PERKEMBANGAN teknologi informasi dan komunikasi yang dibarengi dengan berkembangnya alat-alat komunikasi modern membuat manusia terhubung satu dengan lain dengan mudah.

Alat- alat ini pada akhirnya melahirkan media-media baru yang memudahkan manusia menyebarluaskan pesan dan informasi dengan cepat tanpa batas waktu dan ruang.

Namun kemunculan media-media baru ini tidak menafikan peran media lama yang sering sering disebut sebagai media mainstream seperti koran, televisi, dan radio.

“Saya sangat yakin, di tengah perkembangan media komunikasi yang demikian pesatnya, media-media lama atau yang disebut media mainstream seperti koran, radio dan televisi masih tetap akan eksis,” ujar Pakar Komunikasi sekaligus CEO Suara Surabaya Grup Errol Jonathans dalam seminar bertajuk “Komunikasi: Budaya Perjumpaaan yang Sejati” di Keuskupan Weetebula, Sumba, NTT, Sabtu (31/5/2014).

Menurut Errol, media-media baru seperti media sosial, sering kali tidak bisa dipercaya kebenarannya. Oleh sebab itu informasi dari media sosial ini pada akhirnya membutuhkan validasi dari media-media lama seperti koran, radio dan televisi.

Mengapa? Karena ada standar jurnalistik sebagai syarat sebuah berita itu layak ditayangkan dan disebarkan.

“Media-media ini tetap ditunggu sebagai validasi atas informasi dari media sosial yang tidak bisa dengan mudah dipercaya kebenarananya. Karena itu tv, radio tetap akan dipakai sebagai validator bahwa memang kejadiannya adalah benar. Karena media lama tetap memakai standar jurnalistik” ujar Errol.

Itulah mengapa di tengah pesatnya perkembangan media-media baru yang lebih modern, media lama tidak otomatis tergilas.