Pertanyaan ini diajukan oleh Romo Marcy Jou,Pr dalam WAG Unio Keuskupan Weetebula. Isi lengkap pertanyaannya demikian: “Dalam Injil Minggu Prapaskah III/C (Luk 13:6-9), pemilik kebun anggur katakan kepada penggarap, “Sudah 3 tahun aku datang cari buah pada pohon ara ini…”. Pertanyaannya: Berapakah usia pohon ara tersebut?”
Pertanyaan ini saya teruskan via email kepada Profesor Gianto, SJ? “Selamat siang Prof. Ada pertanyaan umat. Dalam bacaan injil hari minggu ke-3 Prapaskah Tahun C (Luk 13:6-9), pemilik kebun anggur katakan kepada penggarap, “Sudah 3 tahun aku dtg cari buah pada pohon ara ini….”. Pertanyaannya: berapakah usia pohon ara tersebut?”
Dengan segera romo yang saat ini menjadi Profesor Filologi Semit dan Lingustik di Pontificium Institutum Biblicum, Roma menjawabnya dengan sangat jelas.
“Perlu diingat bahwa Luk 13:6-9 itu perumpamaan (ditegaskan pada ayat 6) sehingga tidak banyak faedahnya ditanyakan unsur-unsur yang tidak termasuk perumpamaan itu walau bisa jadi ada dalam dunia nyata, misalnya pohon ara itu rupanya seperti apa, sudah berapa lama ditanam, kok di kebun anggur, siapa pemilik, siapa pekerja kebun. (Sama halnya menanyakan berapa umur anak bungsu dalam Luk 15:11-32; ke negeri mana ia pergi, berapa tahun usia anak sulung.) Yang bisa ditanyakan ialah apa maksud “Sudah tiga tahun (aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya.)” dalam Luk 13:7. Dapat dibayangkan tentunya pohon sudah sampai masanya berbuah dan sang empunya kebun sudah tiga musim panen datang, tapi pohon ara itu tak kunjung berbuah. Jadi pemilik itu tidak hanya pertama kali datang, tapi sudah memberi kesempatan kedua, dan bahkan ketiga kalinya. Walau demikian pohon tetap mandul. Begitu diperlawankankah gambaran Tuhan yang memberi kesempatan dengan ketegaran orang yang tidak mau memberikan diri kepada-Nya. Inilah unsur pertama yang hendak ditayangkan dalam perumpamaan itu. Unsur kedua ialah gagasan bahwa Tuhan sudah tidak lagi mengharapkan perubahan. Unsur ketiga, dan ini yang kiranya terpenting, masih ada pengurus kebun yang tetap berusaha mati-matian mencoba agar pohon dapat subur berbuah. Tidak dikatakan apa berhasil atau tidak. Yang ditekankan di sini, ada pekerja yang bersedia mengusahakan yang tidak lagi bisa diharapkan. Mudah-mudahanlah si pohon berhasil dan tidak jadi ditebang!”
Imam diosesan (praja) Keuskupan Weetebula (Pulau Sumba, NTT); misiolog, lulusan Universitas Urbaniana Roma; berkarya sebagai Sekretaris Eksekutif Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) KWI, Juli 2013-Juli 2019