Sekolah Menengah Atas (SMA) Katolik Palangka Raya berhasil menjuarai lomba debat antarpelajar SMA dan Kejuruan se-Keuskupan Palangkaraya yang diselenggarakan dalam rangka Pekan Komunikasi Sosial Nasional (PKSN) KWI 2018, Kamis (10/05/2018).
Mereka berhasil mengumpulkan poin tertinggi 336, mengungguli SMA Negeri 5 Palangkaraya yang mengantongi 313 poin, dan SMA President Christian Center, Puruk Cahu, Kabupaten Murung Raya dengan 282 poin.
Salah satu perwakilan siswa SMA Katolik Palangkaraya, Yohanes tak lupa bersyukur sekaligus bangga tim sekolahnya bisa tampil dengan baik dan berhasil membawa trofi juara. “Senang banget kami bisa meraih juara. Kami bersyukur karena Tuhan menyertai kami selama lomba debat ini,” ungkapnya.
Kendati demikian, Yohanes mengakui timnya sejak awal tidak ingin mengincar kemenangan apalagi menyabet juara 1. Menurutnya misi utama mengikuti lomba debat adalah untuk menambah pengalaman dan wawasan sebagai pelajar.
“Setiap kompetisi kita tidak mencari menang atau kalah. Tapi kami mencari pengalaman. Intinya berkompetisi harus sehat,” ujar Yohanes.
Sementara itu siswi lainnya, Santa Windoyani turut menghibur para peserta yang gagal meraih juara I pada lomba debat. Ia menilai kegiatan ini sangat bermanfaat untuk melatih keberanian kaum muda khususnya pelajar untuk tampil di depan umum.
“Untuk teman-teman yang belum meraih juara, tidak perlu khawatir. Kalian memang belum juara di sini tapi kalian sudah juara mewakili sekolah kalian. Banyak pengalaman yang bisa dipetik dari kegiatan ini yang membuat kita lebih berkembang,” ungkap Santa.
Perlombaan debat diikuti oleh 16 kelompok pelajar dari enam sekolah menengah atas dan kejuruan di Keuskupan Palangka Raya, yaitu SMAN 5 Palangka Raya, SMA Katolik, SMA Taruna Jaya, SMA President Christian Center, SMA Murung Raya, dan SMAK Kuala Kurun.
Pada babak pertama, peserta dibagi ke dalam delapan pasangan untuk beradu argumen atas isu yang ditentukan panitia. Demikian pula babak kedua, delapan kelompok yang bertahan dibagi menjadi empat pasangan. Akhirnya, pada babak final, kelompok SMAN 5 Palangkaraya berhadapan dengan kelompok SMA President Christian Center.
Juri ketua lomba debat Gabriel Abdi Susanto menjelaskan, materi debat dipilih dari topik yang terkait dengan tema PKSN-KWI 2018 dan hal-hal lain yang sedang hangat diperbincangkan masyarakat.
“Yang pertama, isu itu diambil dari tema PKSN yang berkaitan dengan hoaks dan media sosial. Ada juga isu nasional seperti korupsi, Undang-Undang Ormas. Isu tentang masyarakat di sini yaitu penebangan liar dan penanaman kelapa sawit skala besar,”urai Abdi.
Adapun aspek-aspek yang dinilai dari setiap penampilan, lanjut wartawan Liputan6.com ini meliputi isi, sikap dan metode. “Isi terkait dengan ide dan argumentasi yang dibangun. Sikap lebih kepada bagaimana mereka menyampaikan gagasan melalui bahasa, artikulasi dan cara berhadapan dengan orang lain. Sedangkan metode, berkaitan dengan strategi membangun argumentasi untuk melawan dan menyanggah,”ujar Abdi.
Budi Sutedjo Dharma Oetomo, salah satu anggota tim juri menilai peserta debat memiliki perhatian pada isu-isu yang aktual. Ini terungkap lewat argumentasi yang mereka bangun serta data dan contoh-contoh yang dipaparkan.
“Mereka tampak antusias. Juga punya perhatian pada isu-isu yang aktual. Ada yang memiliki argumentasi kuat dengan data yang cukup sehingga bisa memberi sanggahan atau bertahan dengan contoh-contoh konkret, bukan dengan asumsi-asumsi pribadi,” jelas Budi.
Akan tetapi, Budi menambahkan, para peserta belum menunjukkan kekompakan sebagai satu tim. Sering terjadi pengulangan gagasan yang sudah disampaikan rekan satu tim pada kesempatan sebelumnya.
“Peserta hanya mengulang pernyataan peserta sebelumnya. Tidak ada pengembangan gagasan seperti latar belakang, konteks, atau undang-undang,”kata Budi. (Peliput: Erick Ratu dan Dimas)
Pastor Diosesan di Keuskupan Ruteng, Ketua Komisi Komsos Keuskupan Ruteng