Kaisar menjadi amat murka dan ingin melampiaskan dendamnya. Yohanes memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai gubernur. Ia menyumbangkan segala kekayaannya kepada para miskin dan menjadi seorang rahib. Ia terus menulis buku-buku yang mengagumkan untuk mempertahankan iman Katolik. Sementara itu, ia juga melakukan segala pekerjaan kasar di biara. Suatu hari ia bahkan pergi untuk berjualan keranjang di pinggir jalan kota Damaskus. Banyak orang yang mengenal Yohanes sebelumnya berlaku kejam terhadapnya dengan menjadikannya bahan tertawaan. Ini dia orang yang dahulunya adalah gubernur kota yang hebat, sekarang berjualan keranjang. Coba bayangkan betapa berat penderitaan yang harus ditanggung oleh St. Yohanes. Tetapi ia tahu bahwa semua uang yang ia peroleh akan dipergunakan untuk kepentingan biara. Ia senantiasa memikirkan Yesus, Putera Allah, yang memilih untuk dilahirkan di sebuah kandang yang hina. Kemudian, ia merasa berbahagia dapat meneladani kerendahan hati Kristus. St. Yohanes wafat dengan damai dan tenang pada tahun 749.
Meskipun St. Yohanes adalah seorang yang amat pandai serta terpelajar, ia memiliki kerendahan hati yang amat besar, seperti dinyatakannya dalam sebuah kalimat yang pernah ditulisnya untuk menyebut dirinya sendiri “seorang hamba rendahan yang tak berguna, yang lebih memilih untuk mengaku dosa-dosanya di hadapan Tuhan daripada terlibat dalam perkara-perkara teologi dan politik.”
Sumber: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Kredit Foto:Santo Yohanes Damaskus, www.mirifica.net
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.