Beranda BERITA Tak Hanya untuk Yesuit, Spiritualitas Ignasian Juga untuk Kaum Awam

Tak Hanya untuk Yesuit, Spiritualitas Ignasian Juga untuk Kaum Awam

Provinsial Serikat Yesus Indonesia, Romo B. Hari Juliawan SJ ( kanan bawah) dalam serial webinar bertajuk "Pengenalan Spiritualitas Ignasian" secara daring, Jumat (20/08/2021). / Foto : Elias Anwar

MIRIFICA.NET – Spiritualitas Ignasian tidak hanya untuk para Jesuit, tetapi juga untuk setiap kaum awam. Spiritualitas Ignasian adalah spirit sehari-hari dan membantu menemukan kemerdekaan batin yang menjalaninya.

“Anda tidak harus mengucapkan kaul religius, tidak harus tinggal di biara untuk belajar Spiritualitas Ignasian,”demikian diungkapkan Provinsial Serikat Yesus Indonesia Romo Benedictus Hari Juliawan SJ saat membuka rangkaian Seminar Pengenalan Spiritualitas Ignasian secara daring, Jumat (20/08/2021).

Seminar yang diselenggarakan untuk merayakan 500 tahun pertobatan Santo Ignasius Loyola, orang kudus dari Spanyol yang hidup pada abad ke-16 dan pendiri Ordo Serikat Yesus ini bakal diselenggarakan selama 10 kali. Sesi ini merupakan awal dari seluruh rangkaian kegiatan yang akan berlangsung setiap tanggal 20 setiap bulan.

Ignasius Sang Peziarah
Pada sesi pertama yang dibawakan oleh dua Yesuit yakni Romo Didik Cahyono, SJ dan Romo Heri Setiawan SJ ini mengambil tema “Ignasius Sang Peziarah Transformatif” memaparkan bagaimana Ignasius mengalami transformasi karena cinta Allah. Para peserta yang jumlahnya mencapai 400-an orang ini diajak untuk mengenal riwayat hidup Santo Ignasius secara singkat.

Disampaikan oleh Romo Didik, Ignasius yang semula bernama Inigo (sebelum bertobat) adalah sosok pemuda ambisius yang bermimpi menjadi kstaria dan bisa mengabdi pada raja. Namun, dalam proses perjalanan waktu, ambisinya ini dibelokkan Tuhan. Tidak lagi mengabdi raja duniawi, melainkan Tuhan.

Dalam proses pertobatan itu, Ignasius mengalami banyak pengalaman batin dan rohani serta berbagai macam pencerahan budi yang dicatatnya dalam sebuah buku dan menghasilkan warisan yang disebut dengan Latihan Rohani.

Romo Heri Setiawan SJ menceritakan, pengalaman mistik Ignasius ini kemudian kita kenal sebagai cara-cara mengolah rohani berupa pemeriksaan batin, doa meditasi dan kontemplasi, doa lisan dan batin, serta segala kegiatan rohani lainnya. “Ignasius ingin menularkan pengalaman rohani yang ia alami. Oleh karena itu, Ignasius menyusun metode doa, latihan-latihan doa, pedoman-pedoman doa, dan lainnya,”ujar Romo Heri.

Dalam pengolahan rohani itu, kata Romo Heri, kita yang berlatih ( dengan Latihan Rohani ) pada dasarnya diajak untuk menaklukkan diri dan mengatur hidup begitu rupa hingga tak ada keputusan diambil di bawah pengaruh rasa lekat tak teratur mana pun juga.

Belajar seperti Ignasius
Menurut Romo Heri, pengenalan akan pribadi Ignasius Loyola mengantar peserta agar belajar dari kisah pertobatannya hingga mampu menemukan kehendak Allah dalam hidupnya.

Karena itu, pada bagian akhir, para peserta diminta untuk bercermin pada pengalaman dan pribadi Ignasius sehingga dapat menimba hal-hal yang berguna bagi pertumbuhan diri dan panggilan sebagai orang Kristiani.

Untuk itu, peserta diminta menuliskan kisah hidupnya. Dalam proses penulisan ini, peserta diminta terbuka dengan berbagai perasaan, pengalaman dan pergulatan yang dialaminya selama hidup. “Ini untuk melatih setiap pribadi supaya bisa masuk dan jujur kepada diri sendiri, sehingga juga mau semakin mengenal kehendak Allah di dalam hidupnya,”ujar Romo Heri.

Setiap pribadi, kata Romo Heri, harus belajar membuka hati menemukan karya Allah dalam diri pribadi yang unik sesuai sejarah hidup masing-masing. Akhirnya, setiap orang diharapkan semakin menemukan jejak-jejak rahmat Allah di dalam diri sendiri, hingga menemukan kemerdekaan batinnya.

Kemerdekaan batin ini, kata Romo Didik dan Romo Heri akan mengantar setiap pribadi makin bahagia dan bersemangat dalam hidup. “Penulisan sejarah hidup juga akan menuntun setiap pribadi untuk menjadi semakin tahu apa tujuan hidup di dunia ini dan mampu menemukan Allah dalam segala peristiwa kehidupan,”ujar Romo Didik.

10 Tema
Dalam sembilan pertemuan ke depan setelah sesi pertama ini, para Yesuit muda yang sedang menjalani tersiat akan memberi materi, kecuali tema kedelapan hingga sepuluh yang diberikan oleh para Yesuit senior.

Setelah Rm. Didik Cahyono, SJ dan Rm. Heri Setyawan, SJ selanjutnya tema kedua “Mengelola Lekat Tak Teratur” dibawakan oleh Rm. Ernest Justin, SJ. Tema ketiga berjudul “Menyadari Panggilan Allah di Dunia” dibawakan Rm. Devianto Fajar, SJ.

Tema keempat dengan judul “Melayani: Belajar dari Yesus” oleh Rm. Pramudya Daniswara, SJ. Tema kelima yaitu “Menemukan dan Membagi Cinta Ilahi” oleh Rm. A. Hendra Dwi Asmara, SJ dan tema keenam berjudul “Asas dan Dasar Hidupku” dibawakan oleh Rm. Advent Novianto, SJ.

Tema ketujuh tentang “Pemeriksaan Batin Agar Semakin Maju” dibawakan oleh Rm. Cahyo Christanto, SJ. Tema kedelapan “Roh Jahat dan Roh Baik” oleh Rm. C.B. Putranto, SJ. Tema kesembilan “Memanggul dan Memeluk Salib” oleh Rm. L. Priyo Pujiono, SJ. Dan terakhir, tema kesepuluh berjudul “4 Orientasi Yesuit” dibawakan oleh Rm. P. Wiryono Priyotamtama, SJ.

Kontributor : Elias Anwar