BERSAMAAN dengan pesta pelindung Paroki Santo Lukas Pemalang, maka pada tanggal 19 Oktober 2014 lalu Uskup Purwokerto Mgr. Julianus Sunarka, SJ juga menerimakan sakramen krisma kepada 64 orang.
Dalam pesannya, Bapak Uskup memberikan wejangan dengan pertanyaan: perlukah kita membayar pajak kepada negara? Dijawab beliau, itu sangat perlu karena pajak tersebut harus dibayarkan demi kelangsungan penyelenggaraan sebuah negara dan alokasi pajak tersebut dapat di pantau dan dipertanggungjawabkan.
Bagaimana kalau pajak yang di setorkan kepada negara tersebut diselewengkan? Laporkan dengan tegas dan berani berdasarkan catatan-catatan yang diperlukan.
Perlukah umat katolik memberikan kolekte kepada Gereja? Mgr. Julianus menjawab, itu juga sangat perlu, karena alokasi kolekte diperlukan untuk penyelenggaraan kehidupan menggereja. “Bukan untuk menghidupi para pastornya,” demikian kelakar beliau.
Umat Paroki Santo Lukas Pemalang juga bersyukur bahwa pada tahun ini Paroki Santo Lukas Pemalang memiliki gedung pastoran dan ruang pertemuan yang baru. Biaya pembangunan makan total biaya Rp 700 juta murni merupakan hasil swadaya umat Pemalang. Bangunan baru ini jelas menjadi kebahagiaan tersendiri, karena Bapa Uskup dan tamu-tamu akan bisa menginap di kamar khusus pastoran. Selama ini, kalau bertamu di Pemalang maka para tamu paroki harus diinapkan di tempat lain yakni di wisma susteran PBHK.
Pesta umat
Disinggung pula bahwa perjalanan kehidupan menggereja umat Paroki Santo Lukas Pemalang bukanlah waktu yang pendek. Karena itu, lanjut Bapak Uskup, pelu hendaknya kehidupan paguyuban umat beriman katolik di Pemalang makin tumbuh subur. Selain itu, hendaknya umat dapat menambah ilmu pengetahuan tentang kehidupan menggereja dengan membaca buku-buku iman yang banyak di sediakan di gereja.
Menjadi pekerjaan rumah bagi paroki untuk mempersiapkan perpustakaan atau rumah baca bagi umat.
Setelah misa syukur pesta pelindung dan penerimaan sakramen krisma, Bapak Uskup diajak oleh umat untuk merayakan syukur dengan pesta umat. Setiap lingkungan menyajikan aneka macam makanan secara sederhana yang di gelar di serambi belakang gereja Semisal itu gudeg, nasi megono, sambel kentang krecek dan sebagainya.
Kegiatan pesta umat ini berlangsung setiap usai misa Natal dan Misa Paskah. Maksudnya jelas baik, karena dengan pesta dan makan bersama itu umat bisa saling mengenal satu sama lain sehingga terwujud kehidupan paguyuban menggereja yang hangat.
Itu sangat sesuai dengan nota pastoral Keuskupan Purwokerto tahun 2014 dengan tema memberdayakan paguyuban umat beriman.
Kredit foto: Leo Agung Christanto
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.