JAKARTA, MIRIFICA.NEWS – Menghadapi Pemilukada serentak 2017, tokoh lintasagama sepakat menyerukan pilkada damai dengan menghindarkan isu suku, agama, dan ras atau sara.
Seruan tokoh lintas agama disampaikan pada acara konferensi pers di Kantor Pusat Pengurus Besar Nadhatul Ulama (PBNU) di Jakarta, Kamis (27/10/2016).
Ketua PBNU, H. Marshudi Shuyud yang juga insiator acara konferensi Pilkada Damai mengingatkan agar kondisi bangsa yang aman ini hendaknya tetap terjaga, betapapun saat ini Indonesia segera melaksanakan Pilkada serentak.
“Kita menginginkan Indonesia ini dalam kondisi apapun tetap tenang, aman dan nyaman, sehingga betapapun kita belum sependapat atau beda pendapat, kita tetap bisa saling mengontrol dengan baik demi terciptanya kerukunan hidup bersama,” ujar H. Marshudi.
Ia juga mengapresiasi perkembangan demokrasi yang dari hari ke hari semakin memperlihatkan kualitasnya. Aksi unjuk rasa menentang Ahok yang dilakukan oleh elemen masyarakat tertentu, ia mencontohkan, tidak lagi berujung rusuh.
“Syukur-syukur dan mudah-mudahan nanti demo kemarin yang rusak itu hanya rumput, lama-lama nanti demonya dalam suasanan dingin, semua bisa duduk bersama dalam satu ruangan,” harapnya.
Kepada umat dan masyarakat yang akan melaksanakan pilkada serentak di berbagai daerah, alumni Pesantren Raudlatul Mubtadi’inasal, Jember, Jawa Timur ini berpesan agar umat dan masyarakat tidak mudah terpancing dengan isu-isu yang disebarkan melalui media sosial.
Sekretaris Persekutuan Gereja Indonesia (PGI), Pdt. Gomar Gultom dalam seruan pilkada damainya mengungkapkan PGI sebagai bagian dari elemen bangsa Indonesia telah ikut bersama membangun bangsa ini dan telah sepakat dengan demokrasi sebagai cara membangun peradaban bangsa ke depan.
Ia berpandangan bahwa di beberapa daerah ada kecenderungan agama kehilangan nilai-nilai luhurnya karena ditarik ke dalam wilayah politik atau sebaliknya politik ditarik ke dalam wilayah agama. Ia yakin semua agama di Indonesia memiliki nilai-nilai luhur yang dapat disumbangkan bagi proses demokratisasi bangsa Indonesia.
Karenanya, Gultom menghibau agar tokoh-tokoh agama jangan karena kepentingan sesaat, karena kepentingan jangka pendek lima tahunan lalu mengorbankan kepentingan bangsa yang lebih. besar. Juga kepada para peserta kontestan untuk tidak mencampuradukan apalagi mengurangi nilai-nilai luhur agama itu.
“Kehadiran kami ini adalah sebuah komitmen kolektif, “ katanya mempertegas.
Pendapat serupa disampaikan pula oleh sekretaris Jenderal Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Mgr. Antonius Subianto Bunyamin. Dalam seruannya, uskup Bandung ini mengatakan, pilkada sebagai sebuah perayaan demokrasi, perlu didukung dengan komitmen moral yang tinggi.
Maka kehadiran tokoh agama di sini, demikian kata Mgr. Antonius, tentunya membawa serta komitmen moral itu agar pilkada langsung dapat dirayakan penuh sukacita.
“Jangan karena satu dua kesalahan, pilkada lalu menjadi perayaan dukacita,” ujar Mgr. Antonius.
Ia mengungkapkan bahwa Gereja Katolik mendukung sepenuhnya Pilkada yang luber, dimana para aparat juga dapat bertindak dengan baik. Kalau ini sungguh terjadi , maka pilkada akan memiliki bobot lebih. Menurutnya, “Proses yang baik akan menghasilkan buah yang baik”
Sementara itu, Sekretaris Umum Parisahda Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Ketut Parwata berpandangan pilkada serentak ini menjadi momentum untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah sebuah bangsa besar dan kuat.
Menurut Ketut, sebuah bangsa yang besar dan kuat harus memiliki masyarakat yang dewasa (mature community), masyarakat yang mampu memilah dan memilih sesuai dengan hati nurainya.
“Bagaimana memilah dan memilih, itu termasuk pula berbagai isu dan berita yang disebarkan di media sosial,” katanya.
Uung Sendawa dari Majelis Ikatan Konghuchu Indonesia punya pendapat tertentu. Menurutnya, Kalau seluruh elemen bangsa ini betul-betul punya komitmen pada Indonesia yang plural ini, maka pilkada serentak di 2017 nanti harus dilaksanakan dalam track yang benar, tidak menggunakan isu-isu yang akhirnya dapat memecah belas masyarakat.
Hadir pula Ketua Umum PHDINSI, Suhardi Senjaya yang mengatakan bahwa pemilukada merupakan sarana untuk membawa Indonesia semakin jaya.
“Pemilukada itu bukan tujuan, tapi sarana,” katanya.
Ia mengharapkan agar dalam pelaksanaanPemilukada nanti semua harus punya satu kesadaran bahwa Indonesia harus jadi lebih baik. Faktanya bahwa Indonesia terdiri dari berbagai suku, agama, ras dan bahasa merupakan sebuah anugerah yang jika dikelola secar abaik akan menjadi kekuatan besar dalam membangun bangsa dan negara.
Ketua Umum Salah satu Majelis yang tergabung di Walubi, yang juga eks ketua Dewan Sangha/Dewan Dakwa Walubi, Suu Beni juga mengingatkan agar semua orang perlu sadar diri. Bahwa agama hadir di dunia untuk menjawab tantangan jaman supaya bisa lebih baik lagi di dunia ini.
Benny mengaku kagum dengan pilkada serentak seluas Indonesia ini.“Bayangin, pilkada, langsung se-Indonesia, semua perlu sadar diri, bawa diri, menempatkan diri, agar kita secara bersama-sama dapat meningkatkan diri, agar ktia tidak malu pada anak-cucu kita”
“Apa kata dunia, gara-gara pilkadal kok jadinya begini,” katanya.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.