“Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman.” (Kis 6, 3-4)
BEBERAPA kali saya berdoa Rosario di Kapel Kristus Raja. Awalnya saya masih bisa memusatkan pikiran pada butir-butir rosario sambil berdoa Salam Maria. Lama-kelamaan konsentrasi buyar, terganggu oleh gigitan nyamuk dan suara-suara kendaraan yang lewat.
Saat lain saya berdoa Rosario di Kapel Maria, dengan harapan agar bisa lebih memusatkan pikiran. Tempatnya lebih nyaman. Namun demikian, hal yang sama juga terjadi. Satu untaian doa Rosario belum selesai, konsentrasi sudah buyar juga.
Pikiran tidak bisa terpusat penuh pada doa, karena terganggu oleh pekerjaan lain yang belum selesai, proposal pencarian dana yang belum beres, laporan projek yang belum selesai dan harus segera dikirim, persiapan monitoring dari funding agency, masalah sekolah dan yayasan yang belum ada jalan keluarnya.
Berbagai hal berkecamuk dalam pikiran, harus segera dikerjakan dan dibereskan. Suasana doa terganggu oleh rasa gelisah dan hati tidak tenang. Akibatnya guliran butir-butir rosario pun tidak konsisten, sering berhenti dan lupa sudah berapa kali didoakan, sehingga sepuluh doa Salam Maria harus saya ulang lagi dari awal.
Betapa sulit memusatkan pikiran dalam doa. Betapa tidak mudah untuk meluangkan waktu selama satu jam secara penuh dalam suasana doa. Ketika jumlah murid semakin bertambah banyak, para rasul pun semakin sibuk memberikan pelayanan. Sekalipun demikian, diantara mereka masih timbul sungut-sungut, karena ada pelayanan yang terabaikan.
Bertambahnya jumlah murid dan jumlah pelayanan, membuat para rasul kesulitan untuk memusatkan perhatian dalam doa dan pelayanan firman.
Apa yang membuat anda sulit memusatkan pikiran dalam doa?
Teman-teman selamat sore dan selamat beristirahat. Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.
