SUATU hari seseorang pulang dari pasar. Ia baru saja membeli seekor sapi. Tanpa sadar, ia dibuntuti dua pencuri. Di tengah jalan, seorang pencuri melepas tali sapi dan mengikatkannya ke leher temannya. Kemudian pencuri itu membawa sapi itu pergi, tanpa diketahui si empunya.
Sesampai di rumah, orang yang punya sapi itu terkejut luar biasa. Sapi yang dibelinya berubah menjadi seorang manusia. Ia sangat panik. Ia bertanya, “Di mana sapi yang baru saya beli itu?”
Pencuri itu berkata, “Maaf, tuan. Saya sungguh berterima kasih atas kesempatan menjadi manusia lagi. Begini, suatu hari karena perbuatan jahatku, ibuku mengutuk saya menjadi sapi. Dan terjadilah. Karena yang membeli saya orang yang bijak dan baik hati seperti tuan, maka saya kini menjadi manusia lagi.”
Tumbuhlah rasa belas kasih dalam diri orang itu. Orang itu mendekati pencuri itu dan melapaskannya dari tali yang mengikatnya. Ia berkata, “Pergilah. Jangan berbuat dosa lagi!” Pencuri itu pergi dengan tersenyum. Ia terbebaskan dari hukuman.
Hidup ini penuh dengan berbagai intrik. Orang mesti hati-hati menghadapi intrik-intrik itu. Kalau orang tidak waspada, orang akan mengalami kebuntungan dalam hidup ini. Ternyata kelicikan dunia sering menyengsarakan manusia. Kecurangan membuat orang menderita.
Kisah tadi mau menunjukkan bahwa manusia mesti hati-hati dalam hidup ini. Ada orang yang bermulut manis, tetapi sebenarnya menghancurkan hidup orang lain. Orang begitu tega membuat orang lain mengalami penderitaan. Padahal semestinya manusia saling menolong untuk menemukan kebahagiaan dalam hidup ini.
Mengapa ada orang yang tega membuat sesamanya menderita? Karena orang tidak punya kepedulian terhadap sesama. Orang tidak mau sesamanya bahagia. Dan lebih dari itu, dalam kisah tadi, ada orang yang malas bekerja. Cara hidupnya jauh dari ajaran Tuhan. Orang yang malas bekerja dan berusaha itu akan berakibat jelek dalam hidup dirinya dan sesamanya.
Orang seperti ini tidak peduli terhadap sesamanya. Yang penting bagi dia adalah dia mendapatkan sesuatu dengan cara yang gampang meski tidak halal. Orang seperti ini biasanya jauh dari Tuhan. Orang seperti ini kurang beriman kepada Tuhan.
Sebagai orang beriman, kita diajak untuk berusaha membahagiakan sesama. Untuk itu, kita mesti rajin bekerja dan berusaha. Dengan demikian kita tidak menyengsarakan sesama. Sesama yang kita jumpai dalam hidup sehari-hari itu dapat menemukan sukacita dan kebahagiaan, karena perbuatan kita yang baik.
Mari kita berusaha terus-menerus menghidupi nilai-nilai kebaikan yang telah diajarkan oleh setiap agama kita. Kita kembangkan dalam hidup kita bukan hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk sesama yang kita jumpai dalam hidup kita sehari-hari. Tuhan memberkati.
Photo credit: Ilustrasi anak-anak bahagia (Tom Cuthbert)
Imam religius anggota Kongregasi Hati Kudus Yesus (SCJ); sekarang Ketua Komisi Komsos Keuskupan Agung Palembang dan Ketua Signis Indonesia; pengelola majalah “Fiat” dan “Komunio” Keuskupan Agung Palembang.