JEANNE BIGARD ( 1859 – 1934 )
Pendiri Serikat Kepausan St. Petrus Rasul
untuk Pengembangan Panggilan
Jeanne Bigard dan ibunya Stephanie adalah dua orang awam yang telah memprakarsai berdirinya Serikat Kepausan St. Petrus Rasul, tahun 1889. Atas dorongan ibunya Stephanie, Jeanne Bigard berhasil menyelesaikan karyanya dengan setia sampai akhir hayatnya.
Jeanne Bigard, memfokuskan karyanya dalam memperhatikan “pembinaan calon-calon imam pribumi”, yang dia anggap penting khususnya di daerah-daerah misi. Baginya, imam adalah gembala yang mempunyai tugas mulia, melayani umat-Nya. Keyakinan ini tidak lepas dari pengalaman pribadinya bersama keluarga. Ayahnya, Charles Viktor Bigard, dan kakaknya, Rene Bigard, meninggal tanpa menerima sakramen perminyakan suci. Pengalaman ini mengubah hidupnya dan menumbuhkan tekad yang kuat dalam dirinya untuk membantu dan memajukan calon-calon imam di tanah misi.
Setelah kematian ayah dan kakaknya, Jeanne, yang rajin mengikuti kegiatan Gereja sejak kecil, mengambil keputusan untuk berkontak dan menjalin relasi dengan Mgr. Alphonse Cousin. Saat itu Mgr. Cousin menjabat sebagai Administrator Apostolik Nagasaki, Jepang. Melalui surat-menyurat, Mgr. Cousin menjelaskan kepada Jeanne tentang pentingnya pembinaan para calon imam pribumi dan kurangnya dana serta tempat yang layak untuk mereka.
Dari penjelasan Mgr. Cousin, Jeanne tersentuh hatinya dan berniat untuk membantu khususnya bagi pembinaan calon imam di tanah misi. Selain itu, Jeanne bersama ibunya memberikan harta yang mereka miliki dan menyumbangkan dana untuk membangun Gereja St. Fransiskus Xaverius di Kyoto, Jepang. Doa dan cinta yang membara membawa Jeanne dan ibunya Stephanie pada suatu pengabdian dalam karya misi. Kepedulian dan solidaritas bagi pertumbuhan panggilan imam pribumi di daerah-daerah misi, di setiap Gereja lokal, mulai dirintis. Itulah yang menjadi keajaiban dalam hidup mereka, memberikan hidup mereka dalam doa dan kurban.
Nilai-nilai Misioner
a. Kepedulian terhadap Pengembangan Panggilan Gereja Lokal
Apa yang telah dilakukan oleh Jeanne dan Stephanie Bigard adalah suatu tugas yang mulia karena demi kepentingan Gereja Universal. Mereka sungguh menjadi sarana Tuhan untuk meneruskan karya perutusan-Nya. Bagi Jeanne Bigard, imam mempunyai tugas perutusan yang sangat luhur sebab para imam, berkat tahbisan dan perutusan yang mereka terima, diangkat untuk melayani Kristus, Guru, Imam dan Raja. Mereka ikut menunaikan pelayanan-Nya, yang bagi Gereja merupakan upaya untuk tiada hentinya dibangun di dunia ini menjadi umat Allah, Tubuh Kristus dan Kenisah Roh Kudus (bdk. PO 1). Untuk itu pendidikan calon imam pun sangatlah penting, khususnya dalam pembinaan di seminari, karena para imam adalah pemimpin umat Allah (PO 6). Dan Jeanne Bigard mewujudkan dalam karyanya melalui doa dan derma bagi para calon imam pribumi di tanah misi.
b. Perhatian terhadap keterbatasan dana dan fasilitas pendidikan imam
Stephanie dan Jeanne Bigard menyumbangkan harta mereka dan mereka pun mengajak orang lain untuk memberikan derma bagi pendidikan imam pribumi di seluruh dunia. Allah berkarya, karena keterbukaan hati mereka pada kehendak Allah. Cinta akan Allah dapat diwujudkan dengan mencintai Gereja dan dengan mengembangkan panggilan imam pribumi. Tujuan pengembangan panggilan imam pribumi adalah agar Kabar Gembira Kristus dapat diwartakan khususnya dalam budaya setempat, pelayanan pastoral dapat ditingkatkan, dan saksi-saksi Kristus semakin nyata di dunia ini. Secara perlahan-lahan Kerajaan Allah di dunia ini semakin tampak dan nama Tuhan semakin dimuliakan. “Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakannya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakanNya, jika mereka tidak diutus?,” tulis Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma (Rm 10:14-15).
Para imam dipanggil secara khusus untuk meneruskan karya perutusan Kristus di tengah dunia ini. Melalui pewartaan, karya, dan kesaksian mereka, para imam diharapkan menjadi gembala-gembala yang baik bagi jiwa-jiwa yang merindukan keselamatan dari Tuhan.
c. Berdoa mohon panggilan imam dan hidup bakti
Jeanne Bigard tak pernah berhenti berdoa mohon panggilan dan kesalehan imam, biarawan-biarawati di daerah-daerah misi. Panggilan ini akan muncul dan bertumbuh dengan sumbur apabila dipupuk melalui doa yang terus-menerus. Jeanne mengajak umat beriman untuk berdoa terus-terus kepada tuan yang empunya panenan untuk mengaruniakan bagi Gereja pekerja-pekerja yang bermutu di ladang Tuhan.
Gereja mengundang seluruh umat beriman untuk turut terlibat dan memperhatikan calon-calon imam pribumi. Kerjasama misioner mereka lakukan melalui doa, derma dan dana. Umat beriman ikut ambil bagian dalam kerjasama misioner yang telah dirintis oleh Jeanne Bigard dan ibunya Stephanie. Tugas perutusan misioner dapat dilakukan apabila umat beriman mempunyai kepekaan hati seperti Jeanne Bigard dan menyadari akan pentingnya seorang imam dan biarawan-biarawati. Dengan teladan Stephanie dan Jeanne Bigard maka begitu banyak orang tergerak hati untuk melakukan seperti yang telah mereka lakukan. Maka tepatlah jika Paus Yohanes Paulus II dalam ensiklik Redemptoris Missio menyatakan demikian:
“Di sini kami mau bersyukur kepada semua orang yang melakukan pengorbanan dan menyokong karya di daerah misi. Pengorbanan-pengorbanan mereka dan keterlibatan mereka adalah teramat penting untuk membangun Gereja dan untuk memperlihatkan cinta” (RM 81).
Komitmen kita
Mengikuti teladan Jeanne Bigard dan ibunya Stephanie, hendaklah kita bersyukur atas panggilan imam serta biarawan-biarawati. Kita bersyukur karena Allah telah memanggil dan memilih mereka untuk secara khusus melayani umat-Nya.
Ungkapan syukur kita dapat kita wujudkan dalam berbagai bentuk dukungan terhadap panggilan.
Pertama, kita bisa mendukung panggilan dengan doa, baik doa peribadi maupun doa bersama (kita mengajak orang lain untuk berdoa bagi perkembangan panggilan).
Kedua, kita memberikan derma untuk panggilan, baik yang dilakukan setahun sekali pada Hari Minggu Paskah Ke-4, maupun yang bisa kita lakukan kapan saja berupa sumbangan pribadi kepada seminari-seminari atau rumah-rumah biara.
Ketiga, kita bisa menjadi promotor panggilan di dalam keluarga, komunitas basis, Paroki, Keuskupan.
***
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.