Kamis, 3 April 2014, YANG BERSAKSI TENTANG KRISTUS ( Kel 32:7-14; Yoh 5:31-47)
“Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan?” (Yoh 5:47)
Kebenaran harus disampaikan. Melalui siapakah? Barangkali Anda pernah mendengar, seorang tokoh hebat yang mengatakan, “Jika saya sampai korupsi satu rupiah pun, saya rela digantung di Monas.” Di tempat lain, seorang pejabat berujar, “Jika seseorang terbukti korupsi, maka jarinya harus dipotong.”
Di era sekarang ini, orang sering merekayasa pencitraan. Daripada bekerja dengan tekun, jujur, dan profesional beberapa orang, termasuk dua orang di atas, memilih membangun citra dirinya melalui kata-kata atau penampilan lahiriah. Televisi, Koran, dan majalah menampilkan orang-orang ini secara berulang-ulang. Hasilnya, mereka terlihat sebagai orang yang bersih, jujur, dan bisa dipercaya. Orang kebanyakan tidak tahu apa yang mereka lakukan di belakang. Kenyataannya, belum genap dua tahun setelah mereka bersaksi, mereka menjadi tersangka korupsi. Orang menjadi yakin bahwa kesaksian tentang dirinya adalah palsu.
Yesus mengajar dan menyembuhkan. Melalui kata dan perbuatan-Nya, Yesus membuktikan bahwa Allah dekat dengan semua manusia terutama yang lemah, kecil, miskin dan berkebutuhan khusus (cacat). Bagi orang yang percaya, kata dan perbuatan Yesus sudah cukup menjadi bukti kebenaran bahwa Ia datang dari Allah. Sudah banyak nubuat para nabi tentang Mesias. Tapi, bagi orang yang tidak percaya, apa pun yang diperbuat oleh Yesus dan dikatakan oleh orang lain tentang diri-Nya tidak berarti apa-apa.
Daripada bermain kata-kata untuk menunjukkan siapa jati diri kita, lebih baik kita bertekun dalam karya. Melalui perbuatan kita, semoga nama Allah semakin dimuliakan.
Pertanyaan reflektif:
Apakah aku termasuk orang yang senang mengumbar kata-kata hanya demi meyakinkan orang lain bahwa aku adalah orang yang patut untuk dianggap istimewa?
Doa:
Tuhan, Yesus mengajarkan suatu kebenaran yaitu rendah hati. Bantulah kami, supaya menjadi rendah hati di hadapan Tuhan dan sesama. Semoga melalui perbuatan kita, nama Tuhan semakin dimuliakan. Amin.
(M.L. Supama)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.