SEKITAR 25 orang yang terdiri dari pastor, suster, bruder, frater, dan utusan dari Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) delegasi Bali, Lombok, dan Sumbawa mengikuti pelatihan public speaking di Pusat Karya Pastoral Keuskupan Denpasar, 16-18 Agustus 2016. Pelatihan yang digelar oleh Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) bekerjasama dengan Komisi Komsos Keuskupan Denpasar ini, dibuka dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Uskup Keuskupan Denpasar, Mgr. Silvester San, kemarin (16/8).
Setelah Misa, peserta menuju tempat pelatihan untuk mengikut seremoni pembukaan. Dalam acara pembukaan di aula Pusat Karya Pastoral Keuskupan Denpasar itu, bapa uskup mengingatkan, menghadapi kemajuan teknologi dan perkembangan media komunikasi, para pewarta Kabar Gembira tetap harus menguasai teknik berbicara di depan umum. “Walaupun media komunikasi berkembang sangat pesat, menyampaikan pesan Injil secara lisan dan tatap muka masih sangat penting,” katanya. Apalagi untuk umat dan masyarakat di Keuskupan Denpasar yang heterogen asal dan budayanya.
Selain itu, Mgr. Silvester San juga mengingatkan pentingnya para pewarta menguasai teknik berbicara langsung kepada orang banyak, termasuk dengan media audio-visual seperti radio dan televisi. Kebetulan, para pewarta Keuskupan Denpasar punya peluang untuk mengisi acara rohani di sejumlah radio dan televisi daerah. “Pelatihan public speaking ini akan membantu karya pastoral lewat media massa tersebut,” ujarnya.
Pelatihan dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan para pewarta dalam hal melakukan komunikasi tatap muka dengan publik secara lisan. Isi sebuah pesan yang baik tidak akan ditangkap secara maksimal apabila penyampaiannya tidak memadai. “Para pewarta harus memiliki kemampuan menyampaikan pesan secara lisan kepada publik. Bukan hanya menguasai isi pesan tapi juga teknik dan cara penyampaian pesan itu kepada publik,” kata bapa uskup dalam sambutannya sebelum memukul gong membuka acara itu.
Pada sambutan berikutnya,pengurus Komisi Komsos KWI, A. Margana, mengingatkan bahwa teladan public speaker yang hebat adalah Yesus Kristus sendiri.
Ia menunjukkan sejumlah situs tempat Yesus mengajar atau berpidato di depan banyak orang. Semuanya berada di “pinggang” atau lereng bukit, bukan di puncak bukit. “Nampaknya, Tuhan Yesus jeli melihat situasi dengan memanfaatkan lereng bukit untuk memantulkan suaranya agar terdengar oleh semua orang yang hadir,” katanya.
Selain itu, jelasnya Yesus pasti menggunakan teknik public speaking yang canggih karena Dia bisa menyampaikan pesan kepada ribuan orang tanpa sound system seperti sekarang.
Beberapa situs yang dipilih Yesus di lereng bukit untuk berkhotbah bagi banyak orang antara lain bukit Delapan Sabda Bahagia, tempat Ia mengajar dan memperbanyak lima roti dan dua ikan di Betsaida, serta pidato tentang akhir zaman di bukit Zaitun. “Para pewarta mestinya mencontoh teladan Yesus dalam berpidato di depan orang banyak itu,” imbuhnya.
Yesus sesungguhnya adalah public speaker atau orator agung.
Ia mampu menarik perhatian ribuan massa dengan kata-kata-Nya. Ia menyampaikan pesan seperti kaidah public speaking yang sekarang dipelajari yakni singkat, jelas, to the point, ditambah dengan kemampuan Tuhan Yesus yang khas yakni penuh wibawa dan kuasa.
Pelatihan tiga hari tersebut difasilitasi oleh anggota Komisi Komsos KWI Errol Jonathans, seorang praktisi public speaker dari Surabaya. Para peserta mendapat pengetahuan tentang teknik komunikasi, berbicara di depan umum, latihan pernapasan, sampai praktek berbicara di depan kamera televisi.
penulis: A. Margana
penyunting: Kevin Sanly Putera
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.