MIRIFICA.NEWS, BENGKULU – Semalam (23/4), para peserta pelatihan talkshow radio di Bengkulu dibagi lima kelompok untuk praktik rekaman program talkshow radio. Mereka mendiskusikan topik tersebut, menentukan siapa pembawa acara dan narasumber, barulah proses rekaman dimulai.
Dengan panduan dari Errol Jonathans, selaku fasilitator pelatihan, setiap kelompok punya sepuluh menit untuk mengadakan rekaman program satu kali jalan. Dari semalam, mereka hanya punya waktu kurang lebih dua sampai tiga jam untuk mempersiapkan talkshow masing-masing. Tadi pagi pun, semua kelompok segera direkam di dua studio ‘dadakan’ di Gereja St. Yohanes Penginjil, Bengkulu -tempat pelatihan ini berlangsung.
Setelah direkam, peserta mendengarkan kembali karyanya, sambil memberi evaluasi:– Terlalu cepat selesai karena kurang menggali pertanyaan kepada narasumber.– Konsentrasi pewawancara sempat terpecah karena ada petunjuk mendadak dari timnya.– Tanggapan terhadap jawaban narasumber yang repetitif.– Penutup wawancara yang kurang kuat.– Belum ada kode di setiap kelompok untuk berbagai situasi ketika rekaman, yang dapat digunakan bila rekaman berjalan tidak sesuai rencana: melenceng, waktu habis, dll.– Penyebutan topik di awal untuk menarik pendengar, bukan nama dan jabatan narasumber.– Kekuatan vokal pewawancara dan narasumber yang timpang.
Talkshow radio adalah hal baru bagi sebagian besar aktivis Komsos Bengkulu yang ikut pelatihan ini. Namun berkaca dari karya masing-masing kelompok, Errol Jonathans melanjutkan pelatihan dengan masuk ke air magazine, majalah udara yang cakupannya lebih luas dari talkshow radio saja.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.