MIRIFICA.News, Pematang Siantar – Cerita tentang kesulitan yang sering dihadapi para penulis pemula memang selalu jamak, tidak terkecuali para suster dari Kongregasi FCJM Montelau, Pematang Siantar.
“Saya sering menulis, tapi kurang konsentrasi ,” kata Suster Cornelia mengawali sharing singkat saat workshop menulis bersama para suster Kongregasi FJCM, Kamis (2/2/2017) di Aula Provinsialat FCJM Montelau, Siantar.
Suster Cornelia, Provinsial Kongregasi FCJM Pematang Siantar, tak menampik jika saat menulis ada banyak topik muncul dan dirasa mendesak untuk ditulis. Namun karena kurang konsentrasi maka ia sering kesulitan menuangkan idenya.
Berbeda dengan Suster Cornelia, Suster Lidya Simbolon punya cerita tersendiri. Setelah sukses bersama beberapa rekan suster lainnya ketika menulis buku “Cahaya Sabda” dan “Jejak-jejak Kecil yang Tak Tergantikan”, Lidya mengaku sulit menemukan diksi atau pilihan kata yang tepat.
“Sulit sekali saya menemukan pilihan kata waktu menulis, bagaimana solusinya, pa Yon”, tanya Lidya.
Nyatanya, kesulitan dan tantangan para penulis pemula tidak hanya dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri sendiri tapi juga faktor ekseternal. Hal ini dialami sendiri oleh Suster Elisa Purba. Elis sering menulis di buku hariannya, tapi ia mengaku saat ini semangat baca orang semakin turun.
“Untuk apa saya menulis, tapi orang tidak punya semangat untuk membaca”, keluhnya.
Terhadap berbagai kesulitan yang dialami para peserta pelatihan, Yon Lesek, selaku salah satu narasumber pada workshop tersebut, menyampaikan tiga tips sederhana untuk dilakukan.
“Ciptakanlah momen krusial, tanyakan kepada pembaca apa kesan mereka, dan jadikan budaya membaca sebagai tanggungjawab bersama,” katanya.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.