MIRIFICA.NET – ”Torang samua basudara” atau “Kita semua adalah saudara”, merupakan semboyan masyarakat Sulawesi utara. Persaudaran yang selalu dirindukan oleh semua orang. Bebas dari semua ancaman dan bahaya. Di Sulawesi utara ini juga tepatnya di aula Savelberg, Lotta, pada hari Sabtu 7 Maret 2020, diadakan sosialisasi dokumen Abu Dhabi “Persaudaraan Manusia Untuk Perdamaian dan Hidup Bersama.” Sebuah dokumen penting yang menjadi tonggak sejarah dalam dialog antar agama.
“Tujuan pertama dan terpenting agama adalah percaya kepada Allah, menghormatiNya dan mengundang semua laki-laki dan perempuan untuk percaya bahwa alam semesta ini bergantung pada Allah yang mengaturnya…(no.23)” Kutipan isi dokumen ini jelas bahwa tujuan beragama adalah percaya kepada Allah. Namun seiring kondisi sekarang sering dibangun opini hoax yang berkali-kali dikatakan sehingga orang menjadi percaya. Demikian juga isu-isu agama sering menjadi bahan hoax yang memunculkan perpecahan. Karena itu tujuan sosialisasi ini adalah untuk membangun persaudaraan sejati seperti semboyan masyarakat Sulawesi utara “torang samua basudara”. Apa yang menjadi isi dari dokumen ini diharapkan bisa menjadi nyata dalam kehidupan bermasyarakat, demikian kata Pst. Damianus Pongoh Pr, selaku ketua panitia kegiatan ini.
Kegiatan yang dimulai pukul 08.00-13.00 ini melibatkan lima komisi rumpun kemasyarakatan KWI dan lima komisi di keuskupan Manado. Kegiatan ini diawali dengan pemaparan dokumen Abu Dhabi oleh sekretaris jendral HAK KWI, Pst. Hery Wibowo. Kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi dari perspektif politik dan gender oleh sekretaris jendral SGPP, Sr. Natalia OP. Dan materi dari perspektif ekonomi dan keadilan oleh sekretaris jendral komisi PSE KWI, Pst. Ewaldus.
Masing-masing pemateri menjelaskan berdasarkan perspektif masing-masing. Pst. Ewaldus dari perspektif ekonomi menjelaskan bahwa “harapan agama itu sebenarnya sederhana, semakin beriman semua pemeluk agama itu semakin dia menjadi nyata dan terwujud dalam persaudaraan dan akhirnya dalam gerakan berbela rasa, kepedulian satu sama lain, termasuk di dalamnya saling membantu dalam terwujudnya ekonomi yang baik.”
Kegiatan ini dihadiri juga oleh oleh uskup emeritus Josep Suwatan MSC, para dosen, tokoh-tokoh agama dan masyarakat, beberapa masyarakat pada umumnya. Dalam dialog tanya jawab ada banyak masukan tentang bagaimana membangun persaudaraan itu. Salah satu peserta menyatakan bahwa, “yang perlu dilakukan sekarang adalah bertindak. Melakukan apa yang baik, sehingga diskusi ini tidak berakhir dikalangan kita saja, tetapi diketahui juga oleh masyarakat luas dan pada akhirnya mereka juga mampu bertindak yang sama.”
Itulah juga yang diharapkan dalam akhir dokumen ini yakni dapat menjadi saksi akan kebesaran iman kepada Allah yang mempersatukan hati yang terpecah dan mengangkat jiwa manusia (no.42) dan pada akhirnya berusaha mencapai tujuan menemukan perdamaian universal yang dapat dinikmati oleh semua orang dalam hidup ini (no.44). (Yohanes I Made Pantyasa)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.