KEHADIRAN orang yang mati sebelah tangannya di rumah ibadat, tidak sedikitpun menimbulkan iba dan belas kasih di hati orang Farisi.
Hati nurani mereka telah dibutakan oleh ambisi untuk mengejar kesempurnaan dalam menerapkan hukum Sabat.
Berbeda dengan Yesus yang sangat menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan cinta kasih. TindakanNya yang menyembuhkan tangan orang yang menderita di hari Sabat, melahirkan konflik.
Akibat kedegilan hati orang Farisi, hari yang kudus menjadi ajang untuk menghakimi dan mencari kesalahan orang lain.
Mari teladani sikap dan tindakan Yesus yang mengutamakan kasih.
Sadari bahwa tidak ada batasan waktu untuk berbuat baik.
Ulurkan tangan untuk meringankan penderitaan sesama dan tebarkan kebaikan di setiap saat, di mana saja dan kepada siapa saja.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.