Selasa, 29 April 2014
(Kis 4:31-37; Yoh3:7-15)
Sudah banyak suka dan duka yang kita temui. Begitu banyak hal yang telah kita alami selama tahun ini. Ada pengalaman suka dan ada pengalaman duka. Semua menjadi satu dalam sanubari kita. Semua pengalaman itu membentuk diri kita menjadi pribadi yang kuat. Semuanya mengkristal dalam diri kita sebagai manusia.
Tentu tidak semua rencana yang telah dibuat di awal tahun ini berhasil. Ada yang meleset dari prediksi kita. Ada berbagai faktor yang menyebabkannya. Misalnya, strategi yang tidak jalan, sehingga usaha-usaha kita tidak maju-maju. Atau faktor dari luar yang mempengaruhi usaha-usaha kita. Misalnya, krisis ekonomi global yang melanda dunia beberapa bulan terakhir ini.
Namun ada juga berbagai kesuksesan yang kita capai. Kesuksesan itu menjadi sukacita yang memberi semangat bagi hidup kita. Kita merasa hidup ini begitu bermakna. Kita menemukan hidup kita mempunyai arti bagi diri dan orang lain. Karena itu, kita ingin agar kita senantiasa berkiprah dalam dunia yang penuh dengan berbagai tantangan ini.
Sebagai orang beriman, kita mesti tetap optimis di balik kegagalan yang kita alami. Optimisme kita itu didasarkan pada Tuhan yang begitu baik kepada kita. Tuhan senantiasa mengasihi kita. Tuhan senantiasa peduli terhadap hidup kita. Kepedulian Tuhan itu ditunjukkan lewat orang-orang yang ada di sekitar kita. Ada sahabat yang berlinang air mata ketika kita mengalami kegagalan. Ada sahabat yang peduli terhadap kita, ketika kita kehilangan orang yang kita cintai dari hidup kita.
Dalam suasana seperti itu, kita merasa dikuatkan. Badai krisis ekonomi yang melanda dunia seolah menjadi begitu enteng kita pikul. Mengapa? Karena ada sesama yang membuka tangannya lebar-lebar untuk menolong kita. Ada sahabat yang tersenyum kepada kita ketika langkah kita tertatih-tatih. Semua itu menunjukkan kasih Tuhan yang tidak pernah lekang oleh tantangan jaman.
Di depan kita ada begitu banyak hal baik yang akan kita gapai. Tetapi kita juga dihadapkan pada berbagai tantangan. Namun bagi kita, tantangan-tantangan itu menjadi pemacu untuk semakin maju dalam hidup. Kita ingin agar Tuhan yang mahapengasih dan penyayang itu senantiasa menjadi pegangan hidup kita. Yakinlah, Tuhan senantiasa ingin agar kita menemukan kebahagiaan dalam hidup ini.
Untuk itu, kita perlu berefleksi diri. Sampai sejauh mana kita sungguh-sungguh membuka hati kita kepada Tuhan? Apakah Tuhan sungguh-sungguh kita andalkan dalam hidup ini? Mari kita berserah diri kepada Tuhan.
Tuhan, buatlah kami menjadi orang-orang yang setia kepadaMu. Dalam untung dan malang kami ingin agar Engkau menjadi pegangan hidup kami. Tuhan, terima kasih atas penyelenggaraanMu selama setahun yang lewat. Semoga kami terus-menerus bertumbuh dalam iman akan Dikau dan semakin mencintai Engkau dalam diri sesama yang kami jumpai.
** (Frans de Sales SCJ)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.