(Pressnote I-23 Februari 2023)
Baan Phu Waan, yang berarti Rumah Penabur, Pusat Pelatihan Pastoral Keuskupan Agung Bangkok yang luas dan megah, menjadi tempat Sidang Sinode Tahap Kontinental Asia dari Kamis, 24 Februari Sampai, Minggu, 26 Februari 2023. Inilah lanjutan Sinode Para Uskup yang dicanangkan Paus Fransiskus, 10 Oktober 2021 dan diadakan secara berjenjang, mulai dari tahapan di tingkat Keuskupan, tingkat nasional, kontinental dan universal. Inilah saatnya Sinode di tingkat kontinental.
Para peserta Pertemuan merupakan perwakilan dari 17 Konferensi Uskup dan 2 Sinode Para Uskup, mewakili 29 negara anggota Federasi Konferensi Waligereja Asia (FABC). 6 Kardinal, 5 Uskup agung, 18 Uskup, 28 Imam, 4 Suster dan 19 Umat Awam, hadir dan berjalan bersama dalam perjalanan sinodal ini.
Asia merupakan benua terbesar dan terpadat penduduknya, diberkati dengan beragam budaya, bahasa, etnis, dan agama. Sementara Kekristenan tetap minoritas yang sangat kecil di sebagian besar wilayah Asia, namun semangat dan kekayaan masing-masing budaya membawa sukacita bagi kehidupan Gereja. Meskipun sistem kepercayaan, nilai, dan simbol berbeda dari satu sama lain, namun keterkaitan komunitas manusiawi menyatukan orang Asia. Nilai yang dipegang orang Asia untuk tetap terhubung – dengan Tuhan, diri sendiri, sesama, dan kosmos – membawa serta kesatuan keluarga manusia dan kesatuan rakyat Asia.
Terlepas dari tantangannya, perjalanan Sinodal dijadikan sebagai momen penuh rahmat dan menyeembuhkan bagi gereja. Gambaran ‘Gereja sebagai Tenda’ memproyeksikannya sebagai tempat berlindung yang dapat diperluas ke semua orang dalam semangat inklusivitas. Hal Itu juga mengungkapkan bahwa Tuhan dapat mendirikan tenda-Nya di mana pun RohNya berhembus, termasuk ke tempat-tempat yang penuh dengan kekerasan, keresahan, dan penderitaan. Yang terpenting, di dalam tenda, selalu ada ruang untuk semua orang; tidak ada yang dikecualikan, karena inilah rumah bagi semua orang. Dalam proses perjalanan sinodal ini, mereka yang merasa ‘tersisih’ di masa lalu, saat ini boleh merasakan bahwa mereka memiliki rumah di tenda ini – tempat yang sakral dan aman.
Gambaran tentang Kemah juga mengingatkan kita bahwa Yesus mendirikan kemah-Nya di antara kita melalui inkarnasi, dan karena itu kemah ini menjadi tempat perjumpaan dengan Tuhan dan perjumpaan satu sama lain. Inilah rumah bersama yang menghidupkan kembali rasa memiliki dan saling berbagi dalam baptisan bersama. Proses Sinodal telah membawa kesadaran yang lebih signifikan akan pentingnya berjalan bersama sebagai persekutuan komunitas, menghasilkan pertumbuhan organik Gereja.
Rancangan kerangka kerja, kertas kerja terbuka, telah disusun untuk membantu para delegasi untuk berjalan bersama melalui doa untuk mencermati, berdiskusi, dan bersepakat. Selama tiga hari ke depan peserta akan berbagi pengalaman tentang kegembiraan, berjalan bersama, pengalaman terluka, dan panggilan untuk menemukan Jalan Baru. Peserta juga akan fokus pada ketegangan yang mengganggu Benua Asia – Sinodalitas yang menghidupkan, Pengambilan Keputusan, Panggilan Imamat, Kaum Muda, Kemiskinan, Konflik antar Agama dan Klerikalisme.
Misa Pembukaan sidang hari ini, memohon tuntunan Roh Kudus, dipimpin oleh Uskup Agung Tarcisio Isao Kikuchi, SVD, Uskup Agung Tokyo, Jepang dan Sekretaris Jenderal FABC, sesudah itu akan diikuti dengan orientasi yang memperkenalkan kepada para delegasi topik pertimbangan dan penegasan. Draf dokumen akhir juga akan dibagikan kepada para peserta supaya mendalami dan mengungkapkan pemikiran mereka.
Pertemuan sinodal ini diharapkan dapat menjadi perwujudan perjalanan bersama sebagai orang-orang di benua Asia yang luas dan beragam.
Newsletter No.1-4 – Synod Asia Assembly
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.