Bacaan: BcE Im. 19:1-2,11-18; Mat. 25: 31-46.
Bco Ul. 7:6-14;8:1-6
MASA Prapaskah tidak hanya dipahami sebagai rutinitas dalam tradisi Gereja Katolik atau dimaknai sebatas puasa dan pantang. Lebih jauh masa Prapaskah adalah masa tobat dan berbenah diri.
Kitab Imamat berbicara tentang pengudusan hidup umat manusia. Caranya dengan mentaati hukum Tuhan dan menjauhi laranganNya seperti yang tertuang dalam 10 Perintah Allah. Rasa-rasanya sulit untuk dijalankan sebagai manusia yang sarat dengan salah dan dosa. Akan tetapi masa Prapaskah mengajak umat beriman dengan niat dan tekat untuk bisa mengubah diri.
Hal menarik yang digambarkan dalam Kitab Imamat yakni kesederhanaan dalam menjalankan hukum Tuhan yakni dengan tidak membenci saudara dan sesama melainkan mencintai saudara dan sesama seperti diri kita sendiri. Ajaran ini tidak terlepas dari relasi kita dengan yang Ilahi yakni Allah sendiri yang telah lebih dahulu mencintai kita.
Lebih lanjut penginjil Mateus menggambarkan bagaimana hasil karya dan perbuatan kita di dunia sebagai bekal untuk kehidupan akhirat. Jika di dunia kita sungguh menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi laranganNya, kita akan menerima kemuliaan bersama Allah dalam Kerajaan Surga yang dianalogikan bagai domba yang berada di sisi kanan Allah. Sebaliknya jika hidup kita di dunia tidak berlaku sebagaimana mestinya maka kita akan mendapat tempat layaknya kawanan kambing di bagian kiri.
Pemisahan antara kambing dan domba serta posisi kanan dan kiri tidaklah terlepas dari tradisi bangsa Yahudi yang menempatkan sesuatu yang benar, baik dan mendapat pujian berada di sisi kanan Raja “Allah”. Sedangkan sesuatu yang jahat, malapetaka dan kutuk ditempatkan sebelah kiri jauh dari jangkauan Raja “Allah”. Begitu juga Domba adalah korban persembahan yang layak bagi Allah sedangkan kambing bukanlah hewan korban yang layak bagi Allah.
Semoga dimasa Prapaskah ini kita mampu bertobat dan merubah diri dari segala keinginan dunia dan cinta diri. Marilah kita belajar untuk peduli kepada sesama dan memahami orang lain karena dengan itulah kita menghadirkan Kerajaan Allah dalam hati kita. Amin
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.