“Kemudian Yesus dengan murid-murid-Nya menyingkir ke danau, dan banyak orang dari Galilea mengikuti-Nya.” (Mrk 3, 7)
BEBERAPA waktu yang lalu, ada sekian ratus orang di Desa Slimpet menyingkir dari rumah mereka dan tinggal di sebuah sekolah. Di Desa Cijeunjing juga ada sekian puluh orang menyingkir ke tempat yang aman. Mereka ini merupakan dua klompok orang dari sekian banyak kelompok orang yang harus menyingkir karena bencana alam.
Alasan untuk menyingkir tentu tidak hanya terbatas karena ada bencana alam, tetapi juga karena alasan yang lain.
Orang menyingkir karena tidak mau bertemu dengan musuhnya, saingannya atau lawannya. Orang menyingkir agar tidak terserempet kendaraan yang melaju kencang. Orang menyingkir karena ada rombongan pejabat lewat, rombongan jenazah dan pelayat lewat. Orang menyingkir karena males melihat wajah sesama yang bikin ‘eneg.’
Menyingkir artinya menghindar dari sesuatu yang membahayakan hidup atau seseorang yang membuat dirinya ‘terancam.’ Yesus dan para murid-Nya juga menyingkir ke danau, setelah mereka melayani banyak orang yang sakit.
Banyak kali Yesus menyingkir seorang diri, menjauhi kerumunan banyak orang dan pergi ke tempat sepi.
Di sana Yesus berdoa kepada Allah, Bapa-Nya. Menyingkir sejenak dari rutinitas dan pekerjaan harian adalah sesuatu yang baik. Ini merupakan kesempatan untuk tenang, hening dan mengolah berbagai macam pengalaman hidup serta berbagai perasaan yang muncul secara tidak beraturan; kesempatan untuk menjernihkan kembali cita-cita, orientasi atau tujuan hidup; kesempatan untuk menyegarkan kembali motivasi dan semangat pelayanan.
Kapan dan dalam peristiwa apa, saya pernah ‘menyingkir’?
Teman-teman selamat petang dan selamat berkarya. Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (The Ran Some)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.