Kaisar meminta Laurentius untuk membujuk para bangsawan Jerman agar melawan pasukan Turki. Kala itu, pasukan Turki sedang berusaha menghapuskan kekristenan. Laurentius berhasil meyakinkan para bangsawan. Tetapi, para pemimpin mereka mendesak agar sang imam ikut serta bersama pasukan ke medan perang guna menjamin kemenangan. Ketika para prajurit melihat betapa besar bala tentara Turki, mereka ketakutan dan bermaksud mengundurkan diri. Jadi, St Laurentius sendiri yang memimpin pasukan. Ia hanya bersenjatakan salib. Para prajurit Kristiani menjadi percaya dan bertempur dengan gagah berani. Pasukan Turki berhasil ditaklukkan dengan mutlak. St Laurentius disanjung, tetapi ia tidak berbangga diri atas keberhasilannya. Ia menyerahkan segalanya pada Tuhan dan memanjatkan pujian kemuliaan bagi-Nya.
Pada tahun 1602, St Laurentius menjadi Superior Jenderal ordonya. Ia berkarya, berkhotbah dan menulis guna menyebarluaskan Kabar Gembira. Ia pergi dalam misi-misi perdamaian yang penting ke Munich, Jerman dan Madrid, Spanyol. Para penguasa wilayah-wilayah tersebut mendengarkan nasehatnya dan misinya berhasil gemilang. Tetapi St Laurentius terserang sakit parah. Ia kecapaian karena medan perjalanan yang berat dan beban tugas yang menegangkan. Ia wafat tepat pada hari ulangtahunnya, pada tanggal 22 Juli 1619. St Laurentius dinyatakan kudus oleh Paus Leo XIII pada tahun 1881. Ia dihormati sebagai “Doktor Apostolik” oleh Paus Yohanes XXIII pada tahun 1959.
Kepada siapakah secara istimewa aku menaruh hormat dan menyatakan terima kasih atas keberhasilan ataupun kemajuan yang aku capai dalam hidupku?
Teks: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Kredit Foto:S. Laurensius dari Brindisi, www.pacebenemondo.it
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.