Beranda OPINI Teknologi dengan Relasi Manusia

Teknologi dengan Relasi Manusia

pksn kwi 2019

Tidak sedikit yang menyalahkan atau mengatakan bahwa segala yang terjadi pada setiap anak adalah dampak dari penggunaan teknologi. Perkembangan teknologi yang sangat pesat pada zaman sekarang ini banyak membawa perubahan dalam sisi positif hingga sisi negatif bagi penggunanya, misalnya dalam segi positif dapat mempermudah segala aktivitas seperti mempermudah mencari sumber materi pelajaran melalui internet, alat canggih untuk membajak sawah, mengirim surat via email, dan sebagainya. Perkembangan teknologi juga mendukung hadirnya internet dengan jaringan yang kuat sebagai fasilitas khalayak manusia dalam menikmati teknologi (ibarat nasi tanpa lauk), seperti ada saja yang kurang jika tidak ada jarigan internet. Dapat diilustrasikan bahwa teknologi canggih yang kita gunakan sekarang bisa menjelma sebagai pisau yang tajam nan runcing dan dapat merugikan orang lain jika disalahgunakan oleh penggunanya, sebaliknya jika pisau di

;tangan chef yang handal maka akan menghasilkan makanan yang sedap, enak, dan disukai banyak orang, begitulah teknologi jika digunakan diluar fungsi sesungguhnya maka akan membawa malapetaka bagi si pengguna, dan sangat disarankan sebagai manusia konsumtif tidak hanya sekedar aktif dalam menggunakannya.

Sesuai dengan tema yang disampaikan oleh Bapa Paus Fransiskus untuk memperingati Hari Komunikasi Sedunia Ke-53 yaitu, “Kita adalah Sesama Anggota (Ef 4:25): Berawal dari Komunitas Jejaring Sosial Menuju Komunitas Insani”, secara langsung Bapa Paus Fransiskus mengajak kita umat manusia untuk selalu menyadari keberadaan kita yang sebagian besar disatukan dalam suatu perkumpulan atau suatu komunitas berdasarkan relasi dengan tujuan yang berbeda-beda. Pada zaman sekarang banyak terbentuk adanya komunitas dengan tujuan untuk kepentingan kelompok sendiri atau bisa disebut kelompok yang ilegal, melihat ada perbedaan atau timbul kedengkian dan tanpa berpikir panjang langsung mencelakai orang tersebut baik secara langsung maupun secara tidak langsung (dengan menggunakan akun media sosial untuk melakukan bullying). Kita diajak untuk semakin bisa menempatkan posisi ditengah perkembangan zaman sekarang untuk semakin cerdas dalam penggunaan teknologi jejaring sosial yang dapat membantu kita saling terhubung dekat maupun jauh dan jika kita lemah terhadap pengetahuan dari dampak penggunaan jejaring sosial itu sendiri maka hal-hal negatif semakin mudah menyusur ke dalam akal pikiran kita.

Kehadiran media daring sungguh mencuri perhatian khalayak orang banyak, karena memberikan hal yang positif dan juga hal negatif. Jika menyesuaikan dengan apa yang telah terjadi akhir-akhir ini bahwa hal positif yang diberikan media daring dapat digunakan oleh umat manusia misalnya dalam membangun atau menjalin relasi tanpa batas ruang dan waktu, itu artinya kita di bebaskan dalam menentukan pilihan terbaik kita untuk kehidupan komunitas kedepannya (bukan berarti bebas segalanya akan tetapi tetap dengan komitmen tiap pribadi), tidak ada yang bisa menghalangi, melarang untuk membangun sebuah relasi yang baik dalam suatu komunitas termasuk dalam pembebasan dalam penggunaan teknologi atau media sosial. Dikatakan tanpa batas ruang dan waktu, tidak menutup kemungkinan terjadinya hal-hal negatif yaitu media daring yang disalahgunakan untuk kepentingan pribadi seperti memanipulasi data pribadi (misalnya untuk hal politik, ekonomi, sosial) pada contoh kejadian dalam media sosial, misalnya begitu banyak akun-akun fake atau palsu yang sengaja dibuat untuk memaki, meneror atau memberi ancaman, dan lain-lain, dan itu dilakukan hanya untuk keperluan bisnis atau rasa ketidaksukaan per pribadi. Di satu sisi, internet juga membawa manfaat dan sebagai lahan penyedia beragam informasi yang mendukung kelancaran pendidikan atau pengetahuan, pekerjaan, dan lain-lain. Oleh karena sangat mudahnya untuk di akses, informasi pada internet juga banyak terdapat berbagai informasi yang sesat, penyimpangan fakta, dan distorsi antar pribadi secara sengaja untuk mempengaruhi pihak tertentu sehingga berdampak pada psikis seseorang, tidak mau bergaul, merasa sendiri, tersingkirkan, dan atau sebagai korban cyberbullying. Cyberbullying terjadi dikarenakan kita sebagai penikmat media daring sekaligus penikmat internet tidak bisa mengontrol atau tidak memberi batasan terhadap diri sendiri (komitmen diri sangat kurang) sehingga sangat mudah dipengaruhi hal-hal negatif dan berdampak pada pola pikir (iri, dengki, dendam), tingkah laku dan menjadi bahan pikiran (dalam rasa kekhawatiran atau ketidaktenangan jiwa dan raga) sehingga bisa saja segala yang prioritas jadi terbengkalai. Oleh karena itu, kita disuguhkan berbagai pandangan-pandangan mengenai fungsi mutlak dari internet itu sendiri untuk dapat dipelajari, dimengerti atau dipahami, dan mendorong kita sebagai pengguna untuk mengembalikan fungsi internet yang sebenarnya yaitu internet sebagai lahan sumber daya ilmu pengetahuan mulai dari bidang pendidikan, perkantoran, finance, marketing, operasi, dan sebagainya.

Peran penting juga adalah orang tua juga harus sepenuhnya ikut andil dalam mengawasi, memberi wawasan kepada setiap anak mereka karena pada era sekarang, khususnya yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) bahkan sudah menjadi pengguna aktif di media sosial dan ini sangat berdampak pada pendidikan mereka yang masih panjang dan minimnya pengetahuan mengenai media daring atau media sosial yang mereka gunakan saat ini. Setiap pemimpin negara juga ikut berkontribusi dalam pengendalian dalam penggunaan dunia maya secara positif sesuai dengan pemanfaatannya sedia kala. Jika melihat di kehidupan masyarakat saat ini, banyak sekali anak-anak mulai dari jenjang SD hingga mereka yang duduk di bangku perkuliahan sebagai “Petapa Sosial”, yang artinya dalam ber-medsos adalah candu bagi mereka dan menyebabkan dapat mengurung diri sendirian (timbul rasa iri, merasa tidak pantas, dapat memaki diri sendiri saat melihat ada yang lebih baik dari pada dirinya), yang seharusnya kehidupan mereka dikelilingi oleh berbagai permainan anak-anak kuno, waktunya mereka berbaur saling bertukar canda tawa sehabis pulang sekolah bersama teman-teman sekitar rumah, akan tetapi itu semua mengalami perubahan yang disebabkan oleh perkembangan teknologi. Hal ini yang seharusnya dapat diperhatikan setiap orang tua agar setiap anak mereka tidak menjadi bahkan jauh dari seorang petapa sosial, tidak melulu dengan gadget atau smartphone, dapat dengan mudah bermalas-malasan dalam belajar, sehingga dunia anak-anak mereka tidak pahami, tidak mampu belajar dari teman-teman mereka dan tidak mampu nikmati masa kecilnya.

Kita semua adalah sesama anggota yang jika hidup sendiri-sendiri tidaklah bisa bertahan. Sama seperti umpama banyak anggota, tapi satu tubuh (1 Korintus 12:1-31). Seluruh anggota tubuh kita tidak bisa berfungsi dengan baik jika semuanya beranggapan bahwa dirinya yang paling utama, begitu juga pada kehidupan sehari-hari bahwa tidak selayaknya berkata maupun berpikiran kalau kitalah yang paling utama atau paling penting dan begitu pula ditengah komunitas. Dalam menikmati jejaring sosial yang tidak memiliki batasan ruang dan waktu, seharusnya dapat menjadikan kita sebagai user yang aktif menjadi cerdas akan penggunaan teknologi serta semakin mudah dalam menemukan jati diri kita. Terkadang dalam bergaul kita sering memandang orang yang baru kita kenal dengan sebelah mata atau langsung berprasangka buruk, dan terlalu sering juga terjadi penipuan saat kita bersikap ramah. Tuhan mengajarkan kepada kita bahwa merangkul setiap sesama yang kita jumpai atau yang dikenal, jangan menganggap mereka asing sepeti layaknya pesaing yang harus dikalahkan, dengan adanya teknologi mampukan alat itu sebagai salah satu alat komunikasi untuk berdinamika bersama, saling berbagi suka maupun duka di dalam nama-Nya dan sama-sama mencari jati diri melalui media daring yang digunakan dalam berbagai hal-hal yang sifatnya mendukung.

Dari gambaran tentang tubuh dan anggota-anggotanya mengingatkan kita bahwa dalam penggunaan “jejaring sosial” adalah sebagai pelengkap dalam menyempurnakan perjumpaan kita secara kasatmata seperti melalui hati, tubuh, mata, tatapan, dan napas orang lain. Dengan adanya internet dapat menjadikan hal-hal yang sifatnya menjauh dapat menjadi sangat dekat, dapat dilihat internet sebagai wahana dalam membantu kegiatan hingga yang sifatnya secara virtual seperti berdoa bersama, ibadah bersama, berbagi kisah suka maupun duka antar pribadi tanpa secara fisik bertemu langsung sehingga kita menemukan kembali kebaikan-kebaikan yang dapat mempersatukan kita melalui internet dan internet sendiri sebagai sumber daya. Berkumpul bersama keluarga (makan bersama, rekoleksi bersama, dan lain-lain), maka internet menjadi sumber daya yang baik untuk menjadikan keluarga yang lebih hangat dan harmonis, menyatukan anak per anak untuk melakukan tugas kelompok (internet sebagai sumber informasi pendukung), maka internet menjadi sumber daya. Gereja juga memanfaatkan internet dalam mengatur berbagai kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan sehingga perayaan Ekaristi dapat berjalan dengan baik. Selain itu, Gereja juga sebagai sebuah jejaring yang diteguhkan bersama melalui Ekaristi, dimana persatuan tidak berdasarkan “like”, atau dengan kata lain hanya suka begitu saja, akan tetapi dilandasi oleh kebenaran iman dan pernyataan “Amin”. Allah menuntut kita dengan adanya teknologi atau jejaring media sosial daring sekarang ini dapat memampukan kita dalam mendukung setiap rangkaian acara gereja secara umum demi membangun komunikasi yang lebih baik dengan Tuhan lewat sesama.
Kaum muda dituntut harus selalu berkarya, bijak menggunakan teknologi, membangun hubungan atau sebuah relasi yang baik antar sesama maupun hubungan dengan Allah, menghadirkan ketenteraman dalam menggunakan jejaring sosial daring yang dapat dilihat pada kutipan pesan Sri Paus untuk Hari Komunikasi Sedunia Ke-53 yaitu, “Marilah kita berkarya dengan memanfaatkan internet. Nikmati perjumpaan insani dengan kesantunan, kebahagiaan, solidaritas, dan kelemahlembutan. Hadirkan kasih dalam jejaring sosial daring sebagaimana Gereja sendiri adalah sebuah jejaring yang diikat dan diteguhkan melalui Ekaristi.”

Penulis: Recha Sundari Olivia Hutauruk

Ditulis dalam rangka Lomba PKSN KWI 2019