TIDAK banyak infromasi tentang sosok Nimr al-Nimr yang dapat dijadikan sebagai rujukan, kecuali kiprahnya membela minoritas Syiah di Arab Saudi. Tapi bagaimana sosok sederhana itu bisa picu perang diplomatik antara dua negara paling berpengaruh di Timur Tengah?
Nimr bukan wajah asing buat penguasa Arab Saudi. Selama pergolakan yang disebut musim semi Arab 2011 silam, ulama paruh baya itu berkiprah mendukung kemerdekaan Katif dan Al-Ihsaa, dua wilayah di Arab Saudi yang berpenduduk mayoritas kaum Syiah.
Tapi selebihnya kiprah Nimr tidak banyak mengundang perhatian. Ia berulangkali memimpin aksi protes menentang praktik diskriminasi terhadap kaum Syiah di Arab Saudi. Ia berulangkali ditangkap dan dipenjarakan, serta kehilangan isterinya saat masih di bui.
Kendati dicap “radikal” oleh kerajaan Arab Saudi, Nimr selalu menyerukan perlawanan tanpa kekerasan terhadap para pengikutnya. Kepada BBC ia pernah berkata, bahwa “kata-kata” selalu lebih kuat ketimbang “pedang.”
Sumber: Duetche Welle
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.