“Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab, ‘Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.’” (1 Petr 5, 5)
USAI pertemuan Caritas selesai, saya pulang ke Purwokerto naik kereta dari Solo Balapan. Satu gerbong hanya berisi beberapa orang, sehingga ada penumpang yang bisa slonjoran di kursi kosong. Kereta berhenti beberapa saat di stasiun Yogya.
Saat itu rombongan anak-anak sekolah masuk dengan hiruk pikuk. Gerbong yang semula sepi jadi ramai dengan tingkah anak-anak. Ada yang cari tempat duduk, ngatur tas, memutar tempat duduk, membuka bungkus makanan. Setelah semua duduk pun masih nampak kesibukan mereka dengan gadget masing-masing. Anak-anak begitu ribut, sehingga guru mereka terpaksa berdiri dan memberi peringatan agar mereka tidak mengganggu penumpang lain.
Mereka pun mengurangi keributannya, sehingga yang terdengar cuma cekikikan. Nampak bahwa para siswa taat terhadap guru, remaja tunduk pada orang tua. Banyak orang muda tunduk pada orangtua, entah karena sungkan, takut atau alasan lain.
Banyak orang muda punya sikap hormat terhadap orang tua. Namun demikian banyak juga orang muda yang sulit tunduk dan taat pada orangtua, sehingga konflik orang muda dan orang tua sering terjadi. Banyak anak muda tidak kerasan di rumah dan melarikan diri karena relasi dengan orang tuanya buruk.
Konflik antara orang muda dengan orangtua tidak hanya terjadi dalam keluarga, tetapi juga sering terjadi dalam komunitas religius, antara senior dan junior; terjadi juga dalam komunitas pastoran, antara imam muda dan imam tua.
Konflik dan beda pendapat selalu terjadi dan sulit didamaikan. Masing-masing merasa diri benar dan punya argumentasi yang meyakinkan. Mereka juga punya data-data sahih dan lengkap sebagai penguat argumentasi. Betapa sulit bagi orang muda untuk tunduk dan taat begitu saja terhadap orangtua.
Sebaliknya, betapa subur sikap congkak dan sombong dalam situasi seperti itu. Tunduk pada orangtua memang membutuhkan sikap rendah hati, agar mampu melihat kelemahan, kekurangan dan kelemahan diri sendiri serta menghargai kelebihan orang lain.
Orangtua memang sering lemah dan rapuh. Namun mereka juga punya pengalaman hidup yang kaya.
Teman-teman selamat malam dan selamat berakhir pekan. Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.