Penegasan Petrus
Kisah tentang penegasan Petrus bahwa Yesus itu Mesias tumbuh di kalangan umat pertama yang ingin makin menyadari siapakah Yesus itu. Erat hubungannya dengan kisah ini ialah pemberitahuan yang pertama akan penderitaan, wafat dan kebangkitan Yesus yang dalam ketiga Injil Sinoptik diungkapkan langsung sesudah kisah tadi. Umat kiranya menyadari bahwa dua hal itu tak bisa dipisahkan. Marilah kita dekati kenyataan itu lewat Luk 9:18-24 yang dibacakan pada hari Minggu Biasa XII tahun C ini.
Penegasan Petrus – Pemberitaan Penderitaan
Dapat dicatat beberapa pokok mengenai penegasan Petrus mengenai siapa Yesus itu seperti disampaikan dalam ketiga Injil Sinoptik.
- Yesus yang mempesona dan diikuti banyak orang ini diakui dan diterima sebagai Mesias, yaitu dia yang resmi ditugasi Allah dan kedatangannya yang dinanti-nantikan banyak orang. Dialah yang akan memberikan kebanggaan menjadi umat Allah seperti dahulu kala. Dia-lah yang bakal memimpin orang banyak makin mendekat kepada Allah sendiri. Dalam kesadaran orang, Mesias ini ialah keturunan Daud yang akan mengawali zaman adil dan damai. Dalam keagamaan Yahudi, gagasan Mesias seperti ini disatukan dengan pengertian “anak manusia”, seperti terungkap dalam penglihatan Daniel (Dan 7:13). Orang-orang yang setia mengabdi Allah akan menjadi “anak manusia” dan dekat dengan Allah sendiri seperti dalam penglihatan tadi. Gereja Perdana percaya bahwa Yesus ialah tokoh ini.
- Keyakinan bahwa Yesus itu Mesias menjadi pegangan bagi mereka yang ingin memperoleh kepastian bahwa Yesus itulah dia yang dijanjikan Allah dan ditunggu-tunggu kedatangannya oleh banyak orang. Memang ada orang yang berpendapat bahwa Yesus itu Yohanes Pembaptis yang hidup kembali, atau nabi Elia yang menurut cerita orang banyak diangkat ke surga dan akan datang kembali, atau seorang nabi besar lainnya yang datang mewartakan kehadiran Allah walaupun bukan sang Mesias sendiri.
- Keyakinan tadi mau tak mau berhadapan dengan kenyataan bahwa Yesus akhirnya mengalami penderitaan, ditolak oleh para pemimpin masyarakat Yahudi yang sah (“tetua, imam kepala dan ahli Taurat” ialah tiga macam anggota di dalam Sanhedrin, badan resmi masyarakat Yahudi) sampai dibunuh. Kenyataan ini menjadi sandungan. Tetapi para murid Yesus menyaksikan kebangkitan Yesus pada hari ketiga. Dan pengalaman inilah yang membuat mereka percaya teguh bahwa Yesus itulah Mesias. Rumusan penegasan Petrus dalam Mrk 8:29 “Engkaulah Mesias” mengungkapkan pokok kepercayaan yang tumbuh dalam Gereja Perdana ini. Bukan tanpa arti bila dalam ketiga Injil Sinoptik pemberitahuan mengenai penderitaan, wafat dan kebangkitan yang pertama didahului dengan penegasan mengenai siapa sebenarnya Yesus itu.
- Penegasan Petrus seperti disampaikan Markus dipertajam oleh Matius dan Lukas dengan cara masing-masing. Menurut Mat 16:16, Petrus berkata, “Engkaulah Mesias, anak Allah yang hidup!” (Mat 16:16). Bagian kedua pernyataan ini, yakni “anak Allah yang hidup” menekankan pilihan Allah kepada Yesus dan menggarisbawahi tugas khusus membuat semua bangsa makin menyadari kehadiran Allah. Matius juga bermaksud menjelaskan bahwa Mesias yang dinanti-nantikan ini bukan pemimpin politik atau penguasa yang bakal membangun kembali kejayaan Israel dengan kekuatan militer. Maklum di kalangan Yahudi harapan semacam ini memang ada.
- Matius memikirkan kebutuhan umat yang berasal dari kalangan Yahudi. Guna meluruskan pandangan orang di kalangan itu ia menekankan segi non-politik dari ke-mesias-an Yesus. Persoalan ini tidak amat dialami dalam lingkungan Lukas yang bukan berasal dari kalangan Yahudi. Mereka lebih berminat memahami apakah kuasa dan tenaga Yesus itu memang berasal dari Allah sendiri. Begitulah ditandaskan dalam Luk 9:20 bahwa Mesias tadi “dari Allah”. Maksudnya, Yesus datang dari Dia dan membuat Allah datang kepada manusia membebaskan mereka dari kuasa-kuasa jahat, dari penyakit, dari kekersangan batin. Inilah yang membuatnya betul-betul Mesias bagi semua orang, bukan saja bagi orang Yahudi.
Yesus Berdoa
Lukas memulai kisah hari ini dengan menyebutkan bahwa murid-murid datang kepadanya ketika Yesus sedang berdoa sendirian (Luk 9:18). Bahwasanya ia pendoa tentunya bukan hal yang baru. Malah tidak terpikir bahwa Yesus bukan orang yang sering berdoa. Namun bila hal yang biasa seperti ini ditonjolkan sebagai latar, tentunya ada maksud khusus.
Sering dalam Injil Lukas disebutkan Yesus berdoa. Dapat dicatat di sini peristiwa-peristiwa berikut:
- Ketika Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, Yesus membiarkan diri dikuatkan oleh kehadiran ilahi. (Luk 3:22).
- Yesus berdoa semalam suntuk di sebuah bukit sebelum menetapkan ke-12 muridnya sebagai rasul (Luk 6:12). Pilihan yang penting ini terjadi dengan mengikutsertakan kekuatan ilahi.
- Yesus berdoa sebelum menanyai murid-murid mengenai pendapat orang dan mereka sendiri mengenai dirinya seperti dimuat dalam petikan yang sedang diulas ini.
- Yesus mengajak Petrus, Yakobus dan Yohanes ke gunung. Di situ ia berdoa dan dalam keadaan itu kemuliaannya kelihatan (Luk 9:28; lihat ulasan Minggu Prapaskah ke-2).
- Sebelum mengajarkan doa Bapa Kami kepada orang banyak, terlebih dahulu Yesus berdoa di sebuah tempat (Luk 11:1).
- Yesus berdoa di Getsemani sewaktu bergulat dengan dirinya sendiri apakah akan menerima kenyataan salib dalam hidupnya (Luk 22:41; sebelumnya ia berdoa bagi Simon, ayat 32, agar imannya tidak runtuh).
- Pada saat-saat terakhir di kayu salib, ia berdoa memohonkan pengampunan (Luk 23:34). Seruan nyaring ketika menyerahkan nyawa ke pada Bapanya (Luk 23:46) itu juga doa pasrah kepada-Nya.
Itulah kesempatan-kesempatan yang secara khusus disebut Lukas. Ada saat-saat lain ketika ia juga berdoa, misalnya pada perjamuan terakhir dengan para murid (Luk 22:19) atau ketika Yesus mensyukuri karya ilahi dalam dirinya (Luk 10:1). Bagi Yesus berdoa ialah menaruh diri di hadapan Yang Ilahi yang dikenalnya dengan akrab sebagai Bapa. Ia membiarkan kekuatan ilahi menghidupinya. Dan inilah yang lambat laun disadari oleh umat dalam Gereja Perdana, khususnya di kalangan Lukas.
Menyangkal Diri dan Memikul Salib?
Ayat 24 memuat ajakan agar orang yang mau menjadi muridnya berani menyangkal diri dan memikul salib tiap hari – itulah jalan mengikutinya. Apa artinya? Dijelaskan dalam ayat 25 bahwa mereka yang berusaha menyelamatkan diri (= “nyawanya”) malah tidak akan menemukan diri (“kehilangan nyawanya”), tetapi sebaliknya mereka yang menemukan diri dalam Yesus (“kehilangan nyawanya karena aku”) akan menemukan keselamatan (=“menyelamatkan nyawanya”). Dengan kata lain, makna kehidupan ini barulah sungguh memberi sesuatu yang diidam-idamkan bila dilihat hubungan dengan dia yang terurapi yang datang dari Allah sendiri itu.
Kedua ayat di atas mengungkapkan inti spiritualitas kristiani. Hidup sebagai orang kristen baru ada artinya bila membuat diri menjadi kenampakan Yesus sang Mesias ilahi itu. Disadari sepenuhnya ada pelbagai tarikan menjauh darinya. Ada pula ikatan-ikatan yang membuat orang kurang merdeka mendekat kepadanya. Menjadi muridnya ialah upaya memerdekakan batin.
Lukas menonjolkan Yesus sebagai pendoa, sebagai orang yang membiarkan daya-daya ilahi bekerja di dalam dirinya. Belajar darinya berarti juga belajar membiarkan kehadiran Yang Ilahi menjadi makin nyata. Di sini juga ada himbauan agar Gereja makin menjadi tempat orang dapat melihat bahwa Yang Ilahi tetap berkarya.
Menurut Luk 9:21 murid-murid dilarang mengumumkan bahwa Yesus itu Mesias dari Allah. Jadi apakah kita sekarang mesti merahasiakan hal ini? Konteks pesan itu ialah suasana sebelum kebangkitan. Sesudah kebangkitan, pewartaan seperti itu justru perlu disampaikan kepada semua orang, bukan terutama dengan kata-kata, melainkan dengan menghayati spiritualitas tadi dalam Roh kebenaran.
Salam dari Kanisius
Kredit Foto: vultusdomini.net
Pastor Yesuit, anggota Serikat Yesus Provinsi Indonesia; profesor Filologi Semit dan Linguistik di Pontificum Institutum Biblicum, Roma.