Digandeng Roh atau Digendong Setan?
Rekan-rekan yang baik!
Injil Minggu Prapaskah pertama tahun ini (Luk 4:1-13) mengisahkan bagaimana Yesus dicobai di padang gurun selama 40 hari. Marilah kita dalami terlebih dahulu beberapa pengertian pokok ini: dibawa Roh, padang gurun, dicobai 40 hari, dan saat Iblis kembali.
Dicobai Selama 40 Hari Di Padang Gurun
Tanya: Hari ini kita mendengarkan Yesus “dibawa oleh Roh ke padang gurun” ini. Tentunya untuk diuji integritasnya. Begitu kan?
Jawab: Nanti dulu. Lukas sengaja mengatakan Yesus “terbimbing Roh di padang gurun”, bukan “ke” begitu saja. Jadi di padang gurun ia tidak ditinggalkan Roh begitu saja. (Harfiahnya Mrk 1:12 mengatakan “Roh menggerakkannya sampai ke dalam padang gurun.” Bandingkan dengan Mat 4:1 “diantar sampai ke dalam padang gurun oleh Roh”.)
Tanya: Bila kekuatan ilahi tetap menyertainya, apa artinya berada di padang gurun?
Jawab: Yesus memang berada di tempat yang sepi dari keramaian dunia agar menjadi makin peka akan kehadiran Roh. Tapi di situ juga ia makin melihat Iblis dalam ujud yang paling kuat. Di padang gurun orang menemukan tempat senyap dan saat hening mendalami pengalaman batin berjumpa dengan dua kekuatan itu.
Tanya: Jadi percobaannya ialah bersiteguh bersama Roh atau mengikuti cara berpikir yang lain.
Jawab: Ya, memilih digandeng Roh atau digendong kekuatan lain. Dalam pilihan pertama orang perlu berusaha jalan terus. Pilihan yang lain bisa membuat orang enak-enak, tapi tak lagi bersama Roh.
Tanya: Lalu apa maksudnya ia dicobai Iblis selama 40 hari?
Jawab: Kurun waktu 40 hari menandai masa yang cukup lama yang mematangkan suatu pengalaman batin. Begitu pula nanti para rasul selama “40 hari” berulangkali melihat Yesus yang telah bangkit dan mendengarkannya berbicara mengenai Kerajaan Allah (Kis 1:3).
Tanya: Lukas mengatakan setelah dicobai 40 hari tanpa makan apapun, ia lapar. Dan di saat ini terjadi dialog antara Iblis dengannya. Manakah sebenarnya percobaannya? Yang ditawarkan Iblis pada akhir 40 hari itu atau yang dialaminya selama 40 hari?
Jawab: Pertanyaan menarik! Begini. Dalam pewartaan Injili paling awal, seperti dalam Mrk 1:12-13 disebutkan Yesus yang digerakkan Roh itu dicobai Iblis 40 hari, tak diceritakan percakapan antara keduanya. Tetapi kemudian Matius (Mat 4:1-11) dan Lukas (petikan hari ini, Luk 4:1-13) melaporkan tradisi mengenai percakapan pada akhir masa itu. Di situ dirincikan tiga godaan: mengenyangkan diri dengan menyuruh batu menjadi makanan (Luk 4:3-4 bdk. Mat 4:3-4), mendapat kuasa duniawi asal mau menyembah Iblis (Luk 4:5-8 4 bdk. Mat 4:8-10), dan menuntut agar Allah menolongnya bila ia menerjunkan diri dari wuwungan Bait Allah – jadi menuntut mukjizat (Luk 4:9-12 bdk. Mat 4:5-7; urutan kedua dan ketiga dibalik dalam Matius tanpa perubahan arti).
Tanya: Wah teringat kembali kuliah Injil Sinoptik nih. Tapi Injil Yohanes tidak memuat hal ini?
Jawab: Yohanes mengutarakan dengan cara lain. Yesus Sang Firman ilahi itu diwartakannya sebagai terang yang bersinar di dalam wilayah kegelapan dan kegelapan tak berhasil menindihnya (Yoh 1:5) karena Firman itu sejak awal ilahi sifatnya.
Tanya: Kembali ke Lukas. Ketika jelas ia tetap memilih berada dengan Roh, maka mundurlah Iblis menantikan saat yang tepat. Kapan saat yang tepat itu?
Jawab: Beberapa ahli tafsir beranggapan saat tepat itu terjadi ketika Iblis merasuki Yudas (Luk 22:3). Yesus yang sebentar lagi akan sendirian mengalami pergumulan batin di Getsemani itu diberatkan dengan pengkhianatan salah satu dari murid-murid yang paling dekat dengannya. Ini ujian terbesar. Di situ ia mengalami godaan untuk meninggalkan semua yang dibuatnya hingga saat itu. Tetapi kita tahu ia terus.
Roh: Kekuatan Ilahi Yang Menggerakkan
Dalam alam pikiran Kitab Suci, Roh ialah kekuatan yang tak kelihatan yang menggerakkan dan mengikutsertakan siapa dan apa saja yang ditemuinya. Maka sering dibayangkan sebagai angin, karena memang angin bergerak dan menggerakkan tapi tak bisa dilihat begitu saja. Sebelum ada penciptaan ada gerakan-gerakan ilahi, dalam bahasa Alkitab, “Roh Allah melayang-layang di permukaan air.” (Kej 1:2), yang kemudian menggerakkan apa saja. Ciptaan ialah ujud yang kelihatan dari gerakan-gerakan itu. Juga dalam Kitab Suci kerap dijumpai ungkapan Roh Tuhan turun ke seorang tokoh, artinya tokoh itu mulai digerakkan oleh kekuatan-kekuatan ilahi dan oleh karenanya akan mengerjakan hal-hal luar biasa. Para Hakim dulu begitu. Juga ketika Yesus mulai mengajar di sinagoga di Nazaret, ia menerapkan Yes 60:1 “Roh Tuhan ada padaku” kepada dirinya. Dalam peristiwa percobaan 40 hari itu, ia dibimbing Roh, artinya gerakan-gerakan Roh memimpinnya dan menyertainya dalam perjalanan yang menentukan pilihan hidupnya selanjutnya. Meskipun disertai dan dipenuhi Roh, Yesus tidak membuat Roh ke sana atau ke sini. Roh tidak bisa dipaksa-paksa. Maka dalam godaan ketiga dalam petikan Lukas, ia tidak mau mencobai kekuatan ilahi untuk melihat apa betul akan menyelamatkannya bila ia menerjunkan diri dari atap Bait Allah seperti disarankan Iblis.
Lingkup Kuasa Yang Jahat
Disebutkan dalam godaan kedua (Luk 4:5-6) bahwa semua kekuasaan dan kemuliaan kerajaan dunia telah diserahkan kepada Iblis dan ia dapat memberikannya kepada siapa saja. Ia menawarkannya kepada Yesus asal ia mau menyembahnya. Memang dalam kesadaran orang zaman itu, dunia manusia memang ada dalam kuasa yang jahat. Oleh karena itu kebutuhan akan datangnya Penyelamat makin terasa pula. Pendapat bahwa yang jahat telah memperoleh kuasa terhadap semua orang juga tampil dalam Why 13:7. Di situ ditegaskan bahwa setiap suku dan umat dan bahasa dan bangsa telah diberikan kepada binatang dari laut yang memiliki tujuh kepala dan sepuluh tanduknya bermahkota dengan tuliskan gaib, lambang yang jahat. Terlebih lagi, seperti tersurat dalam ayat berikutnya, semua orang akan menyembahnya, kecuali orang yang diselamatkan oleh kurban Anak Domba. Berarti yang jahat betul-betul berpengaruh besar di dalam dunia kehidupan manusia. Orang bisa terluput bila diselamatkan kurban diri Yesus. Maka dalam petikan Lukas tadi, Sang Penyelamat digoda agar tidak jalan terus bersama Roh. Jadi godaan menerima kekuasaan dan kemuliaan itu godaan yang teramat besar. Kejadian di Getsemani menggemakannya kembali. Yesus memang ingin lepas dari kesengsaraan yang bakal dialami asalkan memang demikian kehendak Bapanya. Ia tetap tidak menyerah kepada kekuatan yang jahat. Dan kelanjutannya kita ketahui. Beberapa waktu sebelum itu Yesus juga menghardik Petrus dengan kata-kata “Enyahlah Iblis!” karena berusaha menghalaunya dari jalan ke arah penderitaan penebusan itu (Mrk 8:33 Mat 16:23).
Dalam berjalan ke Yerusalem tempat ia nanti menderita, wafat dan bangkit, ia menunjukkan bahwa ia mampu merenggut orang-orang dari kuasa yang jahat (menyembuhkan orang sakit, mengusir setan), mengajarkan bagaimana orang bisa berharap pada kuasa yang baik (“Kerajaan Allah”), membawakan wajah Tuhan yang bukan maha penuntut melainkan yang maha murah (Bapa), memilih orang-orang yang menjadi rekan sekerja (murid-murid). Ini semua dilakukannya karena ia mantap berjalan bersama dengan Roh.
Mengenali Gerakan-Gerakan Batin
Pengalaman Yesus di padang gurun dapat juga terjadi pada banyak orang lain. Makin dalam orang menghayati pengalaman batin, makin jelas gerakan-gerakan yang ada di situ. Ajaran ulah batin para mistikus sejak Abad Pertengahan, baik di kalangan Yahudi (kabbalah) atau Kristen (asketika) maupun Islam (tasawuf), acap kali memuat latihan untuk membuat orang peka akan gerakan-gerakan batin sehingga dapat mengenali apa asalnya dari Roh atau dari kekuatan yang jahat. Dengan demikian orang makin dapat mendekat kepada yang baik dan menjauhi yang jahat. Ajaran ini terus berkembang pada zaman-zaman kemudian. Dalam Latihan Rohani Santo Ignatius Loyola (sesudah Abad Pertengahan) dikenal pula serangkai pegangan membeda-bedakan roh menurut keadaan batin orang, apa baru mulai mengenali kedua-duanya (LR 313-327) atau sudah lebih dekat kepada yang baik (LR 328-336). Ajaran ini dimaksud untuk menolong orang memperoleh kejernihan budi sehingga keputusan dan tindakannya menjadi makin seirama dengan Roh.
Salam hangat,
Pastor Yesuit, anggota Serikat Yesus Provinsi Indonesia; profesor Filologi Semit dan Linguistik di Pontificum Institutum Biblicum, Roma.