Lebih dari setengah atau 106 uskup dari hampir dua ratus peserta berasal dari Asia, Amerika Latin, Afrika dan Oseania, yang berpartisipasi dalam Sinode Luar Biasa tentang Keluarga yang dibuka pada Minggu di Vatikan.
Sinode itu secara eksklusif akan fokus pada isu-isu panas yang mempengaruhi masyarakat Eropa dan Gereja yang sedang menghadapi tantangan sekularisme, yang juga dihadapi di bagian lain dunia.
Menyadari kompleksitas tantangan dan masalah tersebut, Sekretariat Sinode Uskup melakukan konsultasi yang komprehensif dengan komunitas-komunitas Katolik di seluruh dunia dalam rangka mengumpulkan dokumen yang menjadi dasar dari pekerjaan sekretariat tersebut tentang keluarga.
Dokumen ini menjelaskan situasi yang sebenarnya, yaitu, bagaimana pria dan wanita benar-benar mengalami kehidupan keluarga, bukan bagaimana Gereja ingin mereka menghidupkannya.
Sinode itu akan menyampaikan isu-isu yang mempengaruhi keluarga nyata, bukan “keluarga” secara umum. Ada sejumlah bagian di Afrika dimana perkawinan berlangsung di antara anak perempuan berusia 10 tahun dan kakek berusia 60 tahun.
Di negara-negara Afrika termasuk Nigeria, 70 persen perempuan menikah sebelum usia 15 tahun.
Kasus-kasus ini tidak mudah bagi Gereja untuk berbicara tentang “hukum kodrat” – karena para uskup Afrika, Asia dan Oceania menjelaskan – di tempat-tempat mereka dimana poligami dianggap biasa.
Sementara itu di Melanesia, ide mengenai sebuah keluarga “tradisional”, dipandang sebagai model Barat yang sulit untuk diterima. Ada masyarakat matriarkal dimana istri bertanggungjawab untuk mendidik anak, dan bukan ayah
Sumber: ucanews.com
Keterangan foto: Sinode Keluarga, ilustrasi dari www.newscattoliche.it
Imam diosesan (praja) Keuskupan Weetebula (Pulau Sumba, NTT); misiolog, lulusan Universitas Urbaniana Roma; berkarya sebagai Sekretaris Eksekutif Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) KWI, Juli 2013-Juli 2019