“Di situ tidak akan ada lagi bayi yang hanya hidup beberapa hari atau orang tua yang tidak mencapai umur suntuk, sebab siapa yang mati pada umur seratus tahun masih akan dianggap muda, dan siapa yang tidak mencapai umur seratus tahun akan dianggap kena kutuk.” (Yes 65, 20)
Kemaren siang saya ikut pertemuan panitia penggalangan dana untuk pengembangan Panti Wreda.
Setelah pertemuan selesai, saya sempat melihat lokasi dimana para opa-opa tinggal. Seorang ibu menunjukkan bahwa ada seorang opa yang sudah berusia 108 tahun. Opa ini badannya kurus dan hanya berbaring di tempat tidur. Tulang-tulangnya nampak menyembul dibalut kulitnya yang tipis.
Orang yang sudah berusia lebih dari seratus tahun nampak begitu rapuh, penuh keriput, rambut semakin habis. Opa tersebut sudah tidak mampu melakukan sebuah pekerjaan atau mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Orang lain harus menyediakan makan dan minumnya serta melayani kebutuhan hidupnya yang lain.
Opa tersebut masuk ke Panti Wreda karena keluarganya sudah keberatan dan tidak sanggup mengurusnya.
Kenyataan seperti ini rupanya masih juga dialami oleh opa dan oma yang lain. Banyak dari mereka yang usianya sudah melebihi angka tujuh puluh tahun. Kondisi fisiknya pun hampir sama, yakni semakin lemah, rapuh, berkeriput dan dalam banyak hal tergantung dari uluran tangan orang lain.
Banyak lagi dari mereka yang sudah tidak diperhatikan keluarganya, bahkan mereka disingkirkan dari keluarga karena berbagai alasan. Syukur bahwa banyak orang yang masih mempunyai perhatian dan kepedulian terhadap opa dan oma ini. Mereka terlibat dengan berbagai cara, sesuai dengan kemampuan mereka.
Ada yang memberikan bantuan makanan, minuman, pakaian, pelayanan kesehatan, atau hanya sekedar datang untuk berkunjung dan menghibur mereka. Apa yang mereka lakukan terhadap opa dan oma sesungguhnya tidak hanya ungkapan kepedulian atau kesetiakawanan sosial. Tetapi merupakan usaha untuk menemukan ‘wajah Kristus’ yang nyata dan menyentuh secara nyata tubuh-Nya yang menderita dalam diri sesama yang menderita.
Teman-teman selamat pagi dan selamat berkarya. Berkah Dalem.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.