MENGAPA jumlah orang katolik tidak bertambah-tambah?
Dalam pengendapan kita sudah merenungkan bahwa timbulnya iman dalam hati seseorang adalah wilayah kekuasaan Roh Kudus, sedangkan tugas kita hanyalah menjadi Paulus dan Apolos, hanya menanam dan menyiram, tapi Tuhanlah yang memberikan pertumbuhan.
Namun Mgr. Aloysius Sudarso SCJ dalam kapasitasnya sebagai penghubung KWI-KOPTARI lalu bertanya, apakah lembaga-lembaga Gereja dan karya-karya kita masih terasa asing di dalam masyarakat Indonesia?
Lembaga-lembaga kita belum terbuka pada pembaruan. Halangan lain adalah gaya hidup kita sendiri dan perbedaan sudut pandang tentang karya misi. Juga pandangan yang berbeda-beda tentang penggunaan internet dan pengaruh-pengaruh negatif dari penggunaan alat-alat komunikasi canggih, yang terjadi juga di antara imam dan biarawati. Baca juga: Sidang KOPTARI 2014 di Malino: Belajar dari Paus Fransikus Cara Menghayati Hidup Bakti (3B)
Tantangan di depan
Tantangan-tantangan Gereja di Indonesia: berkaitan dengan tema kita: surutnya iman akan Tuhan, lemahnya pengetahuan tentang katolisitas; dan kurangnya pewarta yang militan seperti dulu-dulu; apalagi ada pengaruh dari bacaan dan diskusi dengan tema-tema yang mempertanyakan Tuhan.
Gejala sekularisme dan ateisme juga sudah mulai terjadi di Indonesia.
Bagaimana hal-hal seperti ini menjadi perhatian kita dan bagaimana menampilkan Gereja sebagai orang beriman yang mengalami Tuhan sebagai manusia yang lemah yang bisa menghadirkan Allah di tengah-tengah masyarakat. Kenabian adalah memberi insight yang mendalam di tengah situasi yang sedang terjadi di tengah kita. Insight yang mendalam itu hanya bisa terjadi kalau kita mempunyai pengalaman mistik.
Apa maunya Paus Fransikus?
Romo RB Riyo Mursanto SJ –mantan Ketua KOPTARI dan mantan Provinsial SJ– mengangkat hal tentang pembaruan Paus Fransiskus yang belum sempat disebutkan dalam pengendapan sebelumnya.
Ia bertanya apakah sebenarnya yang dikehendaki oleh Paus Fransiskus: Menjadi Gereja yang memberikan perhatian kepada orang-orang miskin? Atau menjadi Gereja yang miskin yang solider dengan orang miskin dan hadir di tengah-tengah mereka.
Menjadi Gereja kaya yang membantu orang-orang miskin atau menjadi Gereja yang dalam bentuk miskin? Apa artinya Gembala yang berbau domba; gembala yang berada di tengah-tengah dombanya?
Akhirnya, hendaklah kita sadar bahwa kita hanya bisa menghasilkan buah-buah yang baik dan berlimpah sejauh kita berpaut pada kekuatan Yesus sendiri, bukan pada kekuatan kita.
Karena Engkau memerintahkannya, maka aku menebarkan jala juga: In verbo Tuo Domine, laxabo rete!
Kredit foto: Mgr. Aloysius Sudarso SCJ mewakili KWI dan menjadi Penghubung KOPTARI dengan KWI.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.