Tahu namun tidak Menghidupinya
Ef 1:1-10, Luk 11:47-54
“Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu telah mengambil kunci pengetahuan; kamu sendiri tidak masuk ke dalam dan orang yang berusaha untuk masuk ke dalam kamu halang-halangi” (Luk 11:52)
Peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) dimulai sejak Food and Agriculture Organization (FAO) menetapkan World Food Day melalui Resolusi PBB No.1/1979 yang merupakan tindak lanjut dari kesepakatan FAO Conference ke 20 Nopember 1979 di Roma, Italia yang dihadiri oleh 147 negara anggota FAO. Sejak saat itu disepakati bahwa mulai tahun 1981, seluruh negara anggota FAO termasuk Indonesia memperingati HPS secara nasional pada setiap tanggal 16 Oktober bertepatan dengan terbentuknya FAO.
Sejak penetapannya secara internasional, Gereja Katolik juga melibatkan diri dalam gerakan HPS. Keterlibatan Gereja bukan terutama karena persoalan teknis, tetapi utamanya persoalan etis. Gereja ingin melibatkan diri, agar wawasan pangan dunia mengutamakan hidup manusia yang bermutu. Tujuan keterlibatan Gereja adalah untuk menyadarkan umat Katolik akan tanggungjawab solidernya bagi pangan manusia. Gereja mendorong umat untuk membangun kebersamaan gerak dalam memastikan ketersediaan pangan yang bermutu bagi hidup manusia.
Sudah sejak lama juga, Gereja Katolik di Indonesia menunaikan kewajibannya untuk menggerakkan umat sejak usia dini, agar memahami persoalan pangan dan membangun solidaritas, karena banyak orang yang tidak menikmati pangan yang cukup dan sehat bagi pertumbuhan hidupnya sebagai manusia yang bermartabat. Melalui promosi budaya hidup hemat, penanaman pohon, pengelolaan sampah, pembentukan kelompok solidaritas pangan, anak-anak sekolah, para pendidik, kaum perempuan, kaum tani, kaum pengusaha serta pemimpin umat telah digerakkan untuk menyadari tanggungjawabnya dalam melibatkan diri demi pangan yang terbagi secara adil. Dalam artian ini dapat dikatakan bahwa kunci pengetahuan akan bentuk keterlibatan dalam penegakan hak atas pangan sudah ada di tangan masing-masing umat Katolik Indonesia. Yang menjadi persoalannya adalah apakah dengan kunci itu mereka telah membuka pintu untuk semakin terlibat, atau malah sebaliknya mereka menjadi penghalang bagi banyak orang yang mau masuk ke dalamnya?
Kecaman Yesus terhadap ahli-ahli Taurat yang sudah tahu apa yang baik tetapi tidak melaksanakannya kiranya menjadi rangsangan untuk kita semua agar mengimplementasikan segala informasi yang pernah kita terima berkenaan dengan perjuangan bersama penegakan hak atas pangan bagi seluruh umat manusia.
Pertanyaan reflektif:
Bersediakah kita untuk mulai terlibat dalam perjuangan penegakan hak atas pangan mulai dari rumah kita sendiri?
Doa:
Allah yang mahakasih, terima kasih telah memberi kami informasi dan kunci pengetahuan untuk berbela rasa dengan sesama yang lapar, menderita, dan berkekurangan. Semoga dengan bantuan doa Bunda Maria, dari hari ke hari kami mampu mewujudnyatakan pengetahuan yang kami miliki itu dalam keseharian hidup kami. Amin.
(RD Siprianus Hormat)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.