PAUS Johanes Paulus II (almarhum) dalam surat apostolik Redemptoris Missio no.37 memberi sudut pandang baru bagi gereja dalam menghadapi pesatnya kemajuan komunikasi.
Bagi Santo asal Polandia ini, untuk mewartakan iman Kristiani, media tidak akan cukup. Media komunikasi saat ini bukan lagi sebatas sarana atau alat pelengkap aksesori kehidupan tetapi telah memicu lahirnya budaya baru.
“Media telah menjadi bagian dari gaya hidup modern saat ini. Media memberikan identitas pada generasi baru. Media juga menjadi ‘makan minum’ generasi baru,”ujar Ketua Komsos Keuskupan Ruteng Romo Edy Menori pada workshop bertajuk “Media Sosial Sarana Pewartaan” di Labuan Bajo, Flores, Nusa Tenggara Timur, Rabu (4/6/2014).
Mengutip kata Yohanes Paulus II, Romo Edy menyebutkan, pengaruh media sungguh luar biasa dalam membentuk gaya hidup anak zaman ini. Karena itu, persoalannya bukan lagi sebatas urusan teknis dan bagaimana menggunakan media untuk pewartaan. Namun, lebih dalam dari itu menyangkut semangat di balik keterlibatan dalam budaya baru ini.
Masih mengutip gagasan Yohanes Paulus II, Romo Edy menyebutkan yang penting saat ini adalah integrasi Injil ke dalam budaya baru yang dipicu oleh pesatnya kemajuan media komunikasi.
Injil jangan hanya dijadikan inpirasi bagi budaya baru, melainkan harus menjadi semangat dasar dari new culture. Maka keselamatan, cinta, keadilan dan kejujuran harus menjadi semangat dasar dan orientasi dari budaya baru.
“Tidaklah cukup cuma mengutip Injil untuk kepentingan pewartaan melalui media. Kita mesti bertolak lebih dalam dari wartawan menjadi pewarta. Injil harus bertumbuh dan berakar dalam new culture. Dan new culture atau kultur media ini harus serentak menjadi budaya Injil atau kitab suci,”tegas Romo Edy.
Praktisi di bidang Public Relation, Tim Komsos KWI