MALANG – Semangat belum pudar, terasa di aula Pondok Rohani Sta. Theresia Lisieux, Malang, tempat pelatihan radio online bagi para aktivis komsos keuskupan ini. Errol Jonathans, fasilitator pelatihan ini, mengajak 40 peserta untuk belajar mengenai teknik wawancara. Berikut tipsnya:
- “Jangan sampai pewawancara lebih banyak berbicara daripada narasumber. Pewawancara juga harus bisa mengantar jawaban narasumber menurut kebutuhan pemirsa,” ujar Errol.
- Pewawancara baiknya memberikan pertanyaan yang open-ending (akhiran terbuka), seperti menggunakan: “Bagaimana?” “Mengapa?” Hindari pertanyaan yang jawabannya ya/tidak.
- Buatlah daftar pertanyaan SETELAH pewawancara mengetahui jelas tema dan topik bahasan, serta sasaran informasi yang mau diketahui dari narasumber.
- Buat rute pertanyaan, persiapkan diri juga untuk pertanyaan yang kontekstual bila jawaban narasumber ternyata menarik untuk digali -sebelum masuk ke pertanyaan yang tidak berhubungan dengan sebelumnya.
- Formula pertanyaannya: satu ide satu kalimat. Narasumber akan lebih fokus dalam menjawab, dan penonton/pemirsa juga dapat memahami dengan mudah.
- “Pewawancara tidak boleh bangga memberikan pertanyaan sampai narasumber merasa tersudut dan tidak bisa memberikan informasi apa-apa, karena itu berarti wawancaranya gagal,” kata Errol. Arahkan pertanyaan yang akomodatif, sopan, etis, sekaligus jawabannya dibutuhkan orang lain.
- Alur berpikir -demikian juga bertanya- harus runtut dan urut. Logikanya urut, lugas, jelas, singkat, dan padat.
- Hindari pertanyaan yang klise.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.