MIRIFICA.NET – Jakarta, 29 Oktober 2024 – Dalam rangka merayakan Sumpah Pemuda yang ke-96, Komisi Kepemudaan Konferensi Waligereja Indonesia (Komkep KWI) menyelenggarakan acara ‘Misa Syukur & Diskusi Birokrat Muda Katolik Indonesia Menuju 100 Tahun Sumpah Pemuda’, di Gedung Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) pada Senin, 28 Oktober 2024.
Misa dipimpin oleh Sekretaris Komisi Kepemudaan KWI, RD Frans Kristi Adi di Kapel Fransiskus. Dalam homilinya, Romo Kristi mengajak umat yang hadir khususnya orang muda Katolik (OMK) mencontoh semangat pemuda pada tahun 1928. Para pemuda lintas iman dan latar belakang budaya mengikrarkan cinta pada bangsa Indonesia yang kini diperingati sebagai Sumpah Pemuda. Romo Kristi mengingat bentuk cinta pemuda Indonesia tak pernah luput oleh waktu. Salah satunya tercermin dari film Eksil, karya Lola Amaria yang menunjukkan cinta pemuda Indonesia yang terbuang dari negara ketika terjadi pergolakan politik dalam negara. Romo Kristi pun mendoakan agar OMK memiliki keteguhan hati mencintai Indonesia untuk mewujudkan kebaikan bersama (bonum commune).
Ajakan untuk setia melakoni jalan terjal mencintai dan melayani Indonesia juga diungkapkan oleh pemantik sesi diskusi, Yanuar Nugroho, Dosen Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara. Yanuar juga dipercaya menjadi Koordinator Tim Ahli Sekretariat Nasional Sustainable Development Goals (SDGs) Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) RI. Sesi diskusi digelar setelah misa dan makan malam bersama dengan moderator Anne Aprina Priskilla, selaku Pengurus Komkep KWI.
Dalam sesi tersebut, Yanuar Nugroho mengajak peserta merefleksikan dan mengimajinasikan Indonesia di masa depan. Ia awali dengan memaparkan data dan fakta tentang dinamika sosial, ekonomi, dan politik yang menjadi tantangan bangsa menuju visi Indonesia Emas 2045. Salah satunya adalah kondisi Indonesia yang kembali masuk middle income trap atau jebakan pendapatan menengah pada 2020 karena pandemi Covid-19. Akibatnya, untuk mewujudkan Indonesia maju perlu strategi transformasi yang tepat sasaran, kolaboratif, dan berkelanjutan.
Alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) ini mengungkapkan masalah stagnansi ekonomi hanya salah satu dari banyak tantangan besar aparatur sipil negara (ASN). Masih ada tantangan lain di bidang kesehatan masyarakat, pemenuhan hak kelompok rentan, dan persoalan krisis lingkungan hidup. Yanuar yang pernah menjabat sebagai Asisten Ahli Kepala Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan & Pengendalian Pembangunan (UKP4) tahun 2012-2014 juga membagikan pengalaman rohani dan proses diskresi saat ia memutuskan menjadi birokrat.
“Saya memang ingin pulang ke Indonesia, untuk bekerja di Indonesia. Ingin melayani Indonesia meski tak terpikir awalnya menjadi bagian pemerintahan,” kenang Yanuar.
Memang perjalanan hidup Yanuar tak mudah setelah lulus doktor dari Universitas Manchester, Inggris. Ia bahkan tidak diterima menjadi dosen di sejumlah perguruan tinggi di Indonesia. Ia pun mulai meniti karir sebagai akademisi di Inggris dan aktivis sosial kemasyarakatan.
Bertumpu Hanya pada Kemuliaan Tuhan yang Lebih Besar
Yanuar mengingatkan kepada para ASN dan peserta diskusi bahwa keterlibatan di sektor publik seharusnya hanya berlandaskan pada tujuan utama untuk kemuliaan Tuhan yang lebih besar. Bagi Yanuar, prinsip dan dasar dalam Latihan Rohani warisan Santo Ignatius Loyola membuatnya tetap punya keinginan berkaya di sektor publik. Untuk itu sangat penting menjaga stamina dalam membedakan tujuan dan sarana dalam karya di sektor publik.
“Sehingga sikap kita harus lepas bebas: menggunakan segala sarana saat dibutuhkan, tetapi tidak lekat pada sarana itu. Jabatan, mobil dinas, rumah dinas, semua itu hanya sarana.”
Ia mengingatkan kesadaran untuk lepas bebas sebagai bentuk kerendahan hati seorang pelayan, termasuk pelayan bagi negara. Oleh karena itu, ia berpesan kepada para birokrat muda agar jangan berlarut-larut ketika mengalami kegelisahan, perasaan sedih, demotivasi, atau nelangsa dalam pekerjaan.
“Kita tidak bisa desolasi (perasaan nelangsa, sedih, dsb) berkepanjangan. Karena waktunya terbatas, atau bahkan tidak ada. Sementara pekerjaan sangat banyak. Untuk itu, penting manajemen stamina Anda dengan memiliki peer-group dan pembimbing rohani,” ujarnya.
Peran support system atau peer-group bagi Yanuar adalah seperti teman seperjalanan. Sehingga ketika dalam karya merasa sendirian dan kelelahan tetap ada kawan yang senantiasa mengingatkan dan menguatkan. Begitu pun peran pembimbing rohani yang sangat penting untuk membantu memilah-milah dalam proses pengambilan keputusan. Ketika dalam keadaan nelangsa dan penuh keraguan, Yanuar mengingatkan agar Anda jangan mengambil keputusan.
Setara untuk Berjalan Bersama Membangun Gereja dan Bangsa
Tak hanya itu, ia menyinggung pentingnya menjalankan prinsip kesetaraan dalam bekerja. Saat menjadi Deputi II Kepala Staf Kepresidenan RI 2015-2019, Yanuar tidak menerapkan sistem silo alias sistem yang memisahkan jenis karyawan berdasarkan tempat atau bidang pekerjaan. Bagi Yanuar, dalam satu organisasi harus saling tahu kemampuan sesama anggota tim sehingga proses pekerjaan menjadi lebih mudah, efektif, dan transparan. Prinsip kesetaraan dan kolaborasi ini sejalan dengan tema 100 tahun KWI yaitu ‘Berjalan Bersama Membangun Gereja dan Bangsa.’
Yanuar juga menganjurkan kepada para ASN muda dan OMK peserta diskusi untuk memiliki peta jalan hidup. Perencanaan atau peta jalan hidup bisa membantu kita menemukan kehendak Tuhan dan tujuan Dia menciptakan kita. Oleh karena itu, penting bagi OMK mengasah kemampuan diri dan memiliki keahlian khusus sebagai keunikan yang menjadi nilai tambah dalam menjalankan karya dan pelayanan.
Antusiasme peserta diskusi sangat tinggi terlihat dari ramainya pertanyaan yang diajukan kepada Yanuar Nugroho. Kegiatan ini berlangsung mulai pukul 17.30 dan selesai pada 21.30 WIB. Sesi akhir adalah penyerahan apresiasi kepada Yanuar Nugroho dan foto bersama peserta diskusi. Penutupan acara dengan doa bersama dan berkat dari Romo Kristi. Harapannya usai kegiatan tersebut para OMK yang bergerak di sektor pelayanan publik makin teguh dalam iman mewujudkan kemuliaan Tuhan yang lebih besar. *Komkep KWI
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.