AYAHNYA adalah pengusaha dan ibunya keturunan bangsawan. Sang ibu meninggal ketika Maria berusia 11 tahun. Ia kemudian masuk ke sekolah yang membuatnya ingin hidup selibat. Ayahnya yang menginginkan hidup keluarga untuk Maria, memutuskan untuk mengirim Maria, membantu di perusahaan kain sutra miliknya.
Disitu, Maria malah mengelola bantuan untuk orang yang membutuhkan, bersama dengan para perempuan lain. Mereka menolong korban wabah kolera, di 2 sekolah untuk orang bisu dan tuli. Mereka akhirnya disetujui sebagai sebuah kongregasi religius bernama “Sisters of Charity”.
Sumber: “disadur dari santibeati.it”
Kredit Gambar: sorgentedamore.it dan bresciaoggi.it
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.