Takut akan Tuhan berbeda dengan takut sebelum berperang atau kalah sebelum bertempur. Takut akan Tuhan adalah sebuah prinsip hidup yang mau menyatakan bahwa kita sebagai manusia memiliki Tuhan yang besar. Ini adalah sebuah kebijaksanaan. Dan itu pasti. Takut sebelum berperang pertama-pertama menyatakan kekalahan mental kita sebelum menghadapi tantangan hidup. Takut akan Tuhan adalah sebuah keberanian yang merupakan langkah dan keputusan yang diambil karena kesadaran bahwa Allah itu maha segala.Takut sebelum berperang merupakan sebuah kelemahan yang dapat dibaca lawan. Takut sebelum berperang adalah sebuah kekalahan dalam hidup terutama dalam “berperang melawan diri kita sendiri” yang penuh dengan gejolak duniawi.
Maka, sangatlah penting kita mempersiapkan diri. Persiapan itu ada kaitannya dengan persiapan mental diri kita. Prinsipnya bahwa kita adalah anak-anak terang. Kita adalah anak-anak siang. Kita bukan orang-orang gelap. Kita bukan manusia malam. Mengapa? Karena kita telah diberi cahaya oleh Kristus sendiri sebagai cahaya utama. Dan itu telah kita terima sejak penerimaan sakramen permandian. Hal itu ditandai dengan simbol cahaya lilin sebagai cahaya Kristus yang siap menerima langkah ghidup kita. Untuk itu, jangan pernah takut dengan tantangan hidup tetapi takutlah pada Kristus yang adalah cahaya di jalan hidup kita. Kuatlah dalam harapan akan-Nya. Pakailah baju iman dalam-Nya.
Kita memiliki Kristus sebagai cahaya. Ia juga memberikan kepada kita bakat dan atau talenta. Ini sebuah kepercayaan. Bertanggungjawablah terhadap cahaya yang diberikan Kristus untuk kita dalam relasi kita dengan Tuhan dan juga dengan sesama. Kita harus mampu untuk menjadi cahaya bagi sesama kita.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.