SEJENAK KE TEMPAT SUNYI
Rekan-rekan yang baik!
KEDUA belas murid yang diutus dua berdua ke pelbagai tempat untuk menyiapkan kedatangan Yesus kini kembali berkumpul dengan dia. Injil jelas-jelas menyebut mereka “rasul”, artinya orang yang diutus. Dalam pengutusan itu mereka dibekali kuasa atas roh jahat sehingga orang-orang yang mereka datangi dapat mulai mengenal siapa yang mengutus. Orang yang luar biasa. Dan ia bakal datang sendiri ke tempat kami! Tak mengherankan banyak yang tak sabar menunggu. Ada yang mengikuti para rasul yang kembali menemui sang Guru. Orang-orang itu ingin segera melihat sendiri siapa dia yang dikabarkan para utusannya. Itulah suasana yang melatari Mrk 6:30-34 yang dibacakan pada hari Minggu Biasa XVI tahun B ini. Para pendengar di zaman ini boleh mencoba memasuki suasana batin itu dengan ikut merasa-rasakannya.
Kesadaran yang Bertumbuh
Terasa betapa besarnya semangat para utusan yang kembali tadi. Kiranya mereka berhasil dan diterima di mana-mana. Mereka merasa bisa leluasa berbicara mengenai siapa Yesus yang bakal datang ke tempat itu. Tidak dirincikan apa yang mereka sampaikan. Tetapi boleh kita simpulkan dari sebuah peristiwa lain yang dicatat dalam Mrk 8:27-30. Di Kaisarea Filipi, dalam perjalanan berkeliling dari tempat ke tempat, Yesus menanyai para murid apa kata orang mengenai siapa dia itu. Ada pelbagai pendapat: Yohanes Pembaptis, Elia, atau seorang nabi. Begitulah pengertian orang banyak sebelum mendengar pewartaan para rasul. Kemudian Yesus pun menanyai murid-muridnya siapakah dia itu menurut mereka sendiri. Mewakili para murid, dalam Mrk 8:29 Petrus menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias. Inilah keyakinan mereka. Dan tentunya keyakinan inilah yang mereka sampaikan kepada orang banyak. Tetapi ada masalah. Bagaimana dengan larangan keras Yesus agar jangan memberitahukan tentang dia kepada siapa pun pada akhir peristiwa itu (Mrk 8:20)? Memangi Yesus tidak menyangkal kemesiasan yang diyakini para murid tadi. Yang tidak dimauinya ialah mengobral sebutan Mesias begitu saja dengan akibat mudah disangkut-pautkan dengan gerakan mesianisme politik waktu itu. Dari peristiwa ini dapat diperkirakan bahwa yang diberitakan para utusan tadi ialah kemesiasan Yesus yang sejati. Itulah yang mereka sampaikan dalam ujud ajakan agar orang berpikiran luas (“bertobat”) dan menjadi manusia utuh (tidak dikuasai “setan” dan “penyakit”) seperti tertulis dalam Mrk 6:12-13. Dengan keyakinan ini, para rasul sendiri juga semakin menyadari siapa Yesus itu. Inilah kiranya yang sekarang dibicarakan para rasul di hadapan sang Guru.
Sementara itu orang banyak juga berdatangan mengerumuni para rasul yang sedang berkumpul kembali dengan Yesus. Orang-orang pergi datang menemui murid-murid dan guru mereka sehingga makan pun mereka tak sempat (Mrk 6:31). Catatan ringkas Markus itu menunjukkan betapa besarnya harapan orang-orang itu. (Makin terasa bedanya dengan orang-orang yang mempertanyakan wibawa Yesus dalam Mrk 3:20-30.). Di sana, di sebuah rumah, Yesus kini dikerumuni orang banyak. Markus menambahkan bahwa “makan pun mereka tidak dapat” karena tidak mau kehilangan kesempatan mendekat kepadanya. Tapi di tempat seperti ini, ironinya, sanak dekat Yesus sendiri menganggapnya “tidak waras lagi”, dan ahli-ahli Taurat mengatakan Yesus “kerasukan Beelzebub”, nama iblis yang amat ditakuti. Tetapi kini dalam Mrk 6:30-34 komentar-komentar sumbang seperti itu tidak lagi terdengar. Orang-orang yang berdatangan mengikuti para rasul menemui Yesus itu penuh antusiasme dan harapan.
Mendalami Pengalaman
Yesus mengajak para murid pergi ke tempat yang terpencil, Yunaninya “erēmos”, untuk sejenak beristirahat. Mereka pun berkayuh ke seberang danau. Dalam bahasa Yunani, kata yang ini dipakai untuk menyebut tempat sunyi dan juga bagi padang gurun. Tetapi tempat sepi kali ini ialah perahu, tempat mereka berada hanya dengan guru mereka.
Yesus mengajak murid-murid untuk menyepi seperti dia sendiri dulu di padang gurun. Dulu di padang gurun Yesus semakin menyadari pernyataan dari surga bahwa ia anak terkasih dan kepadanya Allah berkenan (Mrk 1:11-12). Para rasul baru saja mengalami keberhasilan dalam berwarta dan menyembuhkan orang dari kuasa roh jahat dengan kuasa yang dibekalkan Yesus. Mereka perlu mengendapkan pengalaman ini. Bila tidak, mereka nanti bisa jatuh dalam tindakan pengusiran setan dan penumpangan tangan serta macam-macam talk show dan tidak lagi melihat inti pelayanan yang sebenarnya. Mereka mulai mengalami bagaimana memakai bekal kuasa atas roh jahat. Perkara yang tidak bisa dilakukan dengan asal saja. Begitulah setapak demi setapak mereka diikutsertakan dalam pelayanan Yesus kepada orang-orang sezamannya. Di tangan orang yang keyakinannya kurang lurus dan mendalam, kuasa seperti itu malah bisa disalahgunakan untuk menunjukkan kebesaran diri, bukan menyiapkan kedatangan sang Guru. lebih parah lagi, yang mau memakainya secara asal-asalan bisa celaka. Diceritakan dalam Kis 19:13-20 nasib ketujuh anak Skewa yang mau mengusir setan atas nama Yesus. Tapi orang yang kerasukan di Efesus itu malah menertawakan, lalu menubruk ketujuh dukun mogol itu dan menindih mereka sambil menghajar sampai mereka babak belur dan lari terbirit-birit telanjang.
Kita tidak mendengar seluk beluk yang terjadi selama para rasul berlayar bersama Yesus. Boleh jadi sang Guru memberi petunjuk-petunjuk. Boleh jadi mereka bertanya mengenai macam-macam roh. Bisa jadi tak banyak yang diperkatakan. Tetapi mereka akan teringat pengalaman pernah ketakutan di perahu yang diombang-ambingkan angin ribut dan amukan ombak. Ketika itu Yesus tetap bisa tidur enak. Mereka juga menyaksikan bagaimana Yesus menghardik diam gelombang dan badai. Masih terngiang kata-kata Yesus: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” (Mrk 4:40). Kini, juga di perahu, dalam suasana tenang mereka akan mengingat kembali kejadian tadi. Betapa jauhnya ketakutan tadi, betapa jauhnya ketakpercayaan tadi. Kuasa hebat itu juga sudah bisa dibekalkan kepada kami. Dan bisa kami pakai menolong orang. Dan tentunya ada banyak hal lagi yang terkilas dalam benak mereka dan mereka endapkan di saat-saat hening bersama sang Guru ini.
Dinamika di Tepi Danau
Orang banyak yang tadi berkerumun sempat melihat Yesus dan murid-muridnya naik perahu menjauh. Orang-orang itu tahu ke mana Yesus dan para murid pergi dan mendahuluinya lewat jalan darat. Tentunya perahu berhenti di tengah danau dan di situ para murid diajak sang Guru mendalami pengalaman batin. Karena itu orang-orang yang mengikuti lewat jalan darat lebih dahulu sampai. Mereka menunggu Yesus dan murid-muridnya. Ketika turun dari perahu dan melihat orang banyak sudah di sana maka Yesus tergerak hatinya melihat mereka seperti domba yang tidak ada gembalanya. Yesus pun mengajarkan banyak hal kepada mereka. Tersirat kritik kenabian dari pihak Yesus. Para pemimpin masyarakat Yahudi membiarkan orang banyak tak terurus.
Apa kiranya “banyak hal” yang disebut Markus diajarkan Yesus kepada orang-orang itu (Mrk 6:34)? Injil Matius tidak menyebutkannya. Boleh jadi Matius mengandaikan pembacanya sudah tahu. Tetapi dari Injil Lukas dapat sedikit didengar apa yang dimaksud Markus dengan “banyak hal” itu. Dalam Luk 9:11 disebutkan Yesus menerima orang banyak yang sudah menantikan di luar tempat ia berada dan “berkata-kata kepada mereka tentang Kerajaan Allah”. Dan kiranya banyak hal yang diajarkan kepada orang-orang tadi ialah mengenai Kerajaan Allah.. Mereka seperti domba tanpa gembala. Kini gembala yang mereka temukan ialah yang membawa mereka ke dalam Kerajaan Allah. Dan hari itu banyaklah yang mereka peroleh dari pengajaran dari Yesus. Mereka mendapat makanan batin. Dan sebentar lagi mereka akan mendapat makanan berlimpah juga.
Kumpulan orang tidak akan bergerak bila tidak digerakkan. Cukup bila ada orang yang berinisiatif dan yang lain-lain akan ikut. Bisa dilihat dalam tiap kerumunan. Dan biasanya terjadi bila ditargetkan ke satu hal. Misalnya arena tontonan pemusik rock, pertokoan dan rumah yang dijarah dalam amuk masa, atau seperti di sini, kelompok Yesus dan murid-muridnya. Apa yang dapat kita simpulkan? Di antara orang yang berduyun-duyun datang tadi pasti ada murid para rasul yang menyemangati dan menggerakkan orang berjalan ke tepi lain danau mendahului Yesus dan murid-muridnya. Para penggerak itu tidak disebutkan secara khusus. Tetapi kehadiran mereka tak diragukan. Dan mereka itulah nanti yang akan menghidupkan kelompok ini. Mereka inilah yang mendengar dan mencatat “banyak hal” yang diajarkan Yesus.
Bacaan dari Mrk 6:30-34 ini boleh jadi membuat kita ingin menjadi tokoh-tokoh yang ada di sana. Tapi akan kurang realistis bila kita tempatkan diri kita sebagai Yesus atau para rasul. Sebaiknya mereka ini kita amat-amati kita dengarkan, kita coba kenali lebih dalam. Dan kita akan belajar banyak dari mereka. Ada dua peran lain yang dapat diikuti, yakni orang banyak yang antusias dan penuh harapan dan para penggerak mereka yang tak disebut, tapi hadir dan bekerja di antara mereka. Banyak yang dapat terjadi. Mereka saling menguatkan. Mengusahakan perbaikan. Membaca keadaan dan menghadapi dengan kekuatan harapan dan kepercayaan. Dan masih banyak lagi yang bakal muncul dalam kehidupan nyata. Dan semuanya ini boleh terjadi di sana, di tempat ia sudah ditunggu.
Pastor Yesuit, anggota Serikat Yesus Provinsi Indonesia; profesor Filologi Semit dan Linguistik di Pontificum Institutum Biblicum, Roma.