Beranda KATEKESE Teladan Kita St. Evaristus, 26 Oktober

St. Evaristus, 26 Oktober

St. Evaristus, Paus, acatholiclife.blogspot.com
St EVARISTUS hidup pada abad kedua. Ia berasal dari sebuah keluarga Yahudi di Betlehem. Keluarganya tinggal di Yunani pada saat ia dilahirkan. Evaristus dibesarkan dan dididik dalam agama Yahudi. Ayahnya sangat bangga akan kesalehan dan kecerdasan puteranya, hingga ia mengirimkan putranya untuk belajar pada guru-guru terbaik.

Setelah dewasa, Evaristus menjadi seorang Kristiani. Begitu besar cintanya pada iman barunya ini hingga ia memutuskan untuk menjadi seorang imam. Di Roma, di mana ia melakukan karya pelayanan, semua orang mengagumi serta mengasihinya. Demikianlah, ketika paus wafat sebagai martir, Evaristus dipilih untuk menggantikannya. Evaristus merasa sama sekali tak layak menjadi seorang paus, tetapi Yesus tahu yang terbaik.

Masa itu adalah masa-masa penganiayaan Gereja. Fitnah-fitnah keji tersebar luas mengenai iman Katolik hingga orang-orang Romawi tidak perlu berpikir dua kali untuk membunuh umat Kristiani. Siapa saja yang menjadi paus nyaris pasti akan ditangkap. Paus St Evaristus menggembalakan Gereja selama kurang lebih delapan tahun. Semangatnya begitu berkobar-kobar hingga jumlah orang-orang yang percaya semakin hari semakin bertambah banyak. Tetapi, pada akhirnya, ia ditangkap juga. Para sipir penjara terkagum-kagum melihat sukacita pada wajah orang tua yang kudus ini sementara ia digiring ke penjara. St Evaristus menganggap diri memperoleh hak istimewa didapati pantas menderita sengsara dan mati bagi Yesus. Tiada hadiah yang lebih berharga yang dapat diberikan kepadanya selain dari kemartirannya. Paus St Evaristus wafat pada tahun 107.

Seringkali hidup kita berubah arah tanpa terencana, tetapi apabila kita mengandalkan kekuatan yang dari Tuhan, Ia akan menganugerahkan damai-Nya kepada kita.

 

Sumber: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”

Kredit Foto: St. Evaristus, Paus, acatholiclife.blogspot.com