Ketua Komisi Komunikasi Sosial Konferensi Waligereja Indonesia (Komsos KWI) Monsinyur Kornelius Sipayung OFMCap membuka Perayaan Hari Komunikasi Sosial Nasional (PKSN) XI dengan pemukulan gong seusai perayaan ekaristi yang diselenggarakan di Universitas Santo Thomas, Medan, Sumatera Utara, Kamis (6/06/2024).
Uskup Kornel didampingi Sekretaris Eksekutif Komsos KWI RD Steven Lalu, para Ketua Komsos Keuskupan, dan anggota Badan Pengurus Komsos KWI.
“Kita membuka dan masih ada beberapa hari ke depan, di mana di keuskupan ini direfleksikan, direnungkan dicoba didiskusikan apa yang disampaikan Bapa Paus Fransiskus, pesannya pada hari komunikasi sosial,”ujar Uskup Agung Medan sesaat sebelum memukul gong.
Pembukaan PKSN XI Medan kali ini juga dihadiri sekitar dua ribu lebih peserta. Para mahasiswa dari Universitas Santo Thomas, Sekolah Tinggi Pastoral Bonaventura Delitua, dan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth Medan meramaikan acara pembukaan hingga selesai.
Usai ekaristi, seluruh peserta mengikuti paparan dari pakar teknologi dan informasi, Profesor Eko Indrajit mengenai pesan Paus di Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-58 berjudul, “Kecerdasan Artifisial dan Kebijaksanaan Hati: Menuju Komunikasi yang Sungguh Manusiawi.“
Hati tak tergantikan
Eko, demikian pria ini disapa, menyebutkan, teknologi pada dasarnya dikembangkan untuk membantu pekerjaan manusia, sama seperti teknologi artificial intelligence. Bila teknologi itu menyebabkan persoalan di kemudian hari, bisa jadi karena tindakan manusia yang membuat dan menggunakannya. Itu karena manusia, pada dasarnya merupakan makhluk yang bebas bertindak, entah berbuat baik maupun jahat.
Eko yang didampingi presenter dan penyiar Jose Marwoto ini menyebutkan dari delapan kecerdasan manusia (naturalis, intrapersonal, verbal (linguistik), musical, visual, interpersonal, kinestetik, dan logikal) yang bisa digantikan oleh teknologi hanyalah kecerdasan logis-matematis (logikal), visual, kinestetik, dan linguistik.
Namun, tiga kecerdasan lain yakni interpersonal, intrapersonal, dan naturalis tidak bisa digantikan oleh mesin. “Yang bisa digantikan oleh ChatGPT, Copilot, Suno, Gemini adalah kecerdasan logis-matematis, linguistik, ruang visual, kinestetik dan music.”ujar Rektor Universitas Pradita ini.
Menurut Eko, ada tiga hal yang tidak bisa diambil alih atau dijadikan artifisial yakni kecerdasan intrapersonal, interpersonal, dan naturalis. “Itu karena ada kata person. Jadi, yang bisa diambil alih itu kebanyakan ada di otak dan otot. Makanya ada robot. Yang tidak bisa diambil alih oleh mesin itu adalah hati, yang sampai kapan pun mesin tidak punya,”ujar Eko.
Paus, kata Eko, tahu hal ini sejak dulu. Maka ada istilah yang dikeluarkan Paus yakni mendengarkan dengan hati, berbicara dengan hati, pakai AI (artificial intelligence) dengan kebijaksanaan hati. “Itu yang tidak bisa direplikasi menjadi mesin,”ujar Eko.
Mantan Jesuit, Pendiri Sesawi.Net, Jurnalis Senior dan Anggota Badan Pengurus Komsos KWI