“Hai kamu sekalian, mengapa kamu berbuat demikian? Kami ini adalah manusia biasa sama seperti kamu. Kami ada di sini untuk memberitakan Injil kepada kamu, supaya kamu meninggalkan perbuatan sia-sia ini dan berbalik kepada Allah yang hidup, yang telah menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya.” (Kis 14, 15)
“Kami ini adalah manusia biasa!”
Begitulah reaksi dan seruan Paulus dan Barnabas kepada orang banyak, setelah mereka menyaksikan bahwa Paulus menyembuhkan seorang yang lemah kakinya dan lumpuh sejak lahir di kota Listra. Orang banyak kagum, senang dan gembira menyaksikan peristiwa itu. Bahkan mereka meyakini bahwa para dewa telah turun ke tengah-tengah kehidupan mereka dalam rupa manusia. Orang banyak menyebut Barnabas sebagai Zeus dan Paulus sebagai Hermes.
Mendewa-dewakan seseorang merupakan kenyataan yang sering terjadi di dalam kehidupan masyarakat dan umat beriman.
Kemaren sore saya berjumpa dengan seorang anak kecil dari stasi di halaman keuskupan. Anak ini sekolah di TK. Orangtuanya minta agar anak ini jangan dinaikkan kelas, karena masih terlalu kecil.
“Apakah mau jadi romo?”, tanyaku.
Anak itu dengan cepat menjawab, “Tidak mau!”
Anak ini menyebutkan nama romo paroki, sebagai romo yang paling disukai. Orangtuanya menambahkan bahwa anak ini bersemangat sekali ke gereja, kalau tahu bahwa yang memimpin misa adalah romo idolanya. Tetapi kalau yang memimpin romo lain, anak ini ngambek dan minta cepat pulang.
Seorang anak bisa mendewakan seorang imam, dalam arti terkesan, menyukai, mengagumi, memberi perhatian lebih, menjadikan idolanya, menganggapnya paling baik dan hebat. Orang muda dan dewasa sering juga punya kecenderungan seperti ini, yakni mendewakan seseorang karena jasanya, budi baiknya, penampilannya, kekayaannya atau karyanya yang mengagumkan, kecerdasannya.
Dalam situasi seperti ini, seruan para rasul tadi sungguh menggema, “Kami ini adalah manusia biasa.”
Manusia yang memiliki banyak kelemahan, kekurangan dan ketidaksempurnaan. Manusia yang tidak mempunyai kesaktian dan kehebatan seperti para dewa. Manusia biasa yang dipergunakan Tuhan untuk mewartakan suka cita bagi banyak orang.
Teman-teman selamat malam dan selamat beristirahat.
Berkah Dalem.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.