MIRIFICA.NEWS, YOGYAKARTA – Uskup Keuskupan Agung Semarang, Mgr. Robertus Rubiyatmoko mengawali seremoni pembukaan Days in Venue Asian Youth Day 2017 dengan sebuah pidato.
“Ini merupakan AYD yang ke-7, dan ini membuktikan bahwa acara ini berkelanjutan dengan harapan supaya orang muda dapat membangun jejaring dan kebersamaan,” ungkap Mgr. Rubi. “Penyelenggaraan ini adalah anugrah,” lanjutnya.
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X, hadir juga dan memberikan sambutan bagi 2.000 OMK se-Asia. “Dengan menyadari keberagaman, apakah mungkin seorang Katolik bergaul dengan yang lain? Pertanyaan ini bisa dilempar juga ke kaum beragama lain. Indonesia bukan negara satu agama,” tegas beliau.
“Toleransi merupakan masalah hati dan pikiran, maka toleransi sepenuhnya subjektif. Sayangnya persaingan agama lebih banyak digarisbawahi, menyatakan kebenaran atas kesalahan agama lain,” kata Sri Sultan mengajak para OMK untuk menumbuhkan toleransi dalam keberagaman.
“Ad majorem Dei Gloriam. Demi kemuliaan Tuhan yang lebih besar. Jadi Katolik juga jadi Indonesia,” tutup Sri Sultan.
Menteri Agama Republik Indonesia, Lukman Hakim Saifuddin melanjutkan seremoni ini, “Saya turut merasakan kegembiraan acara ini.” Mengenai keberagaman, Lukman mengatakan, “Sudah berabad-abad Indonesia tinggal dalam keberagaman. Ini bukanlah imajinasi, tapi fakta yang nyata. Candi Borobudur contohnya, digunakan umat Budha dan dirawat oleh masyarakat setempat yang adalah Muslim.”
Setelah ketiga sosok ini menyampaikan pengantar, mereka memimpin ketukan otok-otok bersama seluruh peserta dan panitia AYD 2017 sebagai tanda bahwa Days In Venue AYD 2017 telah dimulai.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.