Ada seorang anak bernama Tippi Degre yang tumbuh bebas dengan hewan-hewan buas seperti gajah, leopard, burung unta. Mereka memperlakukan anak kecil ini seperti keluarga mereka sendiri, mengemong, bermain, berjoget dan menungganggi punggung.
Tippi adalah putri pasangan fotografer warga Perancis yang suka keluyuran di rimba raya Sylvie Robert dan Alain Degre saat mereka tinggal di Afrika. Tippi lahir tahun 1990 di rimba liar Namibia. Keluarga ini menghabiskan waktu mengelilingi benua ini selama sepuluh tahun. Sylvie berkata, “Anak perempuanku betul-betul gadis yang beruntung. Masa kecilnya nyaris dihabiskan di rimba raya liar.”
Baginya, ini merupakan hal yang luar biasa bisa merasakan bebas di alam liar. Mungkin hanya kami yang tinggal seperti ini. “Tippi menyatakan bahwa ini adalah anugerahnya. Dalam pikirannya, binatang-binatang ini adalah teman-temannya dan seukuran dengan dia.”
Dia berteman dengan leopard yang dinamainya J&B dan seekor gajah bernama, Abu. Sylvie, yang memproduksi bukunya dengan Alain memberi judul Tippi: My Book of Africa. Ia berkata, “Anak ini tak punya rasa takut. Dia tidak menyadari bahwa ukuran (besar dan kekuatan) binatang-binatang seperti Abu ini tidak sama dengannya dan bahkan bicara serta bergaul begitu dekat.”
Sylvie mengungkapkan, Tippi saat itu masih 18 bulan ketika pertama kali ketemu dengan binatang-binatang ini. “Persahabatan mereka luar biasa,” katanya.
Pertemuan kedua, Tippi tampak tertatih kegirangan dengan sekelompok gajah. Dia akan duduk berjam-jam dengan anak-anak singa dan menari dengan burung-burung unta.
Sylvie selalu menjaga agar anaknya aman. Ia berkata, “Binatang-binatang liar ini akan lari atau menyerang, jika mereka diserang atau ketakutan. Anda harus selalu waspada. Tippi sempat dua kali mengalami luka. Pertama, gigitan di hidung, kedua di tahun 1994 di sebuah lubang air oleh seekor babun bernama Cindy.”
Keluarga ini akhirnya balik ke Perancis di tahun 2000. “Saat kami balik ke Afrika tahun 2006, Cindy segera mendatangi Tippi bermain dengannya serta mempermainkan rambutnya. Ini pemandangan yang sangat indah.”
Kisah di atas adalah sesuatu yang sangat istimewa. Seorang anak bisa hidup dengan binatang buas bahkan menjadi bagian dari bintang-binatang itu. Tentu saja hal ini muncul dari suatu hati yang tulus. Suatu cinta yang mendalam akan alam sekitar. Anak itu bisa menyatu dengan alam sekitarnya. Ia menerima baik kehadiran mereka. Ia tidak mengganggu atau mengganggap mereka sebagai musuh. Kiranya inilah kunci keberhasilan gadis yang kini berusia 18 tahun ini untuk hidup dengan binatang-binatang yang menakutkan itu.
Kita banyak belajar dari Tippi. Kita belajar tentang bagaimana kita mesti hidup berdamai dengan setiap orang yang kita jumpai. Damai akan tercipta dalam hidup kita, kalau kita mau membuka hati kita untuk menerima sesama yang ada di sekitar kita. Damai akan terjadi, kalau kita mengalami bahwa sesama itu saudara dan sahabat kita. Mereka bukan musuh atau kompetitor yang mesti kita singkirkan.
Sebagai orang beriman, kita mesti selalu berusaha untuk menciptakan damai. Kalau Tippi bisa berdamai dengan binatang buas yang berbahaya, semestinya kita dapat berdamai dengan semua orang. Untuk itu, kita mesti memiliki suatu pandangan hidup yang baik tentang sesama. Kita mesti menerima kehadiran sesama sebagai saudara kita. Kalau ini yang terjadi, damai dapat terjadi di atas dunia ini. Tuhan memberkati.
** (Frans de Sales SCJ)
Keterangan foto: Hidup Damai dengan sesama/Ilustrasi dari www.hidupkatolik.com
Imam religius anggota Kongregasi Hati Kudus Yesus (SCJ); sekarang Ketua Komisi Komsos Keuskupan Agung Palembang dan Ketua Signis Indonesia; pengelola majalah “Fiat” dan “Komunio” Keuskupan Agung Palembang.