Semarang – Menjadi seorang romo itu berarti mengemban tiga tugas sekaligus yakni menjadi Imam, Nabi , dan Raja. Yang pertama, sebagai seorang imam, para romo harus menggembalakan umat Allah dengan cermat, penuh teliti dan kesungguhan, dalam kerjasama yang setia bersama uskup dan para romo lain dalam bimbingan Roh Kudus. Sehingga umat sungguh merasa didampingi dan merasakan keselamatan.
Demikian disampaikan Uskup Agung Monsinyur Robertus Rubiyatmoko dalam homilinya saat tahbisan imam baru Keuskupan Agung Semarang di Kapel Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan Yogyakarta, yang disiarkan langsung di Kanal Youtube Komsos Keuskupan Agung Semarang, Senin ( 29/06/2021).
Tugas kedua dari seorang romo, kata Uskup, adalah merayakan misteri Kristus dalam Gereja yang dilaksanakan dengan hormat sekaligus dengan setia. “Inilah tugas kita untuk menguduskan jemaat. Termasuk menjalankan pelayanan sakramental yang lain dengan tujuan mengantar umat pada kesucian dan keselamatan,”tegas Uskup.
Menurut uskup, tugas ini harus dilakukan dengan hormat, tidak hanya dirayakan untuk umat tapi juga untuk diri sendiri, penuh penghayatan sehingga rahmat mengalir pada diri para romo sendiri. “Jangan sampai kita hanya menjadi pemimpin doa tanpa penghayatan. Tugas ini, kita lakukan terus-menerus. Setiap ada kebutuhan umat, kita siap melayani,”ujar Uskup menegaskan.
Tugas ketiga, kata Uskup, ialah mewartakan Sabda Allah dengan cara yang pantas dan bijaksana dalam bimbingan Roh Kudus. Tugas seorang imam antara lain mewartakan Injil bagi umat manusia, umat beriman. Dan itu dilakukan dengan pantas. Artinya, pilihan kata, solah bawa atau perilaku kita harus pantas. “Maka penting sekali memilih kata yang pantas. Jangan sampai apa yang kita katakan menyakiti umat. Karena mewartakan kabar keselamatan berarti mewartakan Yesus Kristus sendiri,”ujar Uskup.
Uskup Ruby menegaskan bahwa ketiga tugas ini tidak ringan. Namun, kata Uskup, Allah akan mencurahkan Roh KudusNya supaya para romo baru bisa menjalankan tugas ini. Uskup menyebutkan bahwa ada tiga hal yang bisa menjadi pelajaran dari pengalaman kedua rasul, Petrus dan Paulus yang dirayakan hari ini.
Pertama, Allah yang memanggil para romo untuk menggembalakan umatNya senantiasa mencurahkan Roh KudusNya dan mengutus para malaikat untuk mendampingi, menyertai dan menolong para romo sehingga dapat melaksanakan tugas dengan suka cita meski banyak tantangan. Kedua, hayatilah panggilan dengan penuh kesetiaan sampai akhir, juga ketika harus menghadapi kesulitan dan tantangan bahkan sampai dibunuh. Kesetiaan dalam panggilan ini anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita.Dan terakhir, imamat ini bukan status melainkan penyerahan diri kepada Allah demi keselamatan umat manusia.
“Inilah tiga hal yang bisa kita pelajari dari pengalaman Santo Petrus dan Paulus yang kita rayakan hari ini,”ujar Uskup Ruby.
Kedua romo yang ditahbiskan hari ini antara lain Diakon Gregorius Prima Dedy Saputro yang berasal dari Paroki Marganingsih Kalasan dan Diakon Yohanes Dwi Andri Ristanto yang berasal dari Paroki St. Theresia Lisieux Boro. Dalam suasana yang sangat sederhana namun khusyuk, Perayaan Ekaristi yang disiarkan secara live pada pukul 10.00 WIB ini mengambil tema sesuai moto yang diusung kedua calon imam, “Damai Sejahtera Bagimu” yang diambil dari Injil Yohanes 20: 19. Bapa Uskup didampingi staf Seminari Tinggi Kentungan, Yogyakarta Romo Ignatius Wardi Saputro, SJ dan Romo F.X. Sukendar Wignyosumarto, Pr.
Di akhir misa, diumumkan bahwa Romo Gregorius Prima Saputro mendapat tugas di Paroki Santo Petrus dan Paulus, Klepu, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Romo Yohanes Dwi Andri Ristanto mendapat tugas di Paroki San Inigo Dirjodipuran, Surakarta. [ Antonidb ]
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.