawa demi anaknya?” Ternyata inilah pilihannya. Ia bertekat melahirkan anaknya dengan selamat.
Ternyata benar perkiraan para dokter. Ia kemudian harus pergi untuk selamanya. Sakit paru-paru akut dan sakit bersalin menambah beban penderitaan itu hingga akhirnya ia harus pergi untuk selamanya demi anak dan suami yang sangat ia kasihi. Tepatnya, 5 – 6 Desember ia terbaring kaku di rumah kediamannya di Lewohala. Siang itu, 6 Desember Pkl.11.00, jenasah sang pahlawan itu ditaktakan depan rumah kediamannya.
Keluarga, sanak saudara dan seluruh umat melepaspergikan dia dengan doa dan isak tangis. Ia pergi sebagai seorang pahlawan karena ia telah berkurban melalui kesabarannya dan kebesaran cintanya memberikan hidup kepada anak yang ia lahirkan dengan susah payah hingga mengorbankan nyawanya sendiri. Ia pergi sebagai pahlawan dari seorang Ibu rumah tangga dan istri dari seorang suami yang setia sampai kematian sungguh memisahkan mereka.
Kesetiaan itu satu nilai kehidupan yang terindah dan paripurna hanya dalam derita dan korban diri tanpa syarat. Hanya sang pahlawan yang suci hatinya dapat meraih mahkota yang terindah dan paripurna. Selamat jalan Ibu Ina Dawan Muda. Doakan suami dan anak-anakmu. Doakan juga rekan-rekanmu, pasangan muda suami istri yang tengah berjuang menjaga kesucian dan keluhuran martabat sakramen perkawinan; meraih yang terindah dan paripuna yaitu setia satu sama lain dalam derita dan pengorbanan diri hingga akhir hayat.***
Photo Credit: Mesbah Kudus Suami-Isteri, timadorasikidulloji.blogspot.com
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.