“Berfirmanlah TUHAN, ‘Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka.’” (Kej 6, 7)
SAAT itu anak-anak SD mempunyai ‘tlekeman’ yang berisi alat tulis, ‘urekan’ dan juga penghapus. Anak-anak mempunyai alat penghapus atau ‘setip’, yang jenisnya bermacam-macam. Ada ‘setip’ yang menggunakan karet yang diikat padat, ada yang berwarna putih dengan bentuk persegi, ada yang gepeng dan agak panjang dengan warna coklat dan biru, ada juga yang langsung menjadi satu dengan pensil.
‘Setip’ dipergunakan untuk menghapus tulisan di kertas yang salah. Tulisan yang keliru bisa dihapus dan dibetulkan. ‘Setip’ rupanya tidak memadai lagi untuk menghapus tulisan dengan bolpoin atau mesin ketik. Banyak orang mulai menggunakan tipp-ex, yakni sebuah botol kecil yang berisi cairan putih. Alat ini rupanya bukan untuk menghapus, tetapi untuk menutup kata atau tulisan yang salah, agar bisa diperbaiki kembali.
Saat ini ‘setip’ dan tipp-ex mungkin jarang lagi dipergunakan untuk menghapus tulisan. Banyak orang jarang sekali menulis dengan pensil. Mereka menulis berbagai macam catatan dengan menggunakan laptop, komputer atau gadgetnya. Pada alat-alat tersebut sudah tersedia sarana untuk ‘menghapus’ kata atau tulisan yang salah.
Ada fasilitas ‘delete’ yang bisa dipergunakan dengan mudah, tanpa membuat kotor atau meninggalkan bekas. Tulisan dengan banyak halaman pun bisa dihapus dengan mudah dan cepat. Gambar atau foto yang tidak disukai juga bisa dihapus dengan cepat dan mudah. HP dan BB serta beberapa media sosial pun dilengkapi dengan alat untuk ‘menghapus’ pesan, gambar atau postingan yang tidak disukai.
Bahkan kontak dan pertemanan pun bisa dihapus, kalau mereka menjengkelkan dan selalu menimbulkan permusuhan. Kontak dan pertemanan bisa dihapus dari HP, BB atau media sosial lain. Namun demikian, fasilitas ‘delete’ tersebut tidak bisa untuk ‘menghapus’ manusia dari muka bumi. Hanya Allah yang mampu dan berkuasa untuk ‘menghapus’ manusia serta ciptaan lain dari muka bumi. Allah menyesal dan ‘terpaksa’ menghapus mereka, karena kejahatan manusia sudah terlalu besar. Kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan.
Hanya Nuh lah yang mendapat kasih karunia-Nya. Bagaimana dengan kecenderungan hatiku? Mana yang akan kuterima: kasih karunia atau di-‘setip’ oleh Tuhan?
Teman-teman selamat pagi dan selamat berkarya. Berkah Dalem.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.