Umatku yang terkasih,
Kelahiran Yesus menghadirkan ruang perjumpaan dengan Tuhan. Kelahiran-Nya menjadi pokok sukacita manusia. Dengan Natal, kita mengenang kembali kehadiran kemuliaan Allah yang belum pernah terungkap. Dengan lahir sebagai manusia di dalam keluarga Yosep-Maria, Yesus mulai merasakan dan mengalami kehidupan manusiawi di atas bumi ini. Yesus menjadi manusia seperti kita dalam segala keterbatasan serta kerapuhan manusiawi, kecuali dosa. Peristiwa kelahiran Yesus adalah awal mula keberadaan-Nya secara manusiawi dan membawa kabar sukacita bagi bangsa-bangsa di dunia.
Dalam semangat sukacita Injil, kita berjumpa kembali dengan Penyelamat kita secara istimewa, khususnya dalam keluarga. Memang sejatinya perayaan Natal adalah pesta keluarga, karena kelahiran Yesus menggembirakan keluarga Yosep-Maria. Para gembala datang menyambut kelahiran-Nya di Bethlehem. Mereka berjumpa dengan anak Yesus di atas titah malaekat dan menjumpai-Nya di kandang dalam palungan domba, terbungkus dengan kain lampin (bdk. Lk. 2:16). Dalam kesederhanaan kelahiran Yesus, suasana manusiawi menunjukkan kerendahan hatiNya. Memang, “begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh. 3:16). Kelahiran Yesus mewujudkan dan menghadirkan Immanuel, Allah beserta kita, secara manusiawi.
Umatku yang terkasih,
Pada sekarang ini, kehidupan keluarga sedang mengalami perbagai terpaan, yang mencemaskan dan menggelisahkan suami-istri dan anak-anak mereka. Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern, khususnya tekhnologi informasi, sedang menempatkan keluarga-keluarga dalam lingkungan yang tidak nyaman dan bahkan mengancam ketenteraman dan kerukunan dalam keluarga. Keluarga-keluarga di perkotaan dan perdesaan harus bekerja keras dan mencermati perkembangan semasa dengan bijak, agar kehidupan keluarga dapat berlangsung dalam ketenteraman. Banyak anak muda sedang menghadapi tantangan ketersediaan pekerjaan dan keprihatinan ini sangat berpengaruh dalam hidup keluarga. Persoalan pekerjaan atau pun komoditi manusia sangat terasakan dalam keluarga. Seringkali keluarga mengalami pudarnya relasi dalam perjalanan hidup keluarga. Gaya hidup berubah dan tuntutan hidup berkembang sedemikian cepat, sehingga hidup keluarga mengalami ketidakpastian, keretakan, bahkan perpecahan.
Umatku yang terkasih,
Kehadiran kelahiran Yesus adalah berkat kasih Allah bagi hidup keluarga kita. Oleh karena itu, perayaan Natal hendaknya menjadi saat bagi keluarga untuk merenungkan kembali panggilan dan perutusan Kristiani. Daya Kristiani adalah Firman Tuhan dalam Kitab Suci. Di dalam Kitab Suci yang mengisahkan kelahiran Yesus, keluarga mudah-mudahan berani menemukan kegembiraan kembali sebagai murid-murid Kristus. Di dalam perayaan Natal, keluarga berjumpa dengan kasih Tuhan secara istimewa, karena di dalam kepenuhan kelahiran Yesus, keluarga beroleh kasih karunia demi kasih karunia (bdk. Yoh. 1:16).
Umatku yang terkasih,
Sukacita Injil yang dijumpai dalam perayaan Natal mendaraskan kembali “Sabda yang menjadi manusia” demi kebaikan serta keselamatan kita. Dengan demikian, keluarga menemukan kembali Firman yang memberi hidup: “Aku datang supaya mereka mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahannya” (Yoh. 10:10). Jadi, perjumpaan dengan Tuhan di waktu Natal memulihkan kembali sukacita yang sering memudar bahkan hampir hilang dalam perjalanan hidup keluarga. Dengan merayakan Natal, keluarga-keluarga kita bercermin kembali pada keluarga di Nazareth, di mana Yesus tumbuh dan berkembang sebagai manusia yang berwibawa dan penuh belas kasih. Kerukunan serta sukacita keluarga Nazareth adalah teladan bagi keluarga kita, yang merindukan kesejahteraan dalam sukacita yang lestari. Oleh karena itu, seperti kata St. Paulus, keluarga-keluarga Kristiani “berdirilah teguh dalam Tuhan!”
Umatku yang terkasih,
Mudah-mudahan perayaan Natal tahun 2014 menjadi bagi keluarga kita suatu kesempatan istimewa untuk membangun kelekatan pada sukacita Injil, karena di dalamnya keluarga kita berjumpa dengan kasih Allah-beserta-kita. Pada gilirannya, kita dapat belajar menekuni kembali perjalanan hidup keluarga menurut kehendak Allah, yaitu kerelaan keluarga untuk berbagi kasih karunia dengan siapa saja dalam dunia kita. Natal yang dialami para gembala membawa tenunan baru dalam keluarga kita, di mana kita berjumpa dengan “perkenan Tuhan dalam segala kemuliaanNya” (bdk. Lk. 2:14). Kita mendapat daya baru untuk menjadi keluarga Kristiani yang menyaksikan kasih karunia Tuhan. Natal menghadirkan kembali sukacita Injil dalam damai sejahtera. Dalam suasana Natal yang penuh bahagia ini, kita saling mengucapkan “Selamat Hari Raya Natal 25 Desember 2014” dan dengan semangat baru ini, keluarga kita berarak bersama menyambut “Tahun Baru 1 Januari 2015” dengan penuh syukur kepada Allah-beserta-kita, yaitu Yesus Kristus, Tuhan dan Penyelamat kita.
Diberikan di Kupang, 8 Desember 2014
Salam Hormat dan Berkat,
Mgr. Petrus Turang
Uskup Agung Kupang
Keterangan foto: Flash banner website Keuskupan Agung Kupang, ilsutrasi dari diosesagungkupang.wordpress.com
Imam diosesan (praja) Keuskupan Weetebula (Pulau Sumba, NTT); misiolog, lulusan Universitas Urbaniana Roma; berkarya sebagai Sekretaris Eksekutif Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) KWI, Juli 2013-Juli 2019