Beranda BERITA Surat Gembala Prapaskah 2020 Para Bapa Uskup

Surat Gembala Prapaskah 2020 Para Bapa Uskup

22 Februari, 23 Februari, Surat Gembala Prapaskah, 2020, Pekan Biasa VII, Injil hari ini, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, penyejuk iman, Hari Minggu Biasa, Keuskupan Bogor, Keuskupan Bandung, Keuskupan Agung Jakarta, Keuskupan Tanjungkarang, Keuskupan Ketapang, Keuskupan Jayapura, Keuskupan Merauke

MIRIFICA.NET –  Berikut Surat Gembala Prapaskah Para Bapa Uskup yang dibacakan pada Misa Minggu Biasa VII, Sabtu-Minggu, 22-23 Februari 2020 :

22 Februari, 23 Februari, Surat Gembala Prapaskah, 2020, Pekan Biasa VII, Injil hari ini, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, penyejuk iman, Hari Minggu Biasa, Keuskupan Bogor, Keuskupan Bandung, Keuskupan Agung Jakarta, Keuskupan Tanjungkarang, Keuskupan Ketapang, Keuskupan Jayapura, Keuskupan MeraukeBapa Ignatius Kardinal Suharyo, Uskup Agung Jakarta”

“AMALKAN PANCASILA, KITA ADIL BANGSA SEJAHTERA”

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2020

“Sognamo un mondo senza piu violenza; un mondo di giustizia e di sperenza. Ognuno dia la mano al sua vicino, simbolo di pace e di fraternita” (“Kami memimpikan suatu dunia tanpa kekerasan; dunia yang berkeadilan dan berpengharapan. Biarlah setiap orang mengulurkan tangan kepada sesamanya, tanda damai dan persaudaraan”)

Sebagian LIRIK lagu “THE PRAYER” ini dikutip BAPAK USKUP +IGNATIUS KARDINAL SUHARYO dalam SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2020 yang mengajak kita untuk:

“Menjadi ‘KOMUNITAS ALTERNATIF’ dengan Mewujudkan KEADILAN SOSIAL”

Ditayangkan atau dibacakan pada Misa Sabtu – Minggu, 22-23 Februari 2020 di seluruh Gereja/Kapel se-KAJ sebagai PENGGANTI HOMILI.

Video yang dilengkapi “BAHASA ISYARAT”, bisa Anda saksikan di link Youtube ini. Klik dan subscribe aja:

 

22 Februari, 23 Februari, Surat Gembala Prapaskah, 2020, Pekan Biasa VII, Injil hari ini, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, penyejuk iman, Hari Minggu Biasa, Keuskupan Bogor, Keuskupan Bandung, Keuskupan Agung Jakarta, Keuskupan Tanjungkarang, Keuskupan Kupang, Keuskupan Jayapura, Keuskupan Merauke

Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC, Uskup Bandung

HIDUP BERMARTABAT DAN BERSAHABAT

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2020

Saudara-Saudari yang terkasih,

Melalui Anjuran Apostolik, Gaudete et Exultate (GE), Bersukacita dan Bergembiralah, Sri Paus Fransiskus mengingatkan kita akan martabat manusia sebagai anak Allah yang kudus. “Kita semua dipanggil untuk menjadi kudus dengan menghayati hidup kita dengan kasih dan masing-masing memberikan kesaksiannya sendiri dalam kegiatan setiap hari, di manapun kita berada.” (GE 14) Allah berfirman: “Hendaklah kamu kudus, sebab Aku adalah kudus” (Im 11:14). Allah menghendaki manusia yang adalah gambaran-Nya untuk hidup kudus sesuai dengan martabatnya. Hal ini sejalan dengan tema Aksi Puasa Pembangunan 2020 “Membangun Kehidupan Ekonomi yang Bermartabat”. Kita hendak memperbaharui martabat manusia sebagai ciptaan yang kudus melalui kegiatan ekonomi yang baik dan benar agar usaha dan kerja kita meningkatkan kesejahteraan  bersama dan menjadi berkat bagi sesama. Dalam kesadaran dan kerinduan untuk hidup kudus melalui gerakan membangun kehidupan ekonomi yang bermartabat, kita memasuki masa Prapaskah yang dimulai pada Rabu Abu, 26 Februari 2020.

Dalam Injil hari ini (Mat 5: 38-48), Yesus mengajak kita untuk mengembangkan tiga keutamaan sebagai jalan pertobatan agar para murid-Nya semakin bermartabat Kristiani. Pertama, Yesus mengajak kita untuk bermatiraga dengan melawan kecenderungan manusiawi untuk mencari yang gampang dan menyenangkan tanpa mempertimbangkan apakah tindakannya merugikan sesama atau merusak lingkungan alam; dengan menyangkal keinginan nafsu yang bisa berakibat merusak keutuhan ciptaan dan mengganggu kedamaian bersama; serta dengan mengalahkan kehendak egois yang merongrong keselamatan bersama dan mencemarkan kemuliaan Tuhan. Matiraga dijalankan, seperti Sabda Yesus, dengan cara “Jangan kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu.” (Mat 5: 39) Matiraga menjadi jalan pertobatan pribadi sekaligus pintu pengampunan bagi sesama yang berbuat jahat.

Kedua, Yesus mengundang kita untuk makin banyak berdoa dan melakukan yang baik dan benar bagi mereka yang berbuat jahat. Kalau makin dekat dengan Allah, orang makin bersahabat dengan sesama. Jika makin banyak berdoa, orang makin giat berbuat baik dan makin bebas berbelaskasih. Doa dan tindakan kita hendaknya meniru kebaikan Allah “yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.” (Mat 5: 45) Doa dan perbuatan baik kita tidak ditentukan oleh sikap orang lain, melainkan lahir dari hati yang tertuju pada Allah yang murah hati dan penuh belaskasih. Itulah jalan menuju kekudusan pribadi sekaligus pintu belaskasih bagi sesama yang bersalah dan berdosa.

Ketiga, Yesus meminta kita untuk rela berkorban tanpa pamrih dengan tidak mengharapkan balasan, tetapi hidup tulus dan lurus sesuai dengan dorongan Roh Kudus. Itulah kehidupan yang dilandasi oleh semangat heroik bagai seorang martir yang siap memberikan hidupnya demi iman atau seperti seorang pahlawan yang rela kehilangan nyawa demi sesamanya. Itulah tindakan dan cinta Allah yang begitu besar pada manusia dengan mengutus Putera Tunggal-Nya ke dunia agar setiap orang yang percaya kepada-Nya diselamatkan (bdk Yoh 3: 16). Itulah pemberian diri Allah yang sempurna bagi manusia. Kita diminta untuk meniru kesempurnaan Allah. “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” (Mat 5: 48) Itulah cara untuk meningkatkan martabat sebagai anak Allah yang sekaligus menjadi jalan untuk memulihkan martabat manusia dan keutuhan ciptaan.

Saudara-Saudari yang terkasih,

Salah satu aspek martabat manusia adalah bekerja. Manusia diciptakan dengan akal budi untuk mengelola dunia sesuai dengan maksud Pencipta. Manusia menjadi rekan kerja Allah dalam menyempurnakan dunia. Melalui jerih-payah pekerjaannya, manusia memenuhi kebutuhannya agar dapat hidup sejahtera. Pekerjaan sesungguhnya bermakna sosial dan komunal. Pekerjaan bukan hanya dilakukan demi keselamatan pribadi, tetapi juga untuk meningkatkan kesejahteraan bersama. Hendaklah pekerjaan kita berpengaruh secara positif bagi kesejahteraan umum. Prilaku ekonomi kita diharapkan menjadi berkat bagi sesama. Itulah kehidupan ekonomi yang bermartabat.

Agar tindakan ekonomi kita bermartabat, kita diajak bermatiraga terhadap kecenderungan serakah yang mau mendulang sebanyak mungkin keuntungan tanpa peduli pada kehidupan ekonomi sesama. Peranan doa menjadi mutlak dalam pekerjaan agar apa yang kita lakukan sesuai dengan nilai-nilai Kristiani; agar pekerjaan kita menjadi perwujudan iman kepada Allah. Apa yang akan kita lakukan pada siang hari, kita mohonkan berkat pada Allah di pagi hari. Apa yang telah kita laksanakan pada siang hari, kita persembahkan kepada Allah di malam hari. Sikap tulus yang tampil dalam kejujuran menjadi nilai utama dalam melakukan tindakan ekonomi apapun.

Adalah hak seorang pekerja untuk mendapat upah dan untung, tetapi sejauh manakah upah dan untung itu diperoleh dengan baik dan benar. Rejeki yang kita dapatkan kerena keuletan dalam pekerjaan dan kejujuran dalam bersikap hendaklah juga kita bagikan dengan bijaksana sehingga menjadi berkat bagi sesama.

Saudara-Saudari yang terkasih,

Dengan bermatiraga, berdoa dan bekerja, serta berkorban, kita bertekad membangun kehidupan ekonomi yang bermartabat. Pada masa Prapaskah ini, kita disadarkan akan kemurahan Allah yang harus menjadi tolok ukur tindakan ekonomi kita. Semoga dengan berdoa, kita makin gigih bekerja mewujudkan kehendak Allah. Dengan pantang dan puasa, kita makin teguh dalam bermatiraga dan berkorban demi kebaikan bersama. Dengan amal dan kasih, kita makin mampu berbagi apa yang telah Tuhan percayakan kepada kita. Marilah kita hidup kudus dan bermartabat di hadapan Tuhan serta hidup damai dan bersahabat dengan sesama.

Bandung, 11 Februari 2020,

Peringatan Santa Perawan Maria di Lourdes

Ut diligatis invicem

+Antonius Subianto Bunjamin OSC

Uskup Bandung

Unduh :Surat Gembala Prapaskah 2020_Keuskupan Bandung

 

22 Februari, 23 Februari, Surat Gembala Prapaskah, 2020, Pekan Biasa VII, Injil hari ini, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, penyejuk iman, Hari Minggu Biasa, Keuskupan Bogor, Keuskupan Bandung, Keuskupan Agung Jakarta, Keuskupan Tanjungkarang, Keuskupan Ketapang, Keuskupan Jayapura, Keuskupan MeraukeMgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC, Administrator Apostolik Keuskupan Agung Merauke

“PEMBANGUNAN EKONOMI YANG BERMARTABAT”

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2020

Umat Keuskupan Agung Merauke yang terkasih,

Sejak hari Rabu Abu, 26 Februari 2020 kita umat Katolik di seluruh dunia akan memasuki masa Prapaskah, masa puasa dan patang, masa yang penuh rahmat.

Dalam masa Prapaskah ini kita diajak membaharui dan memurnikan diri, supaya menjadi serupa dengan Kristus, Tuhan kita. Ada banyak jalan untuk mencapai keserupaan dengan Kristus. Dalam masa Prapaskah, Gereja mewartakan jalan istimewa yakni berpuasa dan berpantang atau dengan kata kata lain, bermati raga.

Pantang dan puasa dalam masa Prapaskah harus disertai dengan bukti nyata, yakni Aksi Puasa Pembangunan. Dengan aksi ini kita menyisikan uang dan harta kita untuk dikumpulkan secara bersama-sama demi pelayanan pastoral gereja khususnya di bidang sosial-karitatif. Marilah kita bersama-sama terlibat dalam Aksi Puasa Pembangunan ini. Jangan ada di antara kita yang merasa tidak perlu terlibat di dalamnya . Di antara Keuskupan-Keuskupan di Indonesia ternyata Keuskupan Agung Merauke belum terlalu menggerakan Aksi Puasa Pembangunan ini. Karena itu, marilah kita, Keuskupan Agung Merauke menjadi contoh bagi Keuskupan-Keuskupan lain di Indonesia dalam hal gerakan Aksi Puasa Pembangunan.

Dalam usaha untuk menghayati arti masa Prapaskah, maka kita dibantu oleh tema Aksi Puasa Pembangunan yang ditawarkan oleh Konferensi Waligereja Indonesia, yakni “PEMBANGUNAN EKONOMI YANG BERMARTABAT.” Apa artinya?

1.  Manusia mendambakan sandang, pangan, papan, uang, sarana transportasi, dan lain sebagainya demi menjalankan kehidupannya di dunia in. Untuk itu, manusia perlu membangun kehidupan ekonominya atas rupa-rupa cara. Misalnya; uang dikelola dengan baik, menabung, menanam, hidup hemat, sederhana dan lain sebagainya.

Tuhan memuji seseorang yang  menjadi kaya karena mau bekerja dengan keras dan teratur serta terencana, mampu melipat gandakan apa yang dimilikinya. Sebaliknya, Tuhan menolak orang yang menjadi miskin karena kebodohannya, kemalasan, atau mereka yang hanya menyimpan dalam tanah apa yang Tuhan anugerahkan, apa yang dimilikinya, serta mereka yang menjalankan kehidupannya sambil terus menerus mengeluh dan mempersalahkan, mengemis tanpa menghasilkan apa-apa, menjalankan kehidupan yang tidak produktif, tetapi konsumptif, atau gaya hidup  berfoya-foya, kikir dan tamak.

2. Benar bahwa kita orang Kristen harus membangun kehidupan ekonomi demi ketersediaan sandang, pangan, papan yang cukup, yang dibutuhkan bagi kehidupan kita di dunia ini secara layak. Namun pembangunan ekonomi itu harus merupakan pembangunan yang bermartabat. Artinya, pembangunan ekonomi itu harus diwarnai dengan solidaritas, keadilan, kejujuran, dan terlebih lagi harus dicirikhaskan oleh dan dengan cinta kepada Allah dan kepada sesama.

Pembangunan ekonomi itu tidak boleh menyebabkan kehancuran iman, pengharapan dan kasih kepada Tuhan. Bukanlah bahwa  seseorang semakin kaya, tetapi ia semakin jauh dari Tuhan, tidak memperhatikan lagi doa, sakramen-sakramen, adorasi dan devosi; ia semakin  merasa tak lagi membutuhkan Tuhan; Ia semakin ragu-ragu tentang kekuasaan Tuhan, yang menciptakan segala-galanya; ia semakin rakus, tamak dan kikir dalam member dan membantu sesama yang membutuhkan; dan ia semakin meremehkan Roh Tuhan yang terus melayang-layang dalam kehidupan manusia.

Haruslahnya semakin kita kaya, sekaligus kita semakin mencari Tuhan untuk bersyukur, memuji Dia. Haruslah kita semakin kaya, dan sekaligus kita menjadi seperti Bunda Maria yang mengungkapkan doa syukurnya;

“Aku mengagungkan Tuhan, hatiku bersukaria karena Allah, Penyelamatku, sebab Ia memperhatikan daku, hamba-Nya yang hina dina ini. Sesungguhnya, mulai sekarang aku disebut yang bahagia oleh sekalian bangsa, sebab perbuatan besar dikerjakan bagiku oleh Yang Mahakuasa; kuduslah nama-Nya. Kasih sayang-Nya turun temurun, kepada orang yang takwa. Perkasalah perbuatan tangan-Nya, dicerai-beraikann orang yang angkuh hatinya. Orang yang berkuasa diturunkannya dari takhhta, yang hina dina diangkat-Nya. Orang lapar dikenyangkan-Nya dengan kebaikan, orang kaya diusir-Nya pergi dengan tangan kosong. Menurut janji-Nya kepada leluhur kita, Allah telah menolong Israel hamba-Nya. Demi kasih sayang-Nya kepada Abraham serta keturunannya, untuk selama-lamanya. (Luk. 1 : 46 – 56).

Pembangunan ekonomi tak boleh menyebabkan cinta kita pada sesama merosot. Artinya, pembangunan ekonomi  tak  boleh menyebabkan bahwa kekayaan kita semakin berlimpah,  harta kita semakin banyak, tapi membuat sesama kita semakin miskin, semakin berkekurangan, dan semakin sengsara.

Pembangunan ekonomi tak boleh menyebabkan bahwa semakin kentara di dunia ini, ada kemiskinan, ketidakadilan dan kerakusan. Lihatlah apa yang terjadi di dunia ini, demi kerakusan akan uang, hutan-hutan dihancurkan, dan kehancuran itu meyebabkan banjir, tanah longsor yang mematikan banyak manusia. Demi kerakusan akan uang, laut dan sungai dikotori dengan limbah-limbah pabrik dan pengotoran itu menyebabkan ikan yang dibutuhkan demi kehidupan manusia menjadi semakin berkurang atau ikan, yang masih ada, tak bisa lagi disantap sebab telah terkontaminasi dengan racun mercuri; Pengotoran itu juga menyebabkan air tak bisa lagi dipakai oleh manusia untuk diminum dan mandi.

Bahayanya, karena kerakusan manusia akan uang dan harta atau akan kekayaan, maka  bumi kita sebagai rumah kita, akan hancur dan semakin menderita; pabrik-pabrik ada untuk  menghasilkan uang, tapi tidak jarang terjadi bahwa mereka menyebabkan polusi udara yang semakin kotor dan kekotoran itu menciptakan rupa-rupa penyakit bagi manusia.

Sekali lagi harus dikatakan bahwa  perlulah manusia membangun ekonomi demi supaya manusia mampu menjalankan kehidupannya di dunia ini secara layak. Namun, pembangunan ekonomi yang dilaksanakan oleh manusia adalah pembangunan ekonomi yang bermartabat.  Artinya, pembangunan ekonomi itu harus didasari oleh dan berorientasi cinta pada Allah dan pada sesama manusia.

3. Pembangunan ekonomi yang dikemudikan oleh cinta pada Allah dan sesama atau pembangunan ekonomi yang bermartabat, baiklah bukan dilaksanakan oleh gereja sendiri, tetapi dalam kerjasama sama dengan pemerintah dan agama-agama lain baik yang non Kristen, maupun yang non Katolik.

Haruslah gereja berjuang bersama agama-agama lain itu supaya aturan-aturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah untuk pembangunan ekonomi tidak mengorbankan  kemanusiaan. Misalnya, aturan tentang pertambangan, tentang pemanfaatan hutan, tentang reklamasi pantai, sungai dan danau, dan lain sebagainya.

Gereja tak boleh diam ketika melihat atau menyaksikan bahwa pembangunan ekonomi di Negara kita ini hanya menguntungkan segelintir  manusia, tetapi menghancurkan banyak rakyat, khususnya rakyat kecil. Gereja dipanggil untuk menegakkan keadilan dan perdamaian di dunia ini, termasuk di bumi Papua Selatan yang kita cintai ini. Sungguh tragis, bila liturgi-liturgi di gereja-gereja kita indah, namun manusia-manusia di sekitar gereja kita, khususnya mereka yang miskin, terpuruk dan hancur secara rohani dan jasmani.

Khususnya kaum Awam yang dalam kenyataannya mereka hidup di tengah-tengah dunia,  mereka terlibat secara langsung misalnya dengan dunia politik dan ekonomi, dipanggil secara khusus untuk ekonomi yang bermartabat; Kaum Awam dipanggil secara khusus untuk membuat pembangunan ekonomi dunia ini diwarnai dengan nilai-nilai Injili, yakni cinta pada Allah dan sesama, keadilan, perdamaian dan kejujuran.

Merauke, 22 Januari 2020

Uskup Administrator Apostolik

Keuskupan Agung Merauke,

Mgr. P.C.Mandagi, MSC

Unduh : Surat Gembala Prapaskah 2020_Keuskupan Agung Merauke

 

22 Februari, 23 Februari, Surat Gembala Prapaskah, 2020, Pekan Biasa VII, Injil hari ini, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, penyejuk iman, Hari Minggu Biasa, Keuskupan Bogor, Keuskupan Bandung, Keuskupan Agung Jakarta, Keuskupan Tanjungkarang, Keuskupan Ketapang, Keuskupan Jayapura, Keuskupan Merauke

Mgr. Pius Riana Prapdi, Uskup Ketapang

“GEREJA YANG SEMAKIN HIDUP, MENARIK, BERMARTABAT DAN BERKEADILAN”

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2020

Saudari-saudaraku yang terkasih dalam Kristus,

Pada hari Rabu, tgl. 26 Februari 2020 kita memasuki Masa Prapaskah. Masa Prapaskah adalah masa tobat untuk merenungkan dan melakukan pembaharuan hidup. Tema Aksi Puasa Pembangunan 2020 adalah Gereja yang semakin Hidup, Menarik, Bermartabat dan Berkeadilan. Hidup kita sebagai orang beriman kristiani harus semakin menarik; menarik karena semakin bermartabat dan adil. Hidup kita semakin bermartabat dan adil bila kita sadar bahwa kita hidup dengan banyak orang. Kita hidup bersama orang-orang yang baik. Meskipun kita menjumpai orang-orang yang kurang baik, namun sejatinya setiap orang memiliki kerinduan untuk baik.

Bacaan pertama Minggu ini mengatakan bahwa kita memiliki martabat yang kudus. “Kuduslah kamu, sebab Aku, Tuhan Allahmu, kudus” (Im 19:2). Setiap pribadi adalah kudus karena milik Allah. Karena menjadi milikNya, Allah tidak membiarkan kita terpisah dariNya. Allah menghendaki kita sempurna. “Karena itu haruslah kamu sempurna sebagaimana Bapamu yang di sorga sempurna adanya” (Mat 5:38). Allah menunjukkan jalan menuju kesempurnaan yakni dengan mengasihi musuh dan berdoa bagi yang menganiaya. Allah bisa berbuat demikian karena: “menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar” (Mat 5:45).

Saudari-saudaraku terkasih,

Kalau Allah menerbitkan matahari untuk orang yang baik dan yang jahat, artinya memanggil kita untuk memandang semua orang sebagai saudara. Kalau kita mau menghadirkan Gereja yang hidup, menarik, bermartabat dan adil, maka kita harus memandang semua orang sebagai saudara kita yang pantas kita kasihi. Dalam Dokumen Abu Dhabi, Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azar, Ahmad Al-Tayyeb, dikatakan bahwa “setiap orang adalah seorang saudari atau seorang saudara kita” (Abu Dhabi, 1). Ketika memandang semua orang adalah saudari/a maka di dunia ini tidak ada yang namanya saingan, musuh atau lawan. Semua orang adalah saudara bahkan bumi dan segala isinya adalah saudara (Laudato si’). Semua orang adalah teman seperjalanan menuju kekudusan. Paus Fransiskus memberi contoh: “Seorang Ibu pergi berbelanja, dan dia berjumpa dengan seorang tetangga, mulai berbicara, dan mulailah gosip. Namun dia berkata dalam hatinya ‘Tidak, saya tidak akan berbicara jelek mengenai orang lain’. Ini adalah satu langkah maju dalam kekudusan”. Selanjutnya di rumah, salah satu anaknya ingin berbicara mengenai cita-citanya dan curhat. Meskipun lelah, ia duduk dan mendengarkan dengan sabar, penuh perhatian dan kasih. “Ini adalah pengorbanan yang mendatangkan kekudusan”. Berikutnya ia merasa cemas, tetapi ketika itu ia ingat akan kasih Bunda Maria, lalu mengambil rosario dan berdoa dengan penuh iman. “Satu jalan lain lagi menuju kekudusan”. Berikutnya lagi, ia pergi ke jalan, berjumpa dengan seorang miskin dan berhenti untuk menyapa orang miskin itu. Satu langkah maju lagi dalam kekudusan” (Exultate et Gaudete, 16). Perjumpaan kita satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari adalah perjumpaan yang menguduskan. Ketika setiap perjumpaan kita menjadi perjumpaan yang saling menguduskan maka hidup semakin bermartabat.

Hidup semakin bermartabat dan adil bila kita juga memperhatikan bumi, rumah kita bersama. Kita bersikap adil terhadap bumi, rumah kita bersama bila kita mengurangi penggunaan plastik, selform dan kertas. Kita bersikap adil terhadap bumi bila menaruh sampah pada tempat yang telah tersedia. Kita bersikap adil terhadap bumi bila kita menghabiskan setiap tetes air yang kita minum. Kita bersikap adil terhadap bumi bila kita menghabiskan makanan yang ada dalam piring kita. Sebab membuang makanan berarti kita mencuri makanan dari orang miskin. Kita bersikap adil bila kita berani berkata cukup untuk semua yang kita perlukan dan mengembangkan semangat berbagi. Sebab adalah lebih mulia memberi daripada menerima. Hidup kita semakin bermartabat bila kita semakin banyak berbagi.

Saya mengajak seluruh umat beriman kristiani untuk menggunakan masa tobat sebagai masa pembaharuan dengan banyak berdoa, berhemat dan beramal kasih.

Tuhan memberkati.

Ketapang, 20 Februari 2020

Salam, berkat dan doa selalu,

† Pius Riana Prapdi

Uskup Keuskupan Ketapang

Unduh: Surat Gembala Prapaskah 2020_Keuskupan Ketapang

 

22 Februari, 23 Februari, Surat Gembala Prapaskah, 2020, Pekan Biasa VII, Injil hari ini, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, penyejuk iman, Hari Minggu Biasa, Keuskupan Bogor, Keuskupan Bandung, Keuskupan Agung Jakarta, Keuskupan Tanjungkarang, Keuskupan Ketapang, Keuskupan Jayapura, Keuskupan MeraukeMgr. Paskalis Bruno Syukur, Uskup Bogor
“BERTOBATLAH, SELAMATKAN MANUSIA DAN BUMI DARI SAMPAH PLASTIK”

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2020

Saudara-saudariku terkasih! Tahun ini Tuhan memberikan kita sekali lagi waktu yang indah mulai Rabu Abu hingga Sabtu Suci sebagai persiapan merayakan dengan hati yang telah diperbarui misteri agung Kematian dan Kebangkitan Yesus, batu penjuru dari hidup kristiani setiap pribadi maupun sebagai suatu persekutuan. Selama masa Puasa ini, terus menerus setiap hari, kita mesti kembali mengkontemplasikan misteri ini dalam pikiran dan hati, sehingga kita terbuka untuk memperoleh daya rohani peristiwa kebangkitan Kristus dan menanggapinya dengan kehendak bebas dan kesiap-sediaan kita.

Sukacita Kristiani mesti mengalir terus menerus dalam lubuk hati kita. Sukacita itu berasal dari kerelaan hati untuk mendengarkan dan menerima Kabar Baik tentang Kematian dan Kebangkitan Yesus. Puncak Karya Penyelamatan Yesus Kristus itu menyingkapkan secara tepat misteri kasih yang begitu nyata, benar, konkret, yang mengundang kita untuk masuk dalam relasi keterbukaan dan dialog yang berbuah” (Christus Vivit 117). Barangsiapa percaya akan pemberitaan ini berarti menolak atau menentang tawaran si penipu (Iblis) bahwa hidup kita adalah milik kita dan tergantung pada kehendak kita semata-mata; kita menjadi penguasa atas hidup kita. Pada hal yang benar ialah hidup kita lahir dari kasih Allah Bapa, dari kehendakNya yang menganugerahkan kehidupan dalam kelimpahan kepada kita (Lih 10:10). Bila kita sebaliknya mendengarkan suara godaan dari “bapa segala kebohongan” (Yoh 8:44), kita pasti berada dalam bahaya tenggelam kedalam jurang kegelapan (absurditas) dan kita mengalami neraka di sini di atas dunia ini. Ada banyak peristiwa tragis dalam pengalaman pribadi maupun pengalaman bersama disebabkan oleh karena manusia mengikuti godaan si pembohong.

Paus Fransiskus menyampaikan bahwa dalam masa Prapaskah 2020, Beliau ingin mendorong setiap orang Kristen dengan sebuah seruan yang pernah disampaikannya kepada orang muda dalam Surat Apostolik Christus Vivit: “Arahkanlah pandanganmu pada Kristus yang tersalib, berikanlah dirimu diselamatkan terus menerus olehNya. Ketika engkau mengakui dosa-dosamu, percayalah teguh akan belas kasih yang membebaskan engkau dari kesalahanmu. Pandanglah darahnya yang tercurah keluar karena kasih yang sedemikian besar dan berilah dirimu dibersihkan olehNya. Dengan demikian, engkau akan dilahirkan secara baru lagi” (Christus Vivit 123). Paskah Yesus bukanlah suatu peristiwa masa lalu; namun, melalui kuasa karya Roh Kudus, peristiwa Kematian dan Kebangkitan Yesus merupakan peristiwa pada saat sekarang, yang memampukan kita untuk melihat dan merasakan kemanusiaan Kristus dalam penderitaanNya.

Umat Keuskupan Bogor terkasih, sejak Rabu Abu seruan dan ajakan untuk bertobat, membarui diri, berbaliklah kepada Tuhan Allahmu begitu kuat dan lantang disampaikan. Pertobatan diri dan bersama menjadi tiang penunjang utama untuk melaksanakan misi keselamatan bagi orang lain dan diri kita. Bertobat berarti hidup kita tidak lagi berpusatkan pada kehendak sendiri; kita mau bekerja bersama Allah mengembangkan hidup. Allah menjadi pusat seluruh kehidupan kita. Selain itu, hanya dalam semangat pertobatan, gerakan misi menyelamatkan sesama manusia dan ibu bumi menjadi gerakan bersama kita yang selaras dengan rencana dan kehendak Allah. Kematian dan Kebangkitan Yesus Kristus berdampak nyata pada karya menyelamatkan manusia dan bumi ini.

Kami mengajak seluruh umat keuskupan Bogor agar selama 40 hari masa puasa atau prapaskah ini, kita berseru dan melakukan Aksi Puasa Pembangunan dengan tema: “Bertobatlah, selamatkan manusia dan bumi ini dari sampah plastik”. Kita semua, anak kecil, orang remaja, orang muda, keluarga-keluarga, kakek nenek, pastor, suster, bruder, frater, perlu mengadakan gerakan dan aksi yang bercorak:

(a) Gerakan pembaruan rohani: kita mengarahkan perhatian kita pada peristiwa sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus. Adakanlah devosi Jalan Salib di gereja-gereja, di tengah alam terbuka sambil menjaga kelestariannya, seperti di tempat ziarah Gua Maria Rangkas Bitung; Taman Doa Kahuripan di Cibadak; Taman doa di Megamendung; Taman Doa Jalan salib di Ciluar ataupun di Parung serta Cibinong. Selain devosi Jalan Salib, penerimaan sakramen Tobat serta Ekaristi diperbanyak.

(b) Gerakan menciptakan suasana selamat, shalom, damai sejahtera dengan sesamamu, dalam keluargamu, anak-anak dengan orang tua. Berusahalah mengurangi pertengkaran hingga perselisihan berkepanjangan; perlu ugahari dalam bertindak dan berkata-kata. Bangunlah suatu corak kehidupan yang ditandai oleh persaudaraan insani.

(c) Gerakan untuk menyelamatkan ibu bumi ini dengan membersihkannya dari segala bentuk sampah plastik. Bersihkanlah lingkungan sekolah, gedung gereja-gereja, rumah-rumah keluarga, maupun tempat usaha dari plastik-plastik; tindakan preventif berupa puasa pemakaian plastik, kemasan-kemasan minuman dari plastik  serta pemakaian sedotan-sedotan dan sendok-sendok plastik berusaha dihindari. Membangun network dengan pemerintah dalam mengadakan bank-sampah ataupun mengelola sampah menjadi pupuk organik, seperti sedang diperjuangkan oleh beberapa paroki, a.l. paroki Ciluar, paroki Cibinong, paroki Mateus dan paroki Markus di Depok.

(d) Gerakan para guru sekolah-sekolah Katolik untuk mengadakan aksi bersih sampah bersama anak-anak sekolah dari lingkungan sekolah, kelas secara berkala dan terus menerus. Taman-taman sekolah menjadi demikian asri, indah dipenuhi tanaman hijau dan bunga warna warni serta bebas dari plastik yang biasanya bertebaran.

Demikianlah beberapa Aksi Puasa Pembangunan kita sebagai bentuk implementasi perwujudan dari peristiwa Kematian dan Kebangkitan Tuhan Yesus, yang diyakini mendatangkan keselamatan. Mari kita saling mendoakan, berpuasa dan bersedekah agar karya keselamatan menjadi nyata, konkret pada manusia dan alam semesta termasuk ibu bumi kita. Bunda Maria, bunda Pelindung kita menjadi teladan kesediaan dan kesetiaan untuk merenungkan Perjalanan Salib Yesus Kristus dan KebangkitanNya. Selamat memasuki masa retret agung ini. Tuhan menyertai kita.

Bogor, 21 Februari 2020

Mgr. Paskalis Bruno Syukur,

Uskup Keuskupan Bogor

Unduh: Surat Gembala Prapaskah 2020_Keuskupan Bogor

 

22 Februari, 23 Februari, Surat Gembala Prapaskah, 2020, Pekan Biasa VII, Injil hari ini, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, penyejuk iman, Hari Minggu Biasa, Keuskupan Bogor, Keuskupan Bandung, Keuskupan Agung Jakarta, Keuskupan Tanjungkarang, Keuskupan Ketapang, Keuskupan Jayapura, Keuskupan MeraukeMgr. Leo Laba Ladjar OFM, Uskup Jayapura

BERDOA DAN BERPUASA UNTUK DAMAI DI TANAH PAPUA

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2020

Saudara-saudari terkasih

Mulai dengan Hari Rabu Abu, yang tahun ini jatuh pada tgl.26 Februari, kita memasuki masa khusus dalam tahun liturgi. Dalam urutan waktu, masa itu disebut “Masa Prapaskah” karena berlangsung sampai hari Jumat Agung menjelang Paskah. Tetapi, menurut isinya, masa itu kita sebut masa puasa atau masa pertobatan. Sebab pada masa itu, umat Allah diajak untuk lebih cermat dan tekun menjalankan pertobatan dan membarui diri agar siap merayakan Paskah dengan bangkit bersama Kristus dan hidup sebagai manusia baru.

Masa pertobatan itu kita jalani dengan berdoa, berpuasa dan beramal-kasih. Dengan berdoa kita mendekatkan diri kepada Tuhan. Dengan berpuasa dan berpantang, kita menolak hawa nafsu dan hasrat untuk mengejar hal-hal duniawi untuk kepuasan diri. Rasul Yohanes merangkumnya dalam tiga keinginan yang harus ditolak, yaitu “keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup” (1 Yoh 2:16). Dengan amal kasih, kita melakukan apa yang baik bagi orang lain dengan memberikan sesuatu walaupun kita sendiri masih berkekurangan. Dengan doa, puasa dan amal kita mewujudkan hukum tertinggi: mengasihi Allah di atas segala-galanya dan mengasihi sesama sebagaimana Tuhan Yesus mengasihi kita.

Pemimpin agama-agama di Provinsi Papua, yang bergabung dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), sejak pertengahan 2019 membentuk kegiatan doa dan puasa bersama. Yang menjadi intensi kegiatan rohani itu adalah untuk damai di Tanah Papua. Sudah bertahun-tahun FKUB menyerukan dan melakukan banyak kegiatan untuk membangun damai. Namun usaha-usaha itu belum berbuah banyak. Belakangan ini, di dalam masyarakat kita, suasana yang damai malah semakin redup. Tindakan-tindakan kriminal bertambah, perjuangan aspirasi politik dan kepentingan golongan semakin sering disertai dengan tindak kekerasan, penyakit-penyakit sosial semakin banyak; tidak adanya rasa saling percaya tetapi justru gampang curiga dan berprasangka buruk satu terhadap yang lain.

Semua itu membuat kita semakin yakin bahwa damai yang sejati memang bukan hasil usaha manusia. Damai yang sejati itu adalah anugerah Tuhan, dan tidak akan menjadi nyata dalam hidup kita kalau kita mau bangun  hanya dengan kekuatan manusia. “Kalau bukan Tuhan yang menjaga kota sia-silah kamu bangun pagi-pagi” (Mz.127:1). Damai sejati adalah anugerah Kristus yang bangkit. Pada hari Kebangkitan-Nya ketika Ia memperlihatkan Diri kepada para rasul, Ia  menyalami mereka dengan berkata: ”Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu” (Yoh 14:27 ). Anugerah Tuhan itu menjawab kerinduan semua manusia karena semua makhluk ingin hidup damai. Kita harus membuka hati kita untuk menerimanya. Dengan berdoa memohon damai kita menyatakan kepada Tuhan betapa kita merindukan damai dan mohon agar Dia membantu kita dalam mewujudkan damai itu.

Para pemimpin agama-agama dalam FKUB Provinsi Papua menyadari betapa perlu berdoa bersama memohon damai. Mereka menyatakan niat dan seruan kepada penganut agama-agama agar melakukan doa dan puasa bersama untuk  damai bagi Papua. Disarankan agar ditetapkan satu hari yang sama untuk semua, walaupun dilaksanakan di rumah ibadat/komunitas sendiri-sendiri. Maka dalam masa tobat ini baiklah kita menanggapi ajakan yang luhur itu dengan berdoa dan berpuasa untuk maksud khusus itu. Kami tetapkan agar setiap hari Jumat kita berdoa untuk damai di Tanah Papua. Doa itu bisa dilaksanakan waktu perayaan Ekaristi, maupun waktu kita merenungkan sengsara Tuhan dalam “Jalan Salib”.

Sesudah Paskah kita tetap meneruskan doa dan puasa untuk damai di Papua pada setiap hari Jumat Pertama dan Sabtu Pertama dalam bulan. Mengapa Jumat Pertama dan Sabtu Pertama?  Sebab dalam tradisi katolik, pada Jumat Pertama ada devosi khusus kepada Hati Kudus Yesus dan Sabtu Pertama devosi kepada Hati tersuci Bunda Maria. Kita mohon agar damai dari Tuhan dituangkan ke dalam hati kita oleh Roh Kudus. Dan dari hati itu kemudian memancar keluar damai dalam kata, perbuatan dan cara hidup kita. Yesus mengajak kita untuk datang kepada-Nya dan belajar dari Dia: ”Belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan”(Mat 11:29). Kita datang kepada Yesus agar Dia mengubah hati kita yang keras menjadi lembut dan suka damai; agar kebencian dan diskriminasi ras dilenyapkan; dan agar ditumbuhkan persahabatan serta persaudaraan antara semua manusia di Tanah Papua. Kita datang ke Bunda Maria agar dia mendekatkan kita kepada Yesus dan agar kita menerima Yesus sebagai damai sejahtera bagi kita semua. Doa berikut ini bisa dipakai bersama pada hari-hari Jumat yang ditetapkan di atas entah dalam Misa atau dalam kegiatan doa bersama lainnya seperti dalam keluarga atau KBG. Kegiatan dan doa dan puasa bersama untuk intensi khusus ini kita jalankan selama sembilan bulan, dari awal Maret sampai akhir November 2020.

Doa Mohon Damai Bagi Papua   

Tuhan Yesus, Engkaulah Damai Sejahtera kami.

Engkau sudah mendamaikan kami dengan Bapa surgawi

dan merubuhkan tembok-tembok pemisah antara kami.

Semoga damai-Mu menyatukan kami menjadi saudara satu sama lain.

Kami yang berdiam di Tanah Papua ini sudah menerima Injil-Mu

yang mempersatukan kami semua

dalam hidup yang rukun dan damai.

Bantulah kami menjauhkan konflik dan perselisihan,

Persaingan kuasa dan kecongkakan hati

Agar kami dapat menjadi pembawa damai.

Engkau mengajak kami untuk belajar pada-Mu

karena Engkau lembut dan rendah hati.

Maka kami datang kepada-Mu

dan menimba dari hati-Mu kelembutan dan kerendahan.

Ubahlah hati batu yang keras menjadi hati dari daging yang lembut,

yang bisa tergerak dan terharu oleh sesama yang lemah.

Ajarilah kami untuk menerima yang lain sebagai saudara,

dan janganlah perbedaan suku, agama atau politik

Memecahbelah persaudaraan kami.

Perbaruilah hati semua pelayan masyarakat

agar mereka melayani dengan hati

siapa saja yang Engkau percayakan kepada mereka.

Bunda Maria yang lembut dan rendah hati

jadilah Ibu bagi kami

dan bantulah kami menghadirkan dan mewartakan

bahwa Yesus adalah damai sejahtera kami.

Demi Dia kami mau bersaudara dengan semua orang.

Bapa Kami.

Salam Maria.

Kemuliaan.

Leo Laba Ladjar, OFM

Uskup Jayapura.

Unduh: Surat Gembala Prapaskah 2020_Keuskupan Jayapura