Evav Dalam Rencana Ilahi Evangelisasi
JAUH sebelum tahun 1564, Evav atau yang kini lebih dikenal dengan Kei Kecil merupakan sebuah pulau terpencil dan tak diperhitungkan dalam misi dagang portugis dan VOC Belanda. Terletak di wilayah Tenggara Maluku, Evav sesungguhnya hanya sebuah pulau kecil tak bergunung dan dipenuhi batu karang. Dalam kalkulasi ekonomi pedagang Portugis dan VOC Belanda, Evav tidak pernah diincar sebagaimana wilayah lainnya seperti Maluku Utara dan Maluku Tengah. Namun, dari sanalah, rencana ilahi evangelisasi dimulai.
Catatan sejarah Gereja memperlihatkan bahwa ketika gebyar penginjilan digelorakan seiring datangnya misi dagang Portugis pada abad pertengahan ke Maluku, kemudian VOC Belanda melanjutkan gelora itu, para pedagang Barat ini hanya berkutat hanya di Maluku Tengah dan Utara dengan menyisakan Tenggara yang tak diberkati dengan rempah rempah incaran mereka. Evav yang tandus hanya dihiasi pasir putih nan halus laksana tepung terigu, laut jernih bak pualam dan karang keras berduri bak punggung landak. Tidak komersial dalam kalkulasi ekonomi, namun potensial subur dalam rencana ilahi evangelisasi.
Bahkan ketika derap penginjilan Maluku disemarakkan oleh ‘raksasa’ evangelisasi, St. Fransiskus Xaverius, ‘the Apostle of the Indies’, pelindung Misi Gereja Universal, dan pelindung Keuskupan Amboina, ikut membajak dan menuai di ladang Maluku, dia hanya melangkah di Tengah dan Utara Maluku (1546) tanpa sedikit pun melirik batu karang Evav, lalu menuju ke Moro (1547) balik lagi ke India (1548), kemudian ke Jepang (1549), sampai wafatnya di pulau Sancian (1552) dalam kerinduan untuk masuk ke daratan Cina yang lebih menawan.
Padahal dari arah Tenggara, di ujung dunia Maluku ini ada lambaian pengharapan yang disenandungkan orang Evav. Sebagaimana dulu di zaman St. Paulus dengan orang Makedonia yang mendesak: ”Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!”(Kis 16:9). Lambaian tangan orang di Makedonia langsung disikapi oleh St. Paulus. Berbeda dengan lambaian tangan penuh pengharapan dri orang-orang Makedonia, lambaian pengharapan orang Evav terabaikan dari tahun ke tahun, merentang jauh hingga abad ganti abad.
Sebab sedari abad ke 16 baru pada abad ke 19, tepatnya sejak 1860 para misionaris Jesuit berkenan mengunjungi Evav, lalu sejak 1888, Uskup Vikariat Apostolik Batavia mempercayakan ‘Secara Penuh Penanganan Wilayah Luas Di Kepulauan Kei Dan Papua”(bdk buku Restorasi Misi Katolik di kepuluan Maluku – RMK, kanisius 2015, hal 55) kepada Ordo Yesuit.
Sesungguhnya, zending Protestan yang didukung kuat oleh pemerintah Belanda lewat perhatian khusus dari Gubernur Jenderal Otto van Rees juga beriktiar menginjili Evav dengan mengirimkan pendeta dan penginjil namun tanpa hasil. Sejalan dengan misi Protestaan yang gagal, sejak tahun 1850-an ada juga usaha keras untuk memperluas agama Islam di Evav.
=========
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.