APA ARTI “MENJALA MANUSIA”?
Rekan-rekan yang budiman!
Nabi Yesaya terpukau oleh para makhluk surgawi yang khidmat memuji kebesaran Tuhan yang Maha Kudus. Saat itu juga ia merasa segera akan luluh binasa karena mendapati diri “kotor”. Ayat-ayat dari Yes 6:1-2a.3-8 itu diperdengarkan dalam bacaan pertama bagi Minggu Biasa V tahun C. Kemudian Injil Luk 5:1-11 diceritakan bagaimana Simon menyaksikan keajaiban yang terjadi serta-merta kata-kata Yesus diturutinya. Tetapi ia saat itu juga merasa diri pendosa dan mohon agar Yesus – yang disapanya sebagai Tuhan – menjauhinya. Tidak tahan ia berdekatan dengan Yang Ilahi. Yesaya dan Simon sama-sama dilanda kekuatan sabda ilahi dan merasa tak pantas.
Bagaimanapun juga pada saat-saat itu juga mereka dikuatkan. Bibir Yesaya dibersihkan. Yang kotor di-“bakar” habis, kesalahannya dihapus. Kepada Simon berkatalah Yesus, “Jangan takut!” Sapaan ini menghibur dan memberi kekuatan. Mereka boleh merasa lega di hadapan Yang Ilahi tanpa dirundung rasa gentar. Kini mereka mampu berbuat sesuatu. Yesaya bersedia diutus untuk menghadirkan Tuhan. Simon meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Yesus sepenuhnya. Pengalaman batin berjumpa dengan Tuhan dapat betul-betul menggerakkan orang dan membukakan lembaran baru dalam kehidupan. Orang tidak berhenti pada rasa terpukau atau gentar yang pasif melulu.
Ada tiga tahap pokok dalam mengalami kehadiran ilahi. Pertama-tama orang mendapati diri dipenuhi kehadiran itu, kemudian orang akan langsung merasa tak pantas, namun akhirnya tertolong sehingga dapat menerima kehadiran itu dengan ikhlas, tanpa takut-takut. Orang juga terdorong berbuat sesuatu yang cocok. Pengalaman ini menjadi inti panggilan menjadi orang suruhan Tuhan yang bakal membawa orang-orang kepadaNya, bukan hanya membawakanNya kepada manusia. Injil hari ini menggambarkannya sebagai panggilan untuk menjala manusia. Marilah kita teliti maknanya lebih jauh.
PANGGILAN UNTUK “MENJALA MANUSIA”
Dalam teks Yunani Luk 5:10, kata-kata Yesus “(kau akan) menjala manusia” berbunyi “anthropous (esee) zoogroon” dan sarat dengan pengertian “(kau akan) bekerja menangkap manusia-manusia untuk membawa mereka ke kehidupan”. Bila dipikirkan lebih lanjut, kata-kata Yesus itu berisi suruhan kepada Simon agar merenggut umat manusia dari kuasa maut. Penugasan seperti ini berarti pula ajakan ikut serta menjalankan karya Sang Juru Selamat sendiri. Ada beberapa hal yang dapat dicatat bersangkutan dengan panggilan ini dalam Injil-Injil. Dalam Injil Markus, panggilan Simon, Andreas, Yakobus dan Yohanes (Mrk 1:16-20) dikisahkan setelah Yesus mengumumkan kedatangan Kerajaan Allah (Mrk 1:15). Matius mengambil alih Markus, juga dalam hal menaruh peristiwa panggilan keempat murid pertama (Mat 4:18-22) setelah kedatangan Kerajaan Surga diumumkan (Mat 4:17; Matius memakai istilah Kerajaan Surga bagi Kerajaan Allah). Markus dan Matius hendak menunjukkan bahwa murid-murid dipanggil agar ikut mewartakan Kerajaan Allah kepada orang banyak. Injil Lukas mengolah bahan ini lebih jauh:
– Pertama-tama pewartaan Yesus mengenai Kerajaan Allah dibedakan dengan panggilan para murid pertama. Panggilan mereka diceritakan terjadi baru setelah Yesus mengajar orang banyak, mengusir setan, menyembuhkan orang sakit (Luk 4:14-44). Lukas rupa-rupanya ingin menunjukkan bahwa murid-murid pertama itu sebetulnya sudah mendengar tentang Yesus sebelum terpanggil mengikutinya secara penuh. Perjalanan menjadi pengikut Yesus dikisahkannya setapak demi setapak.
– Kemudian digarisbawahi satu arti “menjala manusia” , yakni agar manusia menemukan sumber kehidupan – yakni Tuhan sendiri. Markus dan Matius memakai ungkapan Yunani “halieis anthropou” yang harfiahnya “nelayan/penjala manusia”, tanpa penjelasan lebih jauh mengenai tujuannya.
– Akhirnya disoroti tokoh Simon Petrus secara khusus. Dan dalam hal ini ia memakai kisah penangkapan ikan secara menakjubkan yang tidak ada dalam Injil Markus dan Matius, tetapi yang muncul dalam bagian belakang Injil Yohanes (Yoh 21:4-14). Dalam Injil Yohanes kisah penangkapan ikan yang berlimpah-limpah itu dikaitkan langsung dengan penugasan Simon Petrus untuk memelihara domba-domba Yesus serta mengusahakan tempat hidup bagi mereka (Yoh 21:15-17). Ia tidak diangkat menjadi gembala mereka; Yesus sendirilah gembala mereka dari awal sampai akhir!
Peran khusus Simon Petrus itu ditampilkan Matius dalam hubungan dengan kisah pengakuan Petrus bahwa Yesus itu Mesias. Di situ Matius menambahkan Simon disebut Yesus sebagai batu karang dasar Gereja dibangun, tak bakal terkalahkan oleh maut, dan pemegang kunci surga (Mat 16:18-19). Tambahan seperti ini tidak didapati dalam Injil lain.
Jelas bahwa Matius, Lukas dan Yohanes sama-sama mengetengahkan peran utama Simon Petrus, tetapi dengan cara yang berbeda-beda. Markus tidak mengolahnya secara khusus. Maklum ketika Injil Markus selesai ditulis, yaitu pada paruh kedua tahun 60-an, peran utama Simon Petrus dalam Gereja Perdana diterima tanpa perlu diceritakan asal usulnya. Selang sepuluhan tahun kemudian ada upaya untuk menjelaskan bahwa peran ini memang berasal dari penugasan oleh Yesus sendiri. Upaya ini tercermin dalam Injil Matius, Lukas dan Yohanes. Penjelasan historis ini terasa lebih bermanfaat daripada pembicaraan yang beranjak dari hal penerusan peran apostolik Petrus kepada uskup Roma.
AKTUALISASI
HAR: Uraian tentang “menjala manusia” menarik. Tapi Injil-Injil tidak sama dalam menyebutkan pelakunya. Bagaimana menjernihkan hal ini?
GUS: Sabar. Justru dengan menyebut macam-macam orang itu mau diisyaratkan bahwa sebetulnya yang mengemban tugas itu bukan orang perorangan melainkan kelompok orang yang mempercayai Yesus dan bersedia mengikutinya.
HAR: Maksudnya kelompok murid-murid yang pertama-tama dipanggil?
GUS: Betul. Dan kemudian Gereja sampai zaman kita ini. Tugas “merenggut umat manusia dari maut” itu tugas Gereja.
HAR: Dijalankan dengan membaptis? Mewartakan sabda?
GUS: Antara lain. Tetapi kita jangan hanya berpikir mengenai Gereja dengan ukuran-ukuran ritual tok. Membaptis juga berarti mengubah wajah kemanusiaan dari yang bisa dikungkung kuasa-kuasa jahat menjadi yang merdeka untuk mengenal Yang Baik dan mengikutiNya. Banyak macam bentuk mewartakan Injilnya Kerajaan Allah. Gereja perlu terus menerus menawarkan ujud Kerajaan Allah yang menjawab kebutuhan zaman sekarang.
HAR: Termasuk kepedulian terhadap orang-orang yang terpojok dalam masyarakat?
GUS: Tentu. Lihat tuh terobosan di dalam program kerja Gereja Indonesia yang tentunya terdorong oleh kepedulian sosial yang makin peka. Ini satu bentuk “merenggut umat manusia dari kuasa maut” tadi.
HAR: Dan kita para pemerhati sabda ilahi ini jangan membiarkan sorot sabda itu pudar. Kepada orang di sekitar jangan hanya kita berikan lip service alias, Jawané “mung kelangan abab”.
GUS: Kembali ke “menjala manusia” dalam pengertian “merenggut umat manusia dari kuasa maut”. Kenyataan “maut” itu panjang: kemelaratan, kebodohan, ketakadilan, penindasan, perpecahan, tak adanya damai dan banyak lagi, you name it.
HAR: Gereja bisa mengajak orang-orang yang berkehendak baik untuk bersama-sama merenggut manusia dari serentetan ujud “maut” itu kan?
GUS: Bila bisa mengentas orang dari situ, integritas Gereja akan makin besar.
HAR: Setuju. Dan orang-orang yang kita layani akan menjadi pribadi yang merasa tak dilupakan Tuhan.
GUS: Dan tentunya juga tidak memperlakukan mereka sebagai komoditi bagi kerasulan. Begitulah tanggapan orang beriman terhadap Kristus yang bangkit yang dibicarakan Paulus dalam 1Kor 15:1-11. Bila tidak bisa mewujudkan keselamatan yang dapat dialami secara nyata, maka kata Paulus, kita ini “sia-sia saja menjadi percaya” (ayat 2).
DARI BACAAN KEDUA
Dari bacaan kedua, yakni 1Kor 15:1-15, dapat ditarik kesimpulan bahwa bagi Paulus kebangkitan Kristus ialah anugerah ilahi. Allah membangkitkan Kristus, Mesias utusan resminya, dari maut yang benar-benar telah mencengkeramnya. Inilah yang diwartakan di kalangan umat pertama. Ada gambaran bahwa Yang Mahakuasa merenggut Mesiasnya dari dari kuasa maut dan memberinya kemuliaan. Yang terjadi pada Yesus Kristus ini akan terjadi pula pada semua yang percaya padanya: tidak akan lagi dikuasai maut selama-lamanya. Yang Maha Kuasa akan membuat mereka terenggut dari wilayah itu. Bagaimana?
Ada titik temu warta Injil dengan pokok kepercayaan mengenai kebangkitan. Bila kebangkitan itu benar-benar pengalaman manusiawi, maka bisa dijalani oleh semua orang. Tentu tidak selalu terjamin pasti demikianlah yang terjadi. Ada yang terikut ada yang tertinggal. Apa yang mengerti ini diam saja? Injil hari ini justru mengajarkan kepada mereka yang sudah paham agar ikut serta mengusahakan makin banyak orang terenggut dari kuasa jahat dan berbagi kehidupan baru. Inilah makna menjala manusia.
Salam hangat,
A. Gianto
Pastor Yesuit, anggota Serikat Yesus Provinsi Indonesia; profesor Filologi Semit dan Linguistik di Pontificum Institutum Biblicum, Roma.