Misionaris besar ini dilahirkan di Kastil Xaverius, Spanyol pada tahun 1506. Ia belajar di Universitas Paris ketika umurnya delapanbelas tahun. Di sanalah ia bertemu dengan St. Ignatius Loyola, yang pada waktu itu akan membentuk Serikat Yesus. St. Ignatius berusaha mengajak Fransiskus untuk bergabung. Pada mulanya, pemuda yang suka bersenang-senang ini tidak pernah memikirkannya. Kemudian, St. Ignatius mengulangi kata-kata Yesus dalam Kitab Suci kepadanya: “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?” Akhirnya, Fransiskus memahami dengan jelas bahwa panggilan hidupnya adalah bersama dengan para Yesuit.
Ketika Fransiskus berusia tigapuluh empat tahun, St. Ignatius mengutusnya sebagai misionaris ke Hindia Belanda. Raja Portugal hendak memberinya hadiah-hadiah dan juga seorang pelayan untuk menyertainya. Tetapi, Fransiskus dengan halus menolak pemberian raja dengan mengatakan: “Cara terbaik bagi seseorang untuk mendapatkan martabat sejati adalah dengan mencuci baju serta memasak makanannya sendiri.” Sepanjang karyanya yang gemilang di Goa, India, Indonesia, Jepang serta pulau-pulau lain di timur, St. Fransiskus mempertobatkan banyak orang. Sesungguhnya, ia membaptis begitu banyak orang hingga ia menjadi terlalu lemah bahkan untuk mengangkat tangannya sendiri. Ia mengumpulkan anak-anak kecil di sekitarnya serta mengajarkan iman Katolik kepada mereka. Kemudian ia menjadikan mereka misionaris-misionaris kecil. Ia mengajak mereka untuk menyebarluaskan iman yang telah mereka peroleh. Tidak ada yang tidak dilakukan St. Fransiskus untuk membantu sesama. Suatu ketika, ia berhadapan dengan segerombolan perompak yang garang, ia sendirian dan tanpa senjata kecuali salibnya. Gerombolan perompak itu mundur kembali dan tidak jadi menyerang penduduk Kristennya. St. Fransiskus juga membawa kembali orang-orang Kristen yang hidup tidak baik untuk bertobat. Satu-satunya “alat”-nya adalah kelemahlembutan, keramahan serta doa-doanya.
Sepanjang perjalanan dan kerja kerasnya yang melelahkan, St. Fransiskus senantiasa dipenuhi oleh sukacita yang datang dari Tuhan. Ia mendambakan untuk dapat pergi ke Cina, ke daerah di mana tak seorang asing pun diijinkan masuk. Akhirnya, persiapan-persiapan dilakukan, tetapi misionaris besar kita jatuh sakit. Ia wafat, hampir-hampir tanpa ditemani siapa pun, pada tahun 1552 di sebuah pulau di pesisir Cina. Usianya baru empatpuluh enam tahun. Fransiskus Xaverius dinyatakan kudus oleh Paus Gregorius XV pada tahun 1622. Ia dikanonisasi bersama para kudus yang hebat lainnya dalam suatu upacara kanonisasi di Roma. Ignatius dari Loyola, Theresia dari Avila, Filipus Neri dan Isidorus si Petani, dikanonisasi pada hari yang sama.
Cinta Fransiskus kepada Yesus demikian besar hingga ia tidak dapat beristirahat karena pemikiran akan begitu banyaknya orang yang belum pernah mendengar Injil. Bagaimana jika aku membagikan imanku kepada setidak-tidaknya satu orang dalam hidupku?
diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Keterangan Foto : Santo Fransiskus Xaverius, Berkarya Bagi Orang Kecil, Ilustrasi dari fxsadohoa.blogspot.com
Imam diosesan (praja) Keuskupan Weetebula (Pulau Sumba, NTT); misiolog, lulusan Universitas Urbaniana Roma; berkarya sebagai Sekretaris Eksekutif Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) KWI, Juli 2013-Juli 2019