MIRIFICA.NET-Gerakan membangun kemandirian dan persaudaraan, menjadi tema pembahasan Musyawarah Pastoral (Muspas) Paroki St.Petrus dan Paulus Kumbe. Diawal pertemuan,Pastor Paroki St.Petrus dan Paulus Kumbe, Pastor Yuventus Saragih,OFMCap mengajak untuk berefleksi dengan memberikan penegasan dan komitmen atas upaya yang akan dibangun dan digemakan oleh Administrator Apostolik Keuskupan Agung Merauke, Mgr Petrus Canisius Mandagi, MSC kepada seluruh umat di Keuskupan Agung Merauke secara khusus kepada umat paroki dan stasi. Umat diharapkan mulai mandiri dalam mengelola tata keuangan paroki dan membangun gerakan seribu rupiah per-kepala keluarga untuk kemandirian umat paroki termasuk juga mengelola sumber daya yang ada pada masyarakat umum dan umat.
Walaupun Tema baru akan dibahas pada Muspas Keuskupan pada Januari 2020 mendatang, namun kegiatan yang berlangsung selama dua hari (06-07/12) ini juga berbicara tentang kemandirian umat dalam liturgi. Hadir pembicara dari Komisi Liturgi Keuskupan Agung Merauke, Kanisius Guru S.Fil, memaparkan “Perayaan Sabda Hari Minggu dan Hari Raya Tanpa Imam (PSHMR), pembahasan ini dirasa sangat perlu agar dapat membantu pastor paroki yang harus melayani di pusat paroki juga di dua puluh dua stasi lainnya yang bahkan sangat sulit dijangkau sehingga tidak bisa diadakan ekaristi pada setiap minggunya. Pemberdayaan umat dewan stasi dirasa sangat penting untuk menjawab kebutuhan umat akan Perayaan Ekaristi.
Ditambahkan Kenz, biasa ia disapa bahwa Intisari Perayaan Sabda Hari Minggu dan Hari Raya Tanpa Imam (PSHMR) adalah umat merenungkan janji penyelamatan Allah, dan secara bersama melihat kehidupan dalam terang Sabda Ilahi serta mampu mengungkapkan Iman mereka melalui doa, nyanyian dan pelbagai sikap taat seturut kehendak Allah. Dengan demikian PSHMR merupakan perayaan iman, bukan berarti PSHMR dilaksanakan untuk menggantikan Perayaan Ekaristi melainkan untuk meningkatkan kerinduan dan semangat penantian akan kehadiran seorang imam ditengah jemaat yang akan memimpin Perayaan Ekaristi.
Dengan demikian pada sasarannya PSHMR bersumber dan tertuju kepada Ekaristi, bukan sebagai alternatif tetap pengganti Ekaristi. Bila Perayaan Ekaristi sungguh secara nyata tidak mungkin diadakan baik karena alasan kekurangan jumlah imam maupun karena situasi sosial dan alasan pastoral khusus. “Didalam Perayaan iman bersama akan Yesus Kristus yang bangkit diungkapkan, dalam perayaan ini umat memuliakan Allah dan Allah menguduskan manusia dengan pengantaraan Yesus Kristus dalam kekuatan Roh Kudus. (Bdk.SC7, pedoman umum ibadat harian).”
Simulasi juga langsung dipraktekan, pembagian peserta ke dalam 3 kelompok, para petugas mengambil perannya masing-masing, semua ikut terlibat dan paham akan tugasnya dengan baik dan benar. Selain agar umat mandiri, para pemimpin ibadat juga perlu memperhatikan aspek-asek dan tata cara liturgi yang benar. Seorang pemimpin hendaknya menjadi panutan maka ketika pemimpin ibadat berdiri didepan harus mempersiapkan diri dengan benar dan baik imbuh Ketua Komisi Liturgi KAMe ini.
Sekretaris Daerah Kabupaten Merauke, Drs. Daniel Pauta yang turut hadir mewakili pemerintah daerah membuka Muspas tersebut. Dalam sambutannya disampaikan agar umat dengan baik dan cermat mengikuti proses Muspas, sekali Katolik tetap Katolik, kalo sudah katolik jangan kemana-mana.” kelakarnya menutup sambutan.
Peserta Muspas yang hadir sebanyak 80 orang terdiri dari dewan Paroki, Dewan Stasi,utusan umat, kelompok kategorial yang bahkan datang dari desa-desa jauh dan sulit dijangkau. Walau banyak peserta sudah termakan usia namun semangat mereka tak lekang oleh waktu dan patut untuk diapresiasi. Semuanya mereka lakukan untuk terus membangun perkembangan iman umat agar lebih mandiri dan penuh persaudaraan. (Helen Yovita Tael-Komsos KAMe/ Stefani Ira)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.